Kamarnya sederhana, tapi bersyukurlah. Sepertinya bangunan hotel ini hotel lama, bintang ***, itu terlihat dari cat dan furniturnya. Pemilik hotel di kawasan misfalah kebanyakan membangun hotel yang warna cat dan arsitektur bangunan mirip-mirip semua.Saya mencoba beristirahat di kamar, namun saya tidak bisa tidur, hanya tidur-tiduran saja. Jadi teringat, jamaah haji yang laki-laki masih dalam berpakaian ihram,. Selama istirahat di dalam kamar mereka tidak boleh mengganti pakaian, harus tetap memakai dua lembar kain tidak berjahit. Pakaian ihram tidak boleh dibuka di hadapan jamaah haji yang lainnya meskipun sesama laki-laki, sebab aurat tidak boleh kelihatan oleh orang lain. Jika terbuka, batal ihramnya dan harus membayar dam atau denda. Kita boleh membuka pakaian ihram di dalam toilet jika ingin BAK atau BAB. Selama tidur-tiduran di atas kasur, saya juga tidak berani memakai selimut, karena khawatir membatalkan ihram.
Rombongan kloter 56/JKS turun dari bis, tepat di Hotel Al Zaer Al Khalil, Misfalah Mekkah. Jamaah masing-masing telah mendapat nomor kamar, saya mendapat no 422 di lantai 6, dari 15 lantai, sekamar dengan Adik ipar, Erna, dan Ibu Komariah serta Ibu Saroh. Setelah istirahat sebentar kami bersiap-siap melaksanakan umrah ke Mekkah, dengan mengambil miqot di Tana'eem dikenal dengan Masjid Saidatina Aisyah. Ibadah umrah terdiri dari ihram, tawaf, dan sa’i. Selama umrah kita akan berpakaian ihram, bagi laki-laki menggunakan hanya dua lembar kain tidak berjahit, bagi perempuan gamis putih dengan tangan tertutup.bUntuk pembaca ketahui, rukun haji itu ada enam yaitu ihram, wukuf, tawaf ifadah, sa’i, tahalul, dan tertib.
Hari itu Jumat tanggal 25 Juli 2019, kami jamaah haji Kloter 56/JKS akan berangkat umrah ke Mekkah setelah sholat Subuh. Pakaian ihram laki-laki hanya dua lembar kain yang tidak berjahit, tidak boleh pakai pakaian apapun lagi seperti pakaian dalam. Boleh memakai sabuk agar kain ihram tidak lepas. Sedang pakaian ihram wanita, bisa gamis atau setelan putih dan atasan mukena putih.
Setelah waktu Subuh, kami diperintahkan turun ke lantai dasar hotel untuk bersiap masuk bus. Kami hanya membawa tas kecil saja. Setiap rombongan sudah tahu busnya masing-masing, nomor bus sama sejak dari Bandung. Rombongan KBIH saya menempati bus nomor 2.
Miqat di Masjid Tan'im
Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit dari hotel, sampailah jamaah haji di Masjid Tan'im, masjid tenpat miqot terdekat dari Masjidil Haram.
Sedangkan jamaah haji yang yang hendak umrah ke Mekkah dan datang dari Madinah, mereka wajib mengambil miqat di Masjid Bir Ali. Bir dalam bahasa Arab artinya sumur, dulu di tempat ini Ali bin Abi Thalib membangun sumur sehingga diberi nama Bir Ali.Di Masjid Tana' eem atau Masjid Saidatina Aisyah ini, jamaah haji melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, setelah itu melafalkan niat ihram: Labbaika Allahumma umratan, yang artinya Aku datang memenuhi panggilan-Mu untuk berumroh. Sesaat setelah mengucapkan niat umrah tersebut, maka berlakulah larangan-larangan ihram seperti tidak boleh memakai wangi-wangian, tidak boleh menggunting kuku dan rabut, tidak boleh memperlihatkan aurat, tidak boleh berhubungan suami-istri, dan masih banyak lagi larangan yang harus dipatuhi. Jika dilanggar, maka jamaah haji terkena dam atau denda yang besarnya seharga satu ekor kambing.
Setelah melafalkan niat ihram, kami masuk kembali ke dalam bus. Bus hanya membawa rombongan jamaah haji Kloter 56/JKS, rombongan 7 saja yang bergerak menuju kota Mekkah. Perjalanan dari Masjid Tan'in ke kota Mekkah tidak banyak memakan waktu. Pada sore hari itu terlihat di kiri kanan jalan pemandangan yang tandus dan gersang. Bukit batu dan tanah berpasir, hanya itu saja yang terlihat. Sekali-sekali tanpak perumahan penduduk dan bangunan-bangunan yang seperti tidak berpenghuni. Di dalam bus jamaah lebih banyak duduk berdiam diri saja, atau mengikuti Pak ustad pembimbing melantunkan talbiyah. Labbaikallahumma labbaik. Labbaikalaa syarikalaka labbaik. Innal hamda, wa ni’mata, laka wal mulk, laa syarikalak. Sebentar lagi saya akan berjumpa dengan Baitullah di tanah suci Mekkah. Perasaan saya bercampur aduk.
Saya duduk tidak terlalu belakang mulai merasakan perut tidak enak. Sakit melilit-lilit, perut ditekan terasa keras. Rupanya perut saya kembung masuk angin. Saya memang suka masuk angin apalagi kurang waktu tidur. Menyesal tidak minum jamu tolak angin sebelum berangkat tadi. Saran saya, jamaah haji membawa cukup banyak jamu tolak angin dari tanah air karena sangat bermanfat sekali di sana ketika badan terasa kurang enak.Memasuki perbatasan kota Mekkah, bus harus melapor ke pos perbatasan (check point). Di sini petugas Arab Saudi naik ke atas bus untuk memeriksa penumpang bus guna memastikan bahwa semuanya adalah jamaah haji yang legal. Oleh karena itu, kartu identitas haji kita harus selalu dibawa dan biasanya pembimbing haji yang akan memberikan laporan. Pemeriksaaan itu bertujuan untuk mencegah masuknya pendatang ilegal ke kota Mekkah. Selama musim haji, Arab Saudi memang sangat ketat memeriksa setiap orang yang masuk ke kota Mekkah. Hanya jamaah haji dan orang-orang yang punya izin khusus yang boleh masuk ke Tanah Haram. Hal ini bisa dimaklumi karena selama musim haji kota Mekkah akan sangat padat dengan jamaah haji dari seluruh dunia. Masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan dengan urusan haji dapat membuat kota Mekkah akan macet total.Setelah pemeriksaan beres, jamaah haji mendapat sambutan selamat datang berupa paket makanan ringan dan sebotol air zam-zam dari Kerajaan Arab Saudi. Wah, bahagia rasanya diperlakukan sebagai tamu yang dihormati. Pemerintah Arab Saudi sebagai pengayom dua tanah suci (Mekkah dan Madinah) memang melayani tamu-tamu Allah yang datang ke negara itu dengan sungguh-sungguh. Berbagai infrastruktur dibangun besar-besaran di kedua tanah haram tersebut demi kenyamanan jamaah haji.
Dari titik check point, bus memasuki kota Mekkah. Dari atas bus tampaklah Menara Zamzam di kejauhan. Menara zamzam adalah bangunan tertinggi di kota Mekah, ia selalu tampak di mana saja kita berada.
Foto ini adalah rupa hotel 809 tempat kami menginap jika dilihat pada siang hari
hotel tempat pemondokan kami. Kloter 56/JKS, Hotel 809, Maktab 70.
Sebelum ashar kami bersiap untuk melaksanakan shalat ke Masjidil Haram. Kawasan Misfalah alhamdulillah letaknya tidak jauh dari Masjidil Haram. Untunglah juga Pemerintah RI menyediakan layanan bus-bus yang selalu beredar dari pemondokan haji ke Masjidil Haram.
Bus-bus tersebut diberi nama bus Shalawat yang merupakan singkatan dari Shalat Lima Waktu. Jamaah haji Indonesia gratis naik bus tersebut. Kapan saja jamaah haji ingin pergi ke Haram untuk sholat maka tunggulah bus tersebut lewat di depan hotel. Nanti jika pulang dari Masjidil Haram ke hotel, jamaah dapat naik bus itu kembali dari terminal di dekat Haram. Terminal untuk bus kami bernama Ajyad dan nomor bus kami adalah nomor 11.
Perjalanan dengan bus Shalawat pada dinihari dari hotel ke Masjidil Haram memakan waktu 10 menit saja. Bus Shalawat bernomor 11 berhenti di terminal Ajyad. Dari terminal Ajyad kami berjalan kaki menuju kompleks Masjidil Haram. Sepanjang jalur dari terminal Ajyad ke pintu Masjidil Haram dipenuhi toko-toko dan restoran yang berjualan kebutuhan jamaah haji (makanan, buah-buahan, kurma, pakaian, asesori, dan sebagainya). Berbagai restoran cepat saji khas Arab berderet menawarkan makanan yang menggoda (restoran broast).
Sa’i dimulai dari Safa dan setelah tujuh kali berlari maka akan berakhir di Marwa. Saat Sa'i pun kita dapat mengamalkan doa sapu jagat. Pada lintasan dari Safa ke Marwa maupun sebaliknya ada bagian lintasan yang ditandai dengan lampu berwarna hijau. Jamaah laki-laki disunahkan berlari-lari kecil pada bagian lintasan ini, sedangkan jamaah perempuan cukup berjalan cepat atau berjalan biasa saja. Di sepanjang lintasan sa’i terdapat kran air zamzam. Jamaah yang lelah dapat berhenti dulu untuk minum air zamzam lalu meneruskan sa’inya.
Ibadah sa’i kami terpotong dengan sholat Subuh. Setelah berlari sebanyak lima kali, adzan Subuh berkumandang. Sa’i pun dihentikan sementara. Kami mencari tempat di lintasan sa’i untuk bersiap-siap sholat Subuh berjamaah. Selesai sholat Subuh, ritual sa’i yang tersisa pun dituntaskan. Alhamdulillah, pukul 6 pagi kami sudah selesai menuntaskan sa’i.
Ibadah umrah diakhiri dengan tahalul, dilakukan di Bukit Marwah, yaitu memotong sedikit rambut sebagai simbol halal melakukan apa-apa yang dilarang selama berihram. Kami sudah boleh memakai pakaian bisa, namun pakaian biasa ada di kamar hotel, jadi nanti di sana saja.
Tuntas sudah ibadah umrah. Kami berjalan keluar Haram menuju terminal Ajyad. Kami menaiki bus shalawat kembali ke hotel untuk beristirahat. Sebelum pulang, saya singgah dulu ke restoran Grapari Mekkah di Tower Zamzam lantai P3 yang tadi saya lewati. Makanannya enak banyak bumbu seperti di rumah, perut sudah lapar. Saya membeli bala-bala goreng dengan banyak potongan cabe rawit, nikmat sekali sekaligus makan baso grapari ditempat.Saya melakukan umroh ke dua dengan mengambil miqot di Masjid Ja'ranah. Tempat yang kira-kira jauhnya 24km dari Masjidil Haram Makkah. Melalui kawasan kemah untuk berhaji nanti, tapi karena malam tidak terlihat perkemahannya.
Miqot ke tiga kembali ke Masjid Saiditina Aisyah karena paling dekat ke Masjidil Haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar