Senin, 12 Desember 2022

Puncak Ibadah Haji 7




Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Wukuf di Arafah adalah inti ibadah haji. Berhaji tanpa wukuf di Arafah maka hajinya tidak sah. Haji adalah wukuf di Arafah, demikian sabda Rasulullah. Apapun kondisinya, baik sehat atau sakit, jamaah haji harus hadir di Arafah. Oleh karena itu, menjaga kesehatan selama masa penantian wukuf adalah hal yang mutlak. Sakit saat wukuf jelas merepotkan. Mungkin karena sakit yang cukup berat maka anda harus diangkut oleh ambulans ke Arafah, terpaksalah wukuf di dalam mobil ambulans. Atau, kalau pun tidak dibawa oleh mobil ambulans, mungkin anda di dalam tenda merasa sangat tidak nyaman karena badan sedang tidak fit.

Selama masa penantian di Mekkah, jamaah haji dihimbau tidak memforsir tenaga untuk beribadah ke Harom serta kegiatan-kegiatan yang menguras tenaga. Satu tips kesehatan yang rutin saya lakukan adalah minum air putih sebanyak-banyaknya setiap hari. Terapi minum air putih terbukti mampu membuat badan tetap fit selama di Tanah Suci. Selain itu, untuk menjaga daya tahan tubuh, saya rajin makan buah-buahan yang banyak mengandung air. Buah-buahan di Saudi tidak terlalu mahal harganya. Buah favorit yang rutin saya beli di Mekkah adalah buah plum. Buah ini berwarna merah kehitaman, sekilo harganya 12 riyal. Kandungan vitamin C di dalam buah plum sangat tinggi, jadi ia merupakan antioksidan yang bagus. Pak Ustad menyarankan untuk tidak mengkonsumsi buah anggur, karena dapat menyebabkan batuk. Kalau sudah batuk di Tanah Suci, lama sembuhnya. Selain itu kami.diberi nasihat agar tidak banyak makan nasi sebagai karbohidrat, alasannya agar lancar saat buang air besar nanti.

Tahun 2019 ini, Pemerintah Saudi menetapkan waktu wukuf di Arafah jatuh pada hari Sabtu tanggal 10 Agustus 2019 (9 Zulhijah) dan Hari Raya Idul Adha hari Selasa  tanggal 11 Agustus 2019 (10 Zulhijjah), hari Minggu.

Kabarnya di Indinesia ada perbedaan tanggal, tapi sebenarnya ini tidak perlu dipermasalahkan, karena bumi ini tidaklah datar, jadi lumrah saja terjadi perbedaan penetapan awal bulan Zulhijjah antara Saudi dan Indonesia. Tetapi, ada juga sebagian orang Indonesia yang menjadikan Saudi sebagai rujukan sehingga mereka melaksanakan puasa Arafah sama dengan waktu wukuf di Saudi. Artinya, dalam pandangan mereka, jika melaksanakan puasa Arafah pada hari Selasa maka hukumnya haram sebab hari itu sudah masuk Idul Adha. Ah, sudahlah, perdebatan semacam ini tidak perlu dibesar-besarkan.

Kembali ke cerita wukuf. Meskipun wukuf akan dilaksanakan pada hari Sabtu siang, namun jamaah haji Indonesia sudah berangkat ke Arafah sejak hari Jumat pagi. Hal ini dilakukan karena yang akan diangkut adalah 250.000 lebih jamaah haji, tentu tidak mungkin ke Arafah dalam waktu yang serempak apalagi jumlah bus juga terbatas. Setiap Kloter diangkut secara bergiliran. Kloter kami, Kloter 56/ JKS kebagian berangkat pada pukul 13.00 setelah Dhuhur.

Ada juga KBIH tertentu yang tidak ikut pengaturan Pemerintah, mereka melaksanakan tarwiyah, yaitu mengikuti Sunnah Rasul dengan berangkat lebih dahulu ke Mina sebelum ke Arafah. Dikutip bahwa Tarwiyah adalah melakukan napak tilas perjalanan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Jamaah Tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Makkah ke Mina sejauh 14 kilometer. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jamaah lainnya yang berangkat dari Makkah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf.

Umumnya KBIH yang melaksanakan tarwiyah berangkat ke Mina satu hari lebih cepat daripada yang diatur oleh Pemerintah RI. Mereka berangkat tanggal 7 Zulhijjah sore ke Mina, bermalam di tenda-tenda di Mina, barulah tanggal 8 Zulhijjah sore mereka berangkat ke Arafah. Jika melaksanakan tarwiyah, maka Pemerintah RI tidak memfasilitasi transportasi dan akomodasi, semua biaya ditanggung oleh jamaah haji yang melaksanakan tarwiyah, sebab mereka harus mengusahakan bus sendiri, menyiapkan catering sendiri, dll. Selain itu, mereka harus menandatangani surat pernyataan untuk menanggung segala resiko dan bertanggung jawab atas kajadian apapun.


Berangkat ke Padang Arafah

KBIH saya ikut pengaturan oleh Pemerintah RI saja. Dua jam sebelum waktu Dhuhur jemaah sudah melaksanakan mandi besar. Saya menyiapkan satu tas ransel yang akan dibawa yang berisi cadangan baju ihram, baju ganti, peralatan mandi, mie instan, dan camilan lain. Setelah sholat Dhuhur dan Ashar dijamak di kamar hotel, kami mulai memakai pakaian ihram. Selanjutnya berdiam di kamar menunggu instruksi dari Pak Ustad pembimbing untuk turun ke lobby. Duh,  perasaan saya bercampur aduk karena sebentar lagi kami akan ke Arafah. Niat harus diluruskan kembali, salah niat maka hajinya tidak mabrur. Jam 13.00 siang jamaah haji turun ke lobby hotel. Di sana ustad kembali memberikan bimbingan dan meluruskan niat berhaji. Kami jamaah haji saling berpelukan dan bahkan bertangisan meminta maaf jika selama bergaul di Mekkah dan Madinah melakukan perbuatan yang menyinggung perasaan jamaah lain. Lalu, mulailah kami bersama-sama mengucapkan doa niat haji, yaitu labbaikallah humma hajjan, yang artinya Ya Allah kupenuhi panggilan-Mu untuk berhaji. Rasanya ingin menangis sesegukan saat itu. Sesaat sesudah mengucapkan niat haji itu, maka berlakulah larangan-larangan selama memakai pakaiaan ihram seperti yang pernah saya sebutkan pada tulisan tentang umrah.

Berangkatlah kami naik bus-bus yang sudah menunggu di depan hotel. Selama dalam perjalanan ke Arafah, kami tak putus-putusnya mengucapkan talbiyah. Labbaikallahumma labbaik, labbaikala syarika laka labbaik. Saya duduk pada kursi paling belakang.  Selama di dalam bus terbayang wajah anak dan orangtua di rumah. Bulir-bulir air mata menetes dari pelupuk. Pada hari wukuf besok adalah waktu yang paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Saya sudah memendam doa yang akan saya sampaikan nanti di Arafah, salah satunya doa meminta kelancaran, kesehatan dan kebaikan untuk anak dan orangtua saya.

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 45 menit, sampailah rombongan bus kami di tenda yang akan menjadi penginapan kami satu hari satu malam di Arafah. Jamaah haji Indonesia di Arafah ditempatkan di sektor South East Asian Pilgrims. Cuaca di Arafah sangatlah panasnya. Padang Arafah yang dulu gersang sekarang sudah mulai menghijau, banyak tumbuhan yang telah ditanam bertahun-tahun dan sudah meninggi. Lumayanlah untuk mengurangi kegerahan. Harus ingat, jangan mematahkan ranting2 yang mengganggu jalan kita yaa....

Tenda-tenda wukuf di Arafah

Jamaaah haji bergaya ketika difoto

Satu kloter menempati beberapa satu buah tenda. Satu tenda ukurannya cukup besar. Permadani sebagai alas duduk atau tidur terbentang di atas lantai tanah. Satu tenda ada beberapa kapling, dibagi untuk beberapa KBIH, atau satu tenda untuk satu KBIH jika jamaahnya banyak. Satu kapling dapat menampung 30 orang jamaah jika tidur berjejer. Lumayan berdesak-desakan. Jamaah pria dan wanita berada di dalam satu tenda, namun jamaah wanita ditempatkan di sudut agar tidak bercampur dengan jamaah haji pria. Di dalam tenda terdapat empat buah kipas angin besar yang juga menyemprotkan uap air. Namun kipas angin tersebut tidak cukup membantu menurunkan hawa yang gerah. Duh, panasnya. Apalah lagi panasnya nanti di Padang Mahsyar ya. Padang Arafah merupakan perumpamaan Padang Mahsyar, semua manusia berkumpul mempertanggung jawabkan amalannya masing-masing di hadapan Allah SWT.


Suasana di dalam tenda kami

Fasilitas yang tersedia di perkampungan tenda adalah toilet yang berpintu banyak, setiap kamar toilet disediakan shower air panas dan sebuah kloset jongkok. Jamaah haji bisa mandi dan buang hajat di sana. Ingat, jangan memakai sabun atau shampo ya, kita masih berpakain ihram. Toilet untuk pria dan wanita dipisahkan, tetapi saling membelakangi. Fasilitas lainnya adalah kran air panas dan air dingin. Air panas diperlukan jika jamaah ingin membuat teh, kopi, atau memasak mie instan, letaknya di depan tenda kloter.

Aktivitas jamaah di dalam tenda antara lain sholat, makan, ngobrol, mengaji, tidur-tiduran, dan sebagainya. Jamaah yang tidak tahan dengan suasana gerah di dalam tenda pergi keluar untuk duduk-duduk atau sekedar jalan-jalan melihat suasana Arafah. Selama di tenda kita harus selalu ingat masih berpakaian ihram dan larangan-larangan selama berihram tetap berlaku.

Hujan badai yang Dahsyat

Sehari sebelum wukuf terjadi peristiwa yang mencekam, yaitu hujan yang sangat dahsyat.  Ini pertama kali saya merasakan hujan yang luar biasa  di tengah gurun.

Jadi ceritanya begini. Hari Jumat sore waktu Saudi (sehari sebelum wukuf) jamaah haji Indonesia sudah berada di Arafah, sebagian juga sudah di Mina untuk mengikuti Tarwiyah.

Sore hari ketika saya di dalam tenda untuk langit di atas sana terlihat mendung. Mungkin akan hujan, pikir saya. Saat sholat masuk Ashar berlangsung di dalam tenda, di luar sana terdengar suara gemuruh. Angin bertiup menderu-deru seperti tornado. Listrik padam. Sholat pun menjadi tidak konsen lagi. Lama-lama kok makin keras dan mulai menggoyang-goyang tenda dan menarik-nariknya ke atas. Tenda seperti mau copot. Sangat menakutkan. Hujan badai ini kira2 berlangsung selama 20 menit lalu berhenti. Ketika saya longok keluar, hampir semua benda sudah berantakan akibat berterbangan.

Tapi secara umum tidak ada jamaah yang terluka. Konstruksi tenda sepetinya dirancang tahan terhadap badai pasir yang sering melanda negara gurun. Namun merasakan sendiri berada di tengah badai pasir ini tentu pengalaman yang berbeda. Mungkin Tuhan punya cara menyambut kami dengan menunjukkan kuasanya melalui badai pasir itu. Wallahu alam.

Setelah badai behenti, saya keluar tenda untuk melihat keadaan sekitar. Olala, sandal, kursi, meja, dan bungkus makanan sudah berterbangan ke mana-mana. Pasir bertebaran di mana-mana hingga masuk ke dalam tenda.  Beberapa foto setelah badai dapat dilihat di bawah ini.

Badai tidak hanya di Arafah dan Mina, tetapi juga sampai ke kota Mekkah. 

Foto tenda yang roboh setelah badai pasir (Sumber foto: Okezone.com)

Wukuf di Arafah

Pagi hari tanggal 9 Zulhijjah  (10 Agutsus 2019), jamaah haji mulai bersiap-siap untuk melaksanakan wukuf. Waktu wukuf adalah setelah adzan Dhuhur hingga terbenam matahari. Oh iya, sehari sebelum wukuf hingga hari wukuf, pasokan makanan tidak pernah berhenti datang ke tenda-tenda. Catering dari Kemenag RI rutin datang untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Mie instan, biskuit, buah-buahan, air minum, yoghurt, dan lain-lain sangat berlimpah. Makanan tidak hanya datang dari Kemenag RI, tetapi juga dari dermawan kota Mekkah. Sungguh bingung menghabiskan makanan-makanan itu.

Sambil menunggu waktu wukuf tiba, jamaah haji duduk-duduk, sekedar mengobrol,  membaca Al-Quran, membaca doa, dan sebagainya. Tepat ketika waktu Dhuhur tiba, salah seorang jamaah di tenda mengumandangkan adzan. Ini berarti waktu  pelaksanaan wukuf sudah tiba. Inilah awal haji yang sesungguhnya. Kami mengatur shaf-shaf di dalam tenda untuk sholat jamak Dhuhur dan Ashar. Suasana di dalam tenda sangat syahdu dan khusu’. Selesai sholat, salah seorang ustad tampil ke depan shaf untuk mengisi khutbah wukuf. Isi khutbahnya mengingatkan tentang dosa-dosa yang telah kita perbuat, inilah saatnya kita meminta ampunan kepada Allah SWT. Diingatkan juga perumpamaan wukuf di Arafah dengan hari bekumpulnya manusia di Padang Mahsyar kelak. Saya dan jamaah lain ada yang menangis, mungkin teringat dengan banyaknya dosa yang pernah kita lakukan selama hidup ini. Seusai khutbah, jamaah haji saling berpelukan meminta maaf.

Sesudah sholat dan khutbah wukuf, masing-masing jamaah larut dengan dirinya sendiri. Waktu wukuf adalah waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Di saat wukuf itu pintu langit terbuka, para malaikat turun ke bumi. Ada tiga tempat yang mustajab untuk berdoa, tempat di mana doa-doa dikabulkan. Yang pertama di Multazam (tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah), kedua di Raudhah, dan ketiga di Arafah saat wukuf. Insya Allah doa-doa kita selama wukuf akan diijabah oleh Allah SWT. Mungkin diijabah sekarang, atau ditunda nanti. Wallahu alam. Saya  berdoa apa saja. Saya meminta apa saja. Semua doa dan permohonan yang sudah saya siapkan dari rumah saya tumpahkan di sana, terkhusus doa untuk kesembuhan anak saya yang sulung. Saya berdoa sampai menangis. Saya memang bingung, apa yang harus saya ungkapkan.nYa Allah, kabulkanlah doa-doa hamba, hamba datang ke tanah Arafah ini, memohon agar doa-doa yang saya panjatkan terbang memasuki pintu-pintu langit yang sedang membuka.

Selesai berdoa, saya habiskan waktu hingga matahari terbenam dengan membaringkan badan sejenak, atau membaca semua doa dan zikir yang tertera di dalam buku karangan K.H Miftah Farid. Janganlah abaikan masa-masa emas puncak haji ini dengan kesia-siaan. Belum tentu kita bisa datang lagi ke Arafah, karena haji hanya sekali seumur hidup. Mau berhaji lagi haru menunggu puluhan tahun. 

Ini foto suasana mabit di Muzdalifah

suasana wukuf di Padang Arafah

Lokasi tenda jamaah haji Indonesia cukup jauh dari Jabal Rahmah. Umumnya jamaah yang menyemut di sini adalah jamaah dari India, Pakistan, Turki, dan negera Timur Tengah lainnya. 

Menjelang sore, jamaah haji sudah berkemas-kemas untuk meninggalkan Arafah, menuju Mina sambil bermalam di Mudzdalifah. Bus-bus sudah siap menunggu di luar kampung tenda. Bus-bus ini akan akan bolak-balik dari Arafah ke Mina untuk menjemput jamaah haji. Jamaaah haji Indonesia sangat banyak, jadi tidak mungkin sekali angkut.

Setelah wukuf di Arafah, ketika hari mulai sore saat matahati tenggelam (bada maghrib), jemaah haji bergerak ke Muzdalifah untuk bermalam (mabit). "Jika kamu telah selesai di Arafah, maka berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram (Muzdalifah) QS: Al-Baqarah:198. Secara umum jarak antara Padang Arafah ke Muzdalifah hanya sekitar 9KM, namun karena waktu tempuh merambat pelan waktu bisa 4 jam perjalanan lebih karena penuh sesaknya bis-bis besar yang mengangkut ribuan jamaah. 

Saat turun dari bis, para jamaah seperti ditumpahkan di sebuah lapangan yang tandus. Semua jamaah sibuk mengurus dirinya sendiri. Tidak ada orang lain yang membantu dan mengurus keperluan kita di tempat tersebut. 

Di Muzdalifah selain mengerjakan sholat Maghrib dan Isya yang di jamak dan qosor, jemaah juga berzikir sambil beristirahat. Sementara itu masih banyak jemaah yang mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumroh, padahal oleh pemerintah arab saudi batu kerikil telah disiapkan dalam bungkus2 kecil.  Sebelum tengah malam bis2 penjemput mulai datang satu persatu dan kadang jeda waktunya agak lama, sementara jamaah mulai banyak yang tidak sabaran untuk meninggalkan Muzdalifah sebelum tengah malam (ba'da zawal). Setiap kali bis datang, rombongan jamaah berebutan sampai banyak jamaah yang tergencet atau kena sikutan, padahal pembatas pagar stainless kokoh terpasang, dimaksud agar antrian rapi. Berebut bis ingin buru-buru ke Mina untuk melempar jumroh Aqobah selain juga berpikir sekedar ingin segera beristirahat di Tenda Mina, berharap tempat akan nyaman. Padahal mabit di Muzdalifah sekurang2nya sampai tengah malam jam 12 malam (bada zawal), walaupun yang afdol adalah waktunya berlangsung sampai subuh. Keadaan di Muzdalifah yang saya dengar merupakan miniatur keadaan ketika manusia menghadapi pengadilan Allah Yang Maha Adil kelak. Bahwa di hari pengadilan nanti, kelak semua manusia berada dalam kebingungan. Mereka berlari kesana kemari mencari jalan keselamatan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar