Selasa, 29 Agustus 2017

Sampaikah Pesanku...?

Sesekali selalu terlintas dipikiranku:

Perihal apakah kamu membaca semua tulisan yang aku publikasikan?

Perihal apakah kamu mengerti makna dari tulisan yang aku siratkan?

Sebenarnya …

Semua itu untukmu. Pesan yang tak bisa aku ucapkan dalam lisan, aku siratkan dalam tulisan. Entah jelas atau bias, aku berharap kamu mengerti makna dari semua pesanku yang nampak kandas.

Tak apa jika tak mengerti, setidaknya kamu tahu, ditujukan kepada siapakah semua tulisanku itu.

Tak apa jika tak mau mengerti, setidaknya kamu sadari, siapakah orang yang tak bosan menghabiskan masa, untuk menceritakan kamu sang pujaan hatinya.

Just Sharing

Ketika memikirkan tentang pernikahan, biasanya orang membayangkan bahwa kehidupan setelah menikah itu literally serba sama-sama dan bareng-bareng. Tinggal di bawah atap yang sama, tidur di kamar yang sama, bangun tidur sama-sama, shalat shubuh bareng, ngopi bareng, dan seterusnya.

Tapi tidak semua pernikahan bisa berlangsung sedemikian idealnya.

Seringkali pernikahan menyatukan jiwa dan hati, tapi raga tidak. Beberapa alasan membuat banyak pasangan harus berjarak cukup lama. Pendidikan, pekerjaan, anak, atau alasan personal lainnya.

Jika dalam keseharian kita mengenal istilah Long Distance Relationship untuk menggambarkan hubungan dua orang yang berjauhan tempatnya, dalam psikologi, kehidupan pernikahan dengan model seperti ini disebut dengan commuter marriage.

Memasuki tahun ke-3 pernikahan, tak dinyana saya dan suami harus mengalami kondisi ini. Bertemu seminggu sekali, kadang berjumpa via WhatsApp. Sebelumnya kami tidak pernah berpikir tinggal terpisah untuk alasan apapun, tapi rupanya kehadiran anak bisa mengubah banyak hal, lho.

Untuk alasan pekerjaan, kami memilih jalan ini. Realistis sekali, meski mengorbankan kebersamaan. Tapi tetap dalam proses mengusahakan agar bisa kembali bersama.

Tapi buat saya, hubungan jarak jauh seperti ini banyak sisi positifnya. Setidaknya sampai hari ini saya merasa keluarga kecil saya tetap seimbang dan utuh. Ada kegeregetan yang lebih terasa setelah berjarak seperti ini.

Kalau kata orang memasuki usia 3,4,5 tahun pernikahan, akan timbul kebosanan dan grafik kepuasan pernikahan menurun (that time when you wanna try something new). Berjarak seperti ini bisa memelihara cinta pasangan sehingga menyala selalu. Tidak terlalu jauh untuk didekap, tidak juga terlalu rapat sehingga mematikan ruang-ruang personal.

Banyak pernikahan yang berujung perpisahan karena pasangan mematikan ruang personal. Ruang personal, menurut pengalaman saya, harus tetap ada meskipun kita sudah menikah. Apa itu ruang personal? Ruang yang isinya hanya urusan suami atau istri sendiri, tanpa dominasi pasangan. Bukan ruang secara fisik, ya. Tapi ruang keleluasaan bagi suami dan istri sehingga tetap bisa menjadi dirinya sendiri, dengan mimpi dan hobinya masing-masing. Dan commuter marriage, bisa lebih memungkinkan itu untuk terjadi.

Saya berkata demikian karena membandingkan dengan kehidupan pernikahan sebelum masa commuter seperti sekarang. Ujian bagi seseorang yang mencintai (siapa dan apapun) adalah menghindari keterikatan dengan hal yang fana (dan bukan miliknya). Jika terus-menerus dekat, kadang terlena. Merasa memiliki, merasa berhak meminta, berhak menuntut. Padahal, suami, istri, anak, itu semua punya Allah.

Bukan berarti yang tinggal sama-sama ngga oke. Selama ruang personal tetap ada, pasangan mana pun bisa jadi hebat. Ujian setiap keluarga kan beda-beda ya.

Idealnya keluarga tinggal satu rumah, syukuri jika sumber penghasilannya dekat dari rumah. Tapi kalau harus berpisah, syukuri juga. Allah ingin hamba-Nya menjemput rezeki, kan? Pokoknya mah syukuri apa yang ada. Karena hidup adalah anugerah.

Hanya Ingin

Aku ingin senyumnya,
Meski bukan karena diriku.
Aku ingin tawanya,
Meski yang ia harapkan bersama bukan pula aku.
Tiap sedih yang ia rasa,
Aku hanya ingin Tuhan cepat memulihkannya. Tiap luka yang ia terima,
Aku hanya ingin Tuhan cepat mengobatinya. Mengapa aku ingin Tuhan yang melakukannya?
Sebab aku sadar diri,
Aku bukanlah penyembuh yang baik.
Kehadiranku mungkin menenangkan,
Namun tidak menguatkan.
Tanganku bisa berkali - kali menghapus air matanya,
Namun apa daya, kesedihannya tak kunjung pudar.
Oleh karena itu,
Aku percayakan kepada tangan Tuhan yang melakukannya.
Dari sekian banyak doa,
Aku bisa saja meminta Tuhan menjatuhkan hatinya untukku.
Namun bagiku, kepulihan hatinya jauh lebih dari itu.
Sebab tiap patah hatinya,
Akan selalu menjadi patah hatiku.

Tentang Rindu

Orang bilang, rindu hanya bisa diobati dengan pertemuan.
Benarkah?
Tapi sepertinya akan lebih baik jika tak pernah ada pertemuan, maka tak akan pula ada rindu.
Namun anehnya, meski aku tak pernah bertemu kamu..
Aku rindu.


Kelak Kau Dewasa

Jika kelak satu masa di masa depan, dimana mungkin kamu, anakku....menemukan akun sosial media saya..Ommy-nya.
Saya tidak akan malu dengan banyaknya kata-kata atau tulisan yang pernah saya tuliskan di akun sosial saya. Apalagi kata-kata kalimat puitis.
Saya akan rangkul dia kemudian berbisik,
“Bacalah, bacalah sampai akhir nak, berpuisi dan menulis itu bukan tanda kalau kau sendu, tapi tanda kalau hatimu hidup.
Anakku...untuk zaman sekarang, orang jadi takut-takut menulis puisi-puisi romantis, orang jadi gugup menulis perasaan sendiri, orang jadi ragu menuliskan imajinasi.
Orang-orang takut disebut alay, galau, dan tukang mimpi...tapi mereka paling senang sibuk saling lempar caci maki, mengomentari setiap orang..mereka senang mengecek sosial media kita...lalu berkomentar seenaknya...
Nak....Ommy tidak mau mewariskan akun media sosial yang isinya hanya kehidupan hedon ataupun keluh kesah yang tidak beralasan...Ommy hanya akan menunjukan betapa bahagianya jika jiwa kita hidup...
Suratan kata-kata di sosial media untuk kau baca kelak dewasa....ada nasehat dan cerita yang tersirat disana...
Bacalah....bacalah...Nak...

Senin, 28 Agustus 2017

Aku Pergi...

Bila setelah ini tak kau temui lagi aku pada percakapan-percakapan yang kerap kita jalin, percayalah bahwa aku sebenarnya masih ada.
Aku ada, namun aku sedang butuh waktu untuk melakukan perjalanan.
Bisa dibilang aku pergi.
Pergi yang aku harapkan sejak lama, pergi untuk bisa kembali.
Entah nantinya kita akan bertemu lagi atau tidak.
Yang aku tahu, nanti pergiku akan menjauhkan yang dekat serta mendekatkan yang jauh.
Lalu kamu, akankah tetap dekat atau semakin menjauh?
Entahlah.

Minggu, 27 Agustus 2017

Terkadang Aku Rindu

Terkadang aku rindu obrolan manis kita dahulu.
Masa dimana kamu masih senang bercerita perihal apa yang terjadi hari itu.
Kamu bergumam menceritakan, sementara aku bergeming mendengarkan.
Kamu dengan cerianya membuka topik perihal apa yang kamu senangi, apa yang kamu inginkan, apa yang kamu benci.
Tak jarang kita membicarakan perkara masa lalu, kamu terbuka untuk mempercayakan semua luka dan laramu kepadaku.
Pun tak jarang aku terlelap saat kamu tengah bercakap-cakap.
Namun, kita tak seperti dahulu lagi.
Entah kenapa atau memang begitu adanya.
Perpisahan menghempaskan semua perihal itu.
Terlarutkan oleh kesunyian yang dibawa sang pilu.
Aku terpaksa memeluk kesendirian, aku biarkan hati ini terbawa arus rindu yang menggelisahkan.
Sampai akhirnya, aku bisa melupakan semua luka dan semua kesedihan.

Mengapa

Mengapa?
Sudah tahu ia memilih orang lain,
Mengapa masih bertahan pada orang yang sama?
Sudah tahu ia hanya menjadikanmu tempat keluh kesahnya,
Mengapa masih mau menerimanya?
Sudah tahu ia tidak pernah mengerti akan perasaanmu padanya,
Mengapa masih tetap dilanjutkan perasaan itu?
Sudah tahu pada akhirnya ia pasti meninggalkanmu ketika sudah bersanding dengan yang lain,
Mengapa masih menunggu?
Sudah tahu ia datang untuk singgah sebentar,
Mengapa masih mencintainya?
Mengapa?


Sampaikan

Bisakah kau menyampaikan salam kepada lelaki yang selalu terlihat mempesona dihadapan para perempuan yang mendahulukan perasaannya ketimbang imannya itu?

Bisakah kau menyampaikan salam kepada lelaki itu?

Lelaki yang selama ini berhasil menyita waktu-waktuku, hari-hariku. Lelaki yang berhasil membuat riuh kepalaku. Lelaki yang dengan biadabnya merampas hatiku.

Bisakah? Bisakah kau menyampaikan salam kepada lelaki itu?

Yang memberi atau tidak memberi, ia selalu juara pertama menjadi yang paling utama menumbuhkan semangat-semangat. Melahirkan kupu-kupu rindu yang terbang elok pada taman hati. Yang telah menjadi kenangan-kenangan abadi pada setiap musim–setiap waktu.

Bisakah kau menyampaikan salam kepada lelaki itu?

Yang tatapan-tatapan sejuk kedua bola matanya telah berhasil menembus relung hati terdalam, yang senyumnya terlalu indah untuk dinikmati, yang menciptakan ruang resah dan gelisah tanpa harus melakukan apapun kecuali hanya dengan mengingatnya saja.

Bisakah kau menyampaikan salam kepada lelaki itu?

Yang canda ramahnya masih menyisa, yang kebaikan-kebaikannya masih melekat dalam ingat, yang langkah-langkahnya menujuku masih menjadi harap-harap semu.

Sampaikan salamku bersama deret kalimat-kalimat ini.

Tanyakan: bisakah ia dengan seluruh hati meluruhkan cinta-cinta, juga rindu-rindu yang belum sampai pintunya?

Sampaikan: tolong untuk tinggalkan aku jauh-jauh.

Untuk aku yang ingin menyibukkan diri mencari ilmu. Sebab kata guruku, mencari ilmu tak akan ada kebaikan-kebaikan didalamnya jika masih diwarnai dengan rayuan-rayuan fana dan wewangian-wewangian cinta yang belum sampai pada waktunya.

Cuanki dan Masa Lalu

Meski sudah sejauh ini. Seasing ini, aku masih mencoba diam-diam membuat kesepakatan dengan Tuhan tentang sebuah pertemuan singkat denganmu.

Di kedai kopi sepi atau di taman-taman rindang jam dua belas siang. Nyanyian hentakan kayu rujak tumbuk yang kita pesan akan menjadi lagu pengiring, atau juga kau boleh memilih ditemani kepulan asap dari ibu-ibu tambun yang mengipas arang agar ketannya matang.

Aku akan memesankan satu porsi untukmu. Kita akan sangat menikmatinya. Bahkan hingga di setiap titik pecin dari rasa lezat jajanan taman yang luruh di kedua lidah yang dulu pernah saling berpelukan erat dalam satu rahang. Desir-desir angin serta oksigen yang jatuh dari pohon di sekitar kita membuat bara yang selama ini menyala panas di salah satu hati diam-diam kian meredam padam.

Apa kabarmu? Bagaimana pekerjaanmu ? Sudah menentukan akan kerja di manakah setelah tugasmu rampung? Juga bagaimana kabar ibumu? Sehatkah beliau? Masih ingatkah beliau tentang aku yang pernah dengan bangganya dititipkan mandat untuk menjagamu?

Aku pasti akan berbicara banyak; Perihal hal-hal di luar tentang masalah-masalah yang melibatkan hati kita berdua. Sejujurnya aku masih sering khawatir. Apakah kau masih jarang makan malam? Sakitkah kamu? Bagaimana kabar tanganmu yang patah? Lupakah kau menyimpan tas laptopmu selalu? Masih ingatkah untuk selalu mencabut stop kontak mobilmu? 

Juga jika kau izinkan, aku ingin bercerita tentang semua hari yang kulalui setelah dengan beratnya kau memilih pergi.

Perihal bukuku, perihal tempat-tempat yang dulu selalu kita datangi; yang sudah tutup maupun yang kini makin bertambah besar.

Tentang adik-adikku, tentang hidupku, tentang usahaku, tentang pekerjaanku, dan tentang rencana-rencana baruku yang banyak berubah setelah kau memaksa mendobrak pintu dulu.

Ditemani semangkok cuanki dengan kuah pedas dan es teh tawar kesukaan,  aku ingin pertemuan kita benar-benar sedamai itu. Damai dari segala luka masa lalu, dari dendam, dari sakit hati, dari semua salah paham, juga dari amarah dan benci. Aku ingin kita berdua sehari saja bisa lepas dari itu semua.

Saling berbagi cerita sebelum kemudian aku membayar makanan yang telah kita pesan, lalu kita berdua pergi saling memunggungi dengan gegas di jalan masing-masing tanpa tahu apakah nanti masih ada kesempatan bertemu lagi.

Ya, seperti itulah.
Meski sudah sejauh ini. Seasing ini, aku masih mencoba diam-diam membuat kesepakatan dengan Tuhan tentang sebuah pertemuan singkat denganmu.

Yang entah akan Tuhan kabulkan kapan. Atau bahkan mungkin tidak akan.

Sabtu, 26 Agustus 2017

My Little World

Saat ini saya tinggal di apartemen bersubsidi atau rusunami. Dari lantai 10
tempat yang saya diami, melalui jendela kamar, saya dapat menyaksikan sebagian kota Jakarta. Walaupun ruangan ini hanya berukuran 36 meter persegi, dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan kitchen set dengan bak cuci piring, serta kamar mandi. Ada tivi, kulkas, AC dan perabot meja, sofa, lemari, tetapi bagi saya sungguh merupakan suatu karunia yang luar biasa. Oh iya..satu hal mengenai tinggal di apartemen dengan lahan minimalis seperti yang saya miliki ternyata invest in the best sofa you can afford!
Kenapa? Karena sofa ternyata jadi pusat kehidupan. Kalau di rumah kan duduk2 dan ngobrol2 bisa di teras, di ruang makan, even di dapur! Kalau di apartemen dengan lahan terbatas : you do a lot of things sitting on the sofa! ngobrol, nonton tivi, terima tamu, bahkan makan pun di sofa, jadi, mending beli yang bagus dan tahan lama, lebih bagus lagi malah kalau multifungsi. Satu lagi... Untuk ngakalin jarak yang begitu jauh dari parkiran ke tower saya tinggal, saya sengaja beli trolley belanja.. lumayan untuk angkut barang belanjaan... sangat kebantu ! Karena tidak ada yang dapat saya lakukan setelah membersihkan ruangan, saya punya kebiasaan memandang ke parkiran dari balkon sempit, (tempat mesin AC yang berbagi dengan jemuran penuh resiko), saat suami pergi dan pulang kerja, dadah-dadah saat dia melihat ke atas, persis kelakuan anak ingusan, yang lebih parah, saking dekatnya rumah makan, minimarket,  ATM, salon, apotik, atau laundry, saya jadi tambah malas ganti baju. Alhasil setiap saya ada keperluan turun, saya pakai baju daster yang dilapis sweater biar nggak malu-maluin banget. Mungkin bagi orang lain, apartemen seperti yang saya miliki, tidak ada apa2nya. Tapi saya tidak pernah mau membandingkan apa yang saya miliki dengan orang lain,
karena akan mengurangi rasa syukur. Bahkan kalau sering kali dilakukan, akan menjadikan kita orang yang tidak tahu bersyukur. Jarang ketemu tetangga, parkir susah dan mahal, charge this charge that, berbagi lift dengan penghuni lain, 
itu seninya tinggal di apartemen. Ada kemudahan-kemudahan yang ditawarkan selain kebingungan dan kekurangannya. Hidup dimanapun pasti ada suka dukanya. Semua pilihan ada konsekuensinya. Semua tergantung dari diri sendiri, di antara segala kemudahan dan
kesulitan yang ada, bukankah pilihan kita sendiri mau tinggal dimana...

Panggilan Mu

inilah rumah Tuhanku

yang gambarnya kulihat pertama kali

pada malam pertama membuka juz ’Amma

kemudian mengeja alif ba ta

kuseka air mataku

yang sebening zamzam

air mata bahagia

karena Allah mengabulkan doaku

berziarah ke Makkah dan Madinah

seperti ibu, ayah dan moyangku

memenuhi panggilan suci-Mu.

Anakku

anakku, melalui sepenggal kisah itu

Ibu ingin menitip pesan

wanti-wanti dan berwasiat:

jangan sekali-kali hidupmu

menghamba dan dikuasai uang

jadikan uang sekadar sarana

memenuhi kebutuhan hidup sederhana

tanpa melupakan keikhlasan berderma

kuasai secukupnya saja

agar kau tak tergopoh mengejar

agar tak tergoda berbuat tak wajar

agar kau tak silau dunia penuh gebyar

anakku, ingin kuyakinkan kepadamu

nasi dan lauk yang kusuapkan

Insya Allah kukais dari ladang yang bersih

pakaian yang kau kenakan

alhamdulillah kutemukan dari bahan thoyyiban

biaya sekolah dan kuliah yang kubayarkan

terkumpul berkat keringat sebening zamzam.

Jika Suatu Hari Nanti

Jika suatu hari nanti kau telah bergelar lelaki dewasa
Jangan lupa waktu kecil kau pernah bermain bersama Ommy
Jika suatu hari nanti kau telah jatuh hati
Jangan lupa ada adat yang perlu kau batasi....

Tenang Damai

Hidup sederhana sangat menyenangkan. Banyak orang membuat hidup ini begitu rumit karena ada banyak tuntutan. Mereka sendirilah yang membuat hidup ini menjadi pelik. Gaya hidup modern membuat seseorang tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Banyak orang berlomba-lomba untuk bisa lebih unggul dengan gaya hidup hedonisnya. Mereka selalu ingin menunjukkan kemewahan yang dimilikinya untuk meningkatkan gengsi.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keinginan yang tidak terbatas. Naluri ini dimiliki oleh siapapun. Tugas kita ialah membatasi keinginan tersebut sesuai dengan keadaan finansial yang dimiliki. Kita harus pandai memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Tak perlu hidup mewah untuk dipuji banyak orang. Bergaya mewah dengan mengorbankan diri sendiri justru menjadi awal bencana. Kamu tak akan bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kesederhanaan membuat hidup ini tenang dan damai.


Telah Tiba


Oh, aku telah tiba di kota Makkah
Berombongan sekarang menuju Ka’bah
Berbalut kain ihram bersenandung talbiyah
Berjalan cepat menuju All Haram nan megah
Oh, di mana ini halamannya luas sekali
Inilah halaman masjidil haram nan suci
Mendengar tausiyah aku menghentikan langkah kaki
Sebentar lagi aku larut dalam ibadah suci
Warisan Ibrahim Bapak Para Nabi
Oh, inikah Ka’bah
Mata terus menatap hati terus bertanya
Ka’bah yang sering kulihat gambarnya
Kini aku berdiri terpaku di hadapannya
Bismillahi Allahu Akbar
Sambil tangan melambai ke arah hajar aswad
Kecupan jauh isyarat meniru sunnah
Lalu aku terhanyut dalam lautan manusia
Putih-putih mendominasi riak gelombang
Putarannya melawan arah jarum jam
Aku tersedot dalam pusaran tawaf
Tujuh putaran mengitari Ka’bah
Haji bukan gelar
Haji adalah panggilan Allah
Haji adalah niat
Haji adalah keikhlasan
Haji adalah kesabaran
Haji adalah undangan
Haji adalah miqot
Haji adalah gambaran kematian…

@Muhammad Andre Badar Sontani.

Kamis, 24 Agustus 2017

Bila Ada

Bila ada malaikat
Pencatat rindu
Pasti ia sudah bosan
Mencatat namamu
Bagaimana tidak
Namamu masih saja kuselipkan
Diantara doa-doa yang kuterbangkan
Namamu masih saja
Menjadi alasanku bertahan
Namamu masih saja
Menjadi sesuatu yang aku semogakan
Dan semoga saja
Kita memang ditakdirkan...


Sabtu, 19 Agustus 2017

Stay at Home in My Spare Time

Pasti sudah tidak asing lagi dengan hal aktivitas menjahit, menyulam, menganyam, atau merajut. Karena aktivitas-aktivitas ini biasanya menjadi favorit bagi para wanita untuk mengisi waktu luang disela2 rutinitas kerja.
Sudah lama saya punya hobby menganyam tas dari tali kur. Selain jalan2, berburu kuliner, ke toko buku [sekedar ke toko buku saja, belum tentu membeli], membaca [kalau membaca ini kondisional, bisa baca buku bisa juga baca tulisan-tulisan di blog, atau baca status(mu) juga boleh. Eh...
Tapi bagi saya, hobby ini hanya sekedar hobby belaka. Belum berniat lebih karena memang hasilnya juga masih biasa saja. Jauh dari kata bagus atau rapi. Karena hobby ini dikerjakan diwaktu senggang sekaligus jadi keisengan membuat sesuatu untuk diri sendiri saja dulu, karena terkadang tas yang sedang dikerjakan talinya habis di toko benang... lebih sering lagi beli benang dengan jumlah yang kurang juga bisa bermasalah karena bisa jadi warna yang diinginkan sudah tidak diproduksi. Selain itu salah berhitung dalam menganyam tas, bisa bikin anyaman dibongkar berkali-kali.
Intinya sabar, kalau tidak sabar ya susah, tangan sakit sampai kapalan, sudah itu mood bikin tas tidak ada, akhirnya buat tasnya juga jadi lama...tapi karena untuk dipakai sendiri yaa...happy2 saja.....

Untuk Anak Ku...

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemah lembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Minggu, 06 Agustus 2017

Journey to Mecca

Tidak terasa sudah datang musim haji lagi. Setiap melihat liputan TV tentang keberangkatan jemaah haji selalu terbesit  keinginan untuk kembali ke tanah suci.

Perjalanan yang luar biasa dan penuh pengalaman yang tidak mudah terlupakan, saya sekeluarga bersama orangtua, kedua adik saya dan keluarga masing2 berangkat bersama2. Dari Jakarta kami naik pesawat Garuda Pukul 6 pagi, yg ternyata keberangkatan ditunda sampai pukul 7 pagi, sampai di Jeddah kurang lebih pukul 4 Ashar waktu setempat, di Indonesia artinya Pukul 13 siang. Naik bis yg sdh disediakan untuk berangkat ke Mekkah, Jeddah - Mekkah kurang lebih 2 jam. 

Singkat cerita
sampailah kami di Makkah Al Mukkarramah malam waktu setempat. Setelah chek in di hotel Dar-arsalam, dekat Hilton, kami langsung melaksanakan ibadah umroh malam itu juga (setelah sebelumnya mengambil miqot) supaya niat dan ihram kita tetap terjaga. Maka berangkatlah kami ke Masjidil Haram bersama-sama rombongan, kami masuk dari pintu masuk King Abdul Aziz. 

Ketika memasuki Masjidil Haram yang terang benderang, tampaklah bangunan besar berwarna hitam berbentuk kubus yang tak lain adalah Ka’bah, dgn lantai marmer yg dingin walaupun disiang hari terik. Ketika terus memandangnya, entah mengapa tiba-tiba ada perasaaan haru dan mendadak mata jadi berkaca-kaca. Lalu kami tawaf 7 putaran, kemudian sholat sunnah didepan maqom Ibrahim, setelah itu berhenti sejenak minum air zamzam,  dilanjut sa’i 7 putaran dari bukit Safa ke Marwa diakhiri dengan tahallul di Bukit Marwa yg lebih landai. Alhamdulillah Andre tenang tidak rewel...sementara Salwa sedikit rewel, karena masih kecil dan pasti kelelahan. Selama di Mekkah, kami pergi ke Jabal Rahmah dan Jabal Nur, Arafah, Mudzdalifah dan Mina. 

Setelah ibadah di Mekkah selesai
kami melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Sepanjang jalan tidak ada yang bisa saya ceritakan karena jalan lurus nyaris tidak ada belokan sama sekali dan sepanjang kiri dan kanan jalan cuma gurun pasir datar yang kering kerontang hanya ditengah perjalanan kami bisa melihat kumpulan monyet2 yang berlarian. Tiba di Madinah kami beristirahat di hotel Dallah Taibah. Sore hari di Madinah perjalanan dimulai dengan pergi sholat ke mesjid Nabawi yang letaknya sangat dekat dengan tempat kami menginap dan malam harinya pukul 3 subuh rombongan wanita pergi ke Raudhoh, diteruskan city tour ke
mesjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rosulullah, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud. Jabal Magnet dan mengunjungi pasar atau kebun kurma, lebih murah beli kurma di pasar dibanding di kebun kurma. Oh iya, saya juga
sempat mampir ke supermarket Bin Dawood di Madinah dan Makkah di sela-sela ibadah. Selain jajan dan lihat2, beberapa item juga
cocok untuk jadi oleh2. 

Di Makkah dan Madinah, saat kita melakukan umroh atau haji, kita bisa melihat dengan mata kita sendiri betapa beragamnya makhluk ciptaan Allah yang bernama manusia ini. Mulai dari bayi sampai yang sudah tua dan uzur, sehat dan tegap sampai yang cacat, warna kulit yang beraneka macam, raut wajah saat tersenyum, tertawa dan menangis, warna warni pakaian, sorban penutup kepala sampai tingkah laku yang berbeda beda. Semua seolah tergelar didepan mata dan ditunjukkan kepada kita semua, betapa agungnya Allah menciptakan makhluk yang satu ini.

Di berbagai sudut kota Mekkah, kita dapat menjumpai burung merpati  yang jumlah ratusan. Keunikannya, seluruh burung merpati tersebut memiliki corak bulu yang sama, padahal di tempat lain coraknya bisa berbeda-beda antara burung yang satu dengan burung yang lain. Dan tak satupun dari burung tersebut yang hinggap di atas Ka’bah. 

Selesai ibadah di Madinah, kami bersiap ke kota Jeddah, kami beristirahat di Holiday Inn, di Jeddah kami melakukan city tour ke laut merah dan masjid terapung, malam harinya di kota Jeddah sebelum besok pulang ke Indonesia kami mengunjungi pusat perbelanjaan Balad Corniche, yang sangat terkenal dikalangan jemaah Indonesia untuk membeli oleh2.

Selasa, 01 Agustus 2017

In The Heart of The Sea

Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta melalui Tol Jakarta – Merak sepanjang 100 km. Begitu tiba di gerbang depan pelabuhan, mobil langsung mengarah ke beberapa dermaga yang terlihat kapal bersandar. Mobil yang dikendarai suami langsung menuju tiket penyebarangan di loket yang mirip dengan loket pintu tol jalan raya. Kendaraan kami dikenakan tarif Rp 374.000,-. Tarif tersebut sudah termasuk semua penumpang yang ada di dalamnya.
Setelah membayar tiket masuk, kendaraan diarahkan ke dermaga tempat kapal yang akan segera berangkat. Bila kapal penuh, petugas akan langsung mengalihkan kendaraan ke pintu dermaga lain. Beruntung pada saat kami akan menyeberang, tidak ada antrian berarti hingga hanya dalam hitungan 15 menit, kami sudah naik di atas sebuah kapal feri yang akan membawa ke pelabuhan Bakauheni. Siang tersebut kebetulan memang Sabtu malam Minggu. Pada waktu-waktu demikian, volume penumpang maupun kendaraan yang akan menyeberang dari Merak ke Bakauheni memang mengalami peningkatan dibandingkan hari-hari biasa.
Pengalaman menyeberangi Selat Sunda dari Pelabuhan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung sudah beberapa kali saya alami. Meskipun sudah pernah merasakan menyeberang dengan kapal feri, saya tidak merasa bosan karena kapal yang saya tumpangi umumnya berbeda-beda dan masing-masing memiliki keunikan.
Perjalanan ke Lampung dengan kapal feri termasuk mudah karena kapalnya banyak, 
dan dari berbagai kapal yang pernah saya tumpangi, fasilitas dan interiornya tidak pernah sama.
Waktu perjalanan menggunakan kapal laut dari Jakarta ke Lampung jika ditotal memang cukup lama. Rinciannya sekitar tiga jam dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak dan antri masuk kapal. Dua jam berikutnya waktu tempuh naik kapal. Dan dua jam berikutnya dari Pelabuhan Bakauheni menuju pusat kota Lampung...selama perjalanan Bakauheni ke kota Lampung, kami biasa beristirahat untuk makan di Restoran Padang Pagi Sore...