Minggu, 11 Desember 2022

Menuju Mekkah (3)


Tepat jam 1 malam bus sampai di pemondokan haji di wilayah Misfalah 2. Karena sudah malam, kami tidak dapat melihat bangunan hotel yang akan kami tempati selama satu bulan di kota Mekkah. Kloter 56/JKS ditempatkan di hotel yang bersebelahan dengan hotel dari Kabupaten Bandung , yang diberi nama Hotel Indonesia 809 dan Hotel Indonesia 810. Hotel ini nantinya juga menjadi tempat pemondokan jamaah haji dari Kuningan, Bogor, Cirebon dan wilayah Jawa Barat lainnya. 

Setelah selesai pembagian kamar dan penyerahan koper, kami disuruh istirahat di kamar masing-masing. 

Kamarnya sederhana, tapi bersyukurlah. Sepertinya bangunan hotel ini hotel lama, bintang ***, itu terlihat dari cat dan furniturnya. Pemilik hotel di kawasan misfalah kebanyakan membangun hotel yang warna cat dan arsitektur bangunan mirip-mirip semua.

Saya mencoba beristirahat di kamar, namun saya tidak bisa tidur, hanya tidur-tiduran saja. Jadi teringat, jamaah haji yang laki-laki masih dalam berpakaian ihram,. Selama istirahat di dalam kamar mereka tidak boleh mengganti pakaian, harus tetap memakai dua lembar kain tidak berjahit. Pakaian ihram tidak boleh dibuka di hadapan jamaah haji yang lainnya meskipun sesama laki-laki, sebab aurat tidak boleh kelihatan oleh orang lain. Jika terbuka, batal ihramnya dan harus membayar dam atau denda. Kita boleh membuka pakaian ihram di dalam toilet jika ingin BAK atau BAB. Selama tidur-tiduran di atas kasur, saya juga tidak berani memakai selimut, karena khawatir membatalkan ihram.

Rombongan kloter 56/JKS turun dari bis, tepat di Hotel Al Zaer Al Khalil, Misfalah Mekkah. Jamaah masing-masing telah mendapat nomor kamar, saya mendapat no 422 di lantai 6, dari 15 lantai, sekamar dengan Adik ipar, Erna, dan Ibu Komariah serta Ibu Saroh. Setelah istirahat sebentar kami bersiap-siap melaksanakan umrah ke Mekkah, dengan mengambil miqot di Tana'eem dikenal dengan Masjid Saidatina Aisyah. Ibadah umrah terdiri dari ihram, tawaf, dan sa’i. Selama umrah kita akan berpakaian ihram, bagi laki-laki menggunakan hanya dua lembar kain tidak berjahit, bagi perempuan gamis putih dengan tangan tertutup.bUntuk pembaca ketahui, rukun haji itu ada enam yaitu ihram, wukuf, tawaf ifadah, sa’i, tahalul, dan tertib.


Sehari sebelum berangkat ke Mekkah, saat masih di Bandung, oleh KBIH kami semua diwajibkan mengemasi semua barang ke dalam koper besar. Koper besar akan dikumpulkan keesokan paginya di depan kamar masing-masing untuk diangkut dengan bus ke Mekkah. Koper kecil berisi pakaian ganti, kain ihram, peralatan mandi, dan barang pribadi lainnya. Hal ini dimaksudkan bila Koper jamaah tercecer bisa cepat ada cadangan pakaian di koper kecil.

Hari itu Jumat tanggal 25 Juli 2019, kami jamaah haji Kloter 56/JKS akan berangkat umrah ke Mekkah setelah sholat Subuh. Pakaian ihram laki-laki hanya dua lembar kain yang tidak berjahit, tidak boleh pakai pakaian apapun lagi seperti pakaian dalam. Boleh memakai sabuk agar kain ihram tidak lepas. Sedang pakaian ihram wanita, bisa gamis atau setelan putih dan atasan mukena putih. 

Setelah waktu Subuh, kami diperintahkan turun ke lantai dasar hotel untuk bersiap masuk bus. Kami hanya membawa tas kecil saja. Setiap rombongan sudah tahu busnya masing-masing, nomor bus sama sejak dari Bandung. Rombongan KBIH saya menempati bus nomor 2.

Miqat di Masjid Tan'im

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit dari hotel, sampailah jamaah haji di Masjid Tan'im, masjid tenpat miqot terdekat dari Masjidil Haram.

Sedangkan jamaah haji yang yang hendak umrah ke Mekkah dan datang  dari Madinah, mereka wajib mengambil miqat di Masjid Bir Ali.  Bir dalam bahasa Arab artinya sumur, dulu di tempat ini Ali bin Abi Thalib membangun sumur sehingga diberi nama Bir Ali.

Di Masjid Tana' eem atau Masjid Saidatina Aisyah ini, jamaah haji melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, setelah itu melafalkan niat ihram: Labbaika Allahumma umratan, yang artinya Aku datang memenuhi panggilan-Mu untuk berumrohSesaat setelah mengucapkan niat umrah tersebut, maka berlakulah larangan-larangan ihram seperti tidak boleh memakai wangi-wangian, tidak boleh menggunting kuku dan rabut, tidak boleh memperlihatkan aurat, tidak boleh berhubungan suami-istri, dan masih banyak lagi larangan yang harus dipatuhi. Jika dilanggar, maka jamaah haji terkena dam atau denda yang besarnya seharga satu ekor kambing.

Setelah melafalkan niat ihram, kami masuk kembali ke dalam bus. Bus hanya membawa rombongan jamaah haji Kloter 56/JKS, rombongan 7 saja yang bergerak menuju kota Mekkah. Perjalanan dari Masjid Tan'in ke kota Mekkah tidak banyak memakan waktu. Pada sore hari itu terlihat di kiri kanan jalan pemandangan yang tandus dan gersang. Bukit batu dan tanah berpasir, hanya itu saja yang terlihat. Sekali-sekali tanpak perumahan penduduk dan bangunan-bangunan yang seperti tidak berpenghuni. Di dalam bus jamaah lebih banyak duduk berdiam diri saja, atau mengikuti Pak ustad pembimbing melantunkan talbiyah. Labbaikallahumma labbaik. Labbaikalaa syarikalaka labbaik. Innal hamda, wa ni’mata, laka wal mulk, laa syarikalak. Sebentar lagi saya akan berjumpa dengan Baitullah di tanah suci Mekkah. Perasaan saya bercampur aduk.


Saya duduk tidak terlalu belakang mulai merasakan perut tidak enak. Sakit melilit-lilit, perut ditekan terasa keras. Rupanya perut saya kembung masuk angin. Saya memang suka masuk angin apalagi kurang waktu tidur. Menyesal tidak minum jamu tolak angin sebelum berangkat tadi. Saran saya, jamaah haji membawa cukup banyak jamu tolak angin dari tanah air karena sangat bermanfat sekali di sana ketika badan terasa kurang enak.

Memasuki perbatasan kota Mekkah, bus harus melapor ke pos perbatasan (check point). Di sini petugas Arab Saudi naik ke atas bus untuk memeriksa penumpang bus guna memastikan bahwa semuanya adalah jamaah haji yang legal. Oleh karena itu, kartu identitas haji kita harus selalu dibawa dan biasanya pembimbing haji yang akan memberikan laporan.  Pemeriksaaan itu bertujuan untuk mencegah masuknya pendatang ilegal ke kota Mekkah. Selama musim haji, Arab Saudi memang sangat ketat memeriksa setiap orang yang masuk ke kota Mekkah. Hanya jamaah haji dan orang-orang yang punya izin khusus yang boleh masuk ke Tanah Haram. Hal ini bisa dimaklumi karena selama musim haji kota Mekkah akan sangat padat dengan jamaah haji dari seluruh dunia. Masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan dengan urusan haji dapat membuat kota Mekkah akan macet total.

Setelah pemeriksaan beres, jamaah haji mendapat sambutan selamat datang berupa paket makanan ringan dan sebotol air zam-zam dari Kerajaan Arab Saudi. Wah, bahagia rasanya diperlakukan sebagai tamu yang dihormati. Pemerintah Arab Saudi sebagai pengayom dua tanah suci (Mekkah dan Madinah) memang melayani tamu-tamu Allah yang datang ke negara itu dengan sungguh-sungguh. Berbagai infrastruktur dibangun besar-besaran di kedua tanah haram tersebut demi kenyamanan jamaah haji.

Dari titik check point, bus memasuki kota Mekkah. Dari atas bus tampaklah Menara Zamzam di kejauhan. Menara zamzam adalah bangunan tertinggi di kota Mekah, ia selalu tampak di mana saja kita berada.


Foto ini adalah rupa hotel 809 tempat kami menginap jika dilihat pada siang hari



hotel tempat pemondokan kami. Kloter 56/JKS, Hotel 809, Maktab 70.

Hotel Indonesia lainnya

kamar hotel tempat kami menginap


Teman sekamar.

Bersiap ke Masjidil Haram

Sebelum ashar kami bersiap untuk melaksanakan shalat ke Masjidil Haram. Kawasan Misfalah alhamdulillah letaknya tidak  jauh dari Masjidil Haram. Untunglah juga Pemerintah RI menyediakan layanan bus-bus yang selalu beredar dari pemondokan haji ke Masjidil Haram. 

Bus-bus tersebut diberi nama bus Shalawat yang merupakan singkatan dari Shalat Lima Waktu. Jamaah haji Indonesia gratis naik bus tersebut. Kapan saja jamaah haji ingin pergi ke Haram untuk sholat maka tunggulah bus tersebut lewat di depan hotel. Nanti jika pulang dari Masjidil Haram ke hotel, jamaah dapat naik bus itu kembali dari terminal di dekat Haram. Terminal untuk bus kami bernama Ajyad dan nomor bus kami adalah nomor 11.

Penampakan bus Shalawat pada siang hari

Terminal Ajyad


Perjalanan dengan bus Shalawat pada dinihari dari hotel ke Masjidil Haram memakan waktu 10 menit saja. Bus Shalawat bernomor 11  berhenti di terminal Ajyad. Dari terminal Ajyad kami berjalan kaki menuju kompleks Masjidil Haram. Sepanjang jalur dari terminal Ajyad ke pintu Masjidil Haram dipenuhi toko-toko dan restoran yang berjualan kebutuhan jamaah haji (makanan, buah-buahan, kurma, pakaian, asesori, dan sebagainya). Berbagai restoran cepat saji khas Arab berderet menawarkan makanan yang menggoda (restoran broast).

Menunggu bus shalawat no 11 depan hotel

Lapangan terminal Ajyad

Sambil berjalan menuju Masjidil Haram, saya memandang menara Zamzam. 

Menara Zamzam berdiri dengan gagahnya di beranda Masjidil Haram, tampak dari arah terminal bus. Di menara ini terdapat puluhan hotel dan mal. Jamaah haji ONH plus (sekarang bernama program Haji Khusus atau Haji Furoda, untuk membedakannya dengan program haji reguler) biasanya menginap di hotel-hotel di Menara Zamzam, bukan di pemondokan seperti yang kami tempati. Cukup berjalan 50 meter dari Menara Zamzam langsung masuk Masjidil Haram.

Menara Zamzam adalah bangunan paling tinggi di Kota Mekah. Dimana pun kita berada di Mekah pasti dapat melihat menara ini dari kejauhan. Di puncaknya berdiri bangunan bulan sabit dari emas murni yang beratnya berton-ton. Lalu sebuah jam besar yang menjadi patokan waktu di Mekah.

Crane-crane yang terlihat di dalam foto di atas menunjukkan bahwa pembangunan perluasan Masjidil Haram masih terus berlangsung. Sejak saya umrah bersama keluarga besar  tahun 2007 hingga naik musim haji tahun ini, tampaknya perluasan Masidil Haram belum selesai-selsesai juga.

Kami memasuki Haram dari pintu King Abdul Aziz, jangan lupa saat masuk masjid kaki kanan lebih dulu. Ini adalah pintu masuk jika keluar dari Mal Tower Zamzam, atau kami juga bisa masuk melalui jembatan dari depan WC nomor 3 ambil arah kanan. Dari pintu ini kami berjalan kaki ke arah ka’bah melewati jalur menuju tempat tawaf. 

Meski waktu saat itu dinihari, jamaah haji yang melakukan sa’i ramai sekali. Untuk diketahui, rangkaian ibadah umrah terdiri dari thawaf, sa’i, dan ditutup dengan tahalul. Suhu udara di jalur sa’i ini lumayan dingin karena di sana banyak sekali dipasang kipas angin yang meniupkan udara dingin di dalam ruangan. Brrr….

Setelah berjalan kaki melalui jalur dalam masjid sampailah kami ke mataf, yaitu tempat melakukan thawaf. Allahu Akbar, tampaklah di depan kami ka’bah, Baitullah, Rumah Allah, yang selama ini hanya dapat dilihat gambarnya saja. Kami ingin thawaf di plaza, yaitu lantai dasar yang langsung berhadapan dengan ka’bah. Dari lantai dua kami turun ke lantai dasar. Suasana plaza di depan ka’bah saat dinihari itu sangat ramai dengan jamaah haji yang thawaf maupun yang sholat. Jamaah haji dari seluruh dunia sudah berdatangan ke Mekkah, jadi wajar saja Masjidil Haram saat itu sudah padat.


Ka’bah, kiblat ummat Islam sedunia. Sepotong bulan menggantung di atas kota Mekkah. Sungguh indah sekali malam itu.

Rombongan KBIH kami thawaf dalam satu kelompok. Jamaaah perempuan berada di tengah, lalu dibentengi di kiri kanannya dengan jamaah laki-laki. Pembimbing haji berada di depan memimpin thawaf. Agar suara pembimbing dapat didengar oleh jamaah, setiap memutar ka’bah ustad pembimbing memandu bacaan doa, kami lalu melafalkan doa yang dibaca Pak Ustad. 

Thawaf dilakukan sebanyak tujuh putaran, dimulai dari sudut ka’bah yang terdapat hajarul aswad (batu hitam) dan setiap putaran berakhir di sudut itu juga (Surah ke 19 Al Quran ayat 47 sampai 49). Dari Hajar Aswad berdoa Subhanallah walhamdulillah wa'la ila haillah wallahu akbar. Doa itu berhenti pas di Maqom Ibrahim. Dari Maqom Ibrahim ke Rukun Yamani minta doa apapun yang kita inginkan. Dari Rukun Yamani ke Hajar Aswad baca doa sapu jagat. Rabana atina fidunya hasanah wafil akhirati hasanatan wa qina aja bannar. 
Untuk mengetahui letak Hajarul Aswad dari kejauhan, tedapat lampu berwarna hijau di sudut dinding masjid. Jamaah haji melihat ke lampu hijau itu untuk memulai putaran berikutnya. Bacaan yang dibaca ketika memulai putaran dari hajarul aswad adalah bismillahi allahu akbar sambil mengangkat tangan kanan dan mengecupnya (sebagai simbol mencium hajarul aswad).  Ketika melewati sudut ka’bah yang bernama sudut Yamani, jamaah juga melafalkan bacaan yang sama tatapi tanpa mengecup tangan.

Sebenarnya pada setiap putaran kita bebas membaca doa apa saja, namun Kemenag RI  telah meyediakan buku kecil yang berisi kumpulan doa selama thawaf dan sa’i. Jamaah yang melakukan thawaf sendiri dapt membaca doa di buku itu sembari memutar ka’bah.

Selesai tawaf kita usahakan dapat sholat sunat di depan maqom ibrahim, rakaat pertama al fatihah dan al kafirun, rakaat kedua al fatihah dan al ikhlas.

Kemudian minum air zamzam ya, dengan memakai tangan kanan dan menghadap Ka'bah, disunahkan sambil berdiri.

Sa'i dimulai dari Bukit Shafa


Jalur melakukan sa’i, yaitu lari-lari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah

Sekarang bukit Safa dan bukit Marwah sudah tidak ada lagi seperti zaman dulu. Pembangunan perluasan Masjidil Haram mengakibatkan kedua bukit itu telah dipapas. Yang tersisa adalah sebagian potongannya yang dijadikan memorabilia sebagai tanda di situ terdapat kedua bukit tersebut. Saat ini tempat sa’i sudah sangat nyaman dan terdiri dari tiga lantai.

Bukit Marwa

Sa’i dimulai dari Safa dan setelah tujuh kali berlari maka akan berakhir di Marwa. Saat Sa'i pun kita dapat mengamalkan doa sapu jagat. Pada  lintasan dari Safa ke Marwa maupun sebaliknya ada bagian lintasan yang ditandai dengan lampu berwarna hijau. Jamaah laki-laki disunahkan berlari-lari kecil pada bagian lintasan ini, sedangkan jamaah perempuan cukup berjalan cepat atau berjalan biasa saja. Di sepanjang lintasan sa’i terdapat kran air zamzam. Jamaah yang lelah dapat berhenti dulu untuk minum air zamzam lalu meneruskan sa’inya.


Ibadah sa’i kami terpotong dengan sholat Subuh. Setelah berlari sebanyak lima kali, adzan Subuh berkumandang. Sa’i pun dihentikan sementara. Kami mencari  tempat di lintasan sa’i untuk bersiap-siap sholat Subuh berjamaah. Selesai sholat Subuh, ritual sa’i yang tersisa pun dituntaskan. Alhamdulillah, pukul 6 pagi kami sudah selesai menuntaskan sa’i. 

Ibadah umrah diakhiri dengan tahalul, dilakukan di Bukit Marwah, yaitu memotong sedikit rambut sebagai simbol halal melakukan apa-apa yang dilarang selama berihram. Kami sudah boleh memakai pakaian bisa, namun pakaian biasa ada di kamar hotel, jadi nanti di sana saja.

Tuntas sudah ibadah umrah. Kami berjalan keluar Haram menuju terminal Ajyad. Kami menaiki bus shalawat kembali ke hotel untuk beristirahat. Sebelum pulang, saya singgah dulu ke restoran Grapari Mekkah  di Tower Zamzam lantai P3 yang tadi saya lewati. Makanannya enak banyak bumbu seperti di rumah, perut sudah lapar. Saya membeli bala-bala goreng dengan banyak potongan cabe rawit, nikmat sekali sekaligus makan baso grapari ditempat.

Saya melakukan umroh ke dua dengan mengambil miqot di Masjid Ja'ranah. Tempat yang kira-kira jauhnya 24km dari Masjidil Haram Makkah. Melalui kawasan kemah untuk berhaji nanti, tapi karena malam tidak terlihat perkemahannya.

Miqot ke tiga kembali ke Masjid Saiditina Aisyah karena paling dekat ke Masjidil Haram.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar