Minggu, 11 Desember 2022

Masjidil Haram Mekkah (4)


Masjidil Haram, atau sering disingkat Haram (atau Harom) saja, tidak pernah sepi siang dan malam, baik pada musim haji maupun diluar musim haji. Di dalamnya ada “magnet” yang membuat Islam di seluruh dunia selalu ingin mengunjunginya, yaitu Ka’bah, Baitullah, yang menjadi kiblat ummat Islam dalam menunaikan sholat.

Selama musim haji, semakin hari Haram semakin padat dengan calon jamaah haji. Saya sarankan jangan datang ke Haram mendekati waktu sholat, pasti tidak akan mendapat tempat di dalam masjid, paling-paling mendapat tempat di pelataran luar masjid. Ya, Haram sudah penuh setengah jam sebelum waktu sholat. Jadi, kalau mau ke Haram sebaiknya dua jam sebelum waktu sholat tiba. Rata-rata jamaah ingin sholat di plaza (pelataran Ka’bah), tetapi pelataran ini sudah penuh sesak satu jam sebelum sholat. Para askar pun sudah menutup akses ke plaza satu jam sebelum waktu sholat karena sudah penuh dengan jamaah yang tawaf maupun yang menunggu sholat. Jadi, kalau anda ingin sholat di dalam Haram, maka sebaiknya datanglah minimal satu jam sebelum waktu sholat. Dari pemondokan naik bus Shalawat ke Haram satu atau dua jam sebelumnya, karena satu jam sebelum waktu sholat tiba bus Shalawat sudah penuh dengan jamaah yang akan ke Haram. Kita harus antri kedatangan bus berikutnya.

Masjidil haram tampak dari depan menara Zamzam. Saat waktu sholat Maghrib dan Isya, pelataran di depan menara ini penuh sesak dengan jamaah yang sholat.

Meskipun waktu sholat masih lama, biasanya jamaah haji mengisi waktu dengan tadarus (membaca Al-Quran).  Membaca Quran di Haram terasa lebih berkesan, karena saya membaca Quran sambil menghadap ke Ka’bah. Di depan saya terlihat Ka’bah, meskipun tidak persis dekat di depannya. Sekali-sekali ketika jeda membaca Quran mata saya menatap ke Ka’bah. Oh Ka’bah yang selalu saya rindukan, dan juga dirindukan oleh jutaan ummat Islam di seluruh dunia, sekarang ada di depan mata saya.

Jika saya tidak mendapat tempat di plaza, maka biasanya saya mengambil tempat di lantai dua yang pemandangannya menghadap ke ka’bah. Pemandangan dari lantai dua justru sangat menggetarkan hati. Di bawah sana terlihat lautan manusia berputar bersama-sama mengelingi Ka’bah, melaksanakan tawaf secara berlawanan arah jarum jam sebanyak 7 putaran. Saya merekam momen yang menggetarkan hati tersebut dengan kamera ini seperti pada foto di bawah ini.Sebenarnya juga dalam bentuk video, tetapi WordPress tidak mendukung media dalam bentuk video. Kalau di video kelihatan lebih hidup.

Plaza tempat Ka’bah berada dipenuhi oleh lautan jamaah haji yang sedang tawaf maupun sholat

Di lantai dua ini (dan juga di lantai tiga) juga terdapat area mataf (area untuk tawaf). Tawaf di lantai dua dan lantai tiga radius lingkarannya lebih panjang daripada di plaza sehingga tawaf membutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikannya, dan bisa lebih lama lagi jika jamaah sangat padat. Tawaf di lantai dua cocok bagi jamaah yang menggunakan kursi roda karena tidak berdesak-desakan seperti di plaza. Kursi roda tersedia secara terbatas dan gratis. Jika keluarga atau kerabat jamaah tidak sanggup mendorongnya, maka banyak tenaga kerja lokal yang bersedia membantu mendorong kursi roda menyelesaikan tawaf tujuh putaran asal bayarannya cocok.

Jamaah yang menggunakan kursi roda tawaf di lantai dua mataf

Selain untuk melaksanakan sholat fardhu, jamaah haji datang ke Haram untuk melaksanakan tawaf. Tawaf dapat dilakukan kapan saja, baik pagi, siang atau malam. Selagi masih punya tenaga dan mumpung berada di Mekkah, maka kenapa tidak memanfaatkan waktu untuk melaksanakan tawaf berkali-kali. Namun, semakin hari jamaah haji semakin hari semakin banyak saja berdatangan ke kota Mekkah dari seluruh penjuru dunia sehingga Masjidil Haram semakin bertambah padat. Untuk tawaf di plaza di depan Ka’bah semakin sulit, sangat padat dan berdesak-desakan.

Baik di lantai atas  maupun di lantai bawah, jamaah haji yang melakukan tawaf mengalir tiada henti. Merinding melihatnya. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Semuanya bertasbih memuji-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, berdoa meminta ampunan dan keselamatan hidup baik di dunia maupun akhirat.

Tawaf bukanlah sekedar mengelilingi kiblat umat Islam itu. Tetapi, tawaf hakekatnya adalah mengelilingi Sang Empunya Ka’bah, yaitu Allah SWT. Selain itu, tawaf juga menghormati orang yang pertama kali membangun Ka’bah, yaitu Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Di depan Ka’bah terdapat maqam Ibrahim, yaitu bekas tempat berdiri Nabi Ibrahim. Saya belum berhasil sholat persis di belakang maqam itu karena sungguh padatnya manusia.

Tawaf juga merefleksikan pergerakan alam semesta. Planet-planet berputar mengelilingi matahari, elektron-elektron di dalam atom berputar mengelilingi inti atom. Sungguh semua itu terdapat pelajaran dan hikmah bagi manusia.

Waktu favorit jamaah untuk melaksanakan tawaf adalah pada malam hari setelah sholat Isya, dinihari sebelum subuh, dan pagi hari setelah matahari terbit. Saat itu suhu udara cukup sejuk, tidak panas menyengat seperti siang hari. Selain alasan tersebut, setelah sholat Isya dan setelah sholat Subuh biasanya jamaah sudah pulang ke hotel masing-masing untuk beristirahat sehingga Haram tidak terlalu padat dan kita bisa tawaf agak leluasa di plaza. Jamaah yang  hotelnya jauh dari Haram sudah  berangkat ke Haram pukul dua atau pukul tiga dinihari untuk tawaf sembari menunggu waktu sholat Subuh. Bus Shalawat yang mengangkut jamaah selalu tersedia jam berapa saja, jadi mau pergi ke Haram bisa kapan saja kita mau, dinihari sekalipun.

Namun, tawaf pada siang hari bolong yang sangat terik tetap saja banyak jamaah yang melakukannya meskipun sangat beresiko terkena stroke panas (heat stroke). Jamaah haji Indonesia sudah diingatkan agar tidak mengambil resiko berada di luar ruangan tanpa pelindung kepala. Suhu di Mekkah saat musim haji tahun 2019 adalah 44 – 50 derajat Celcius. Teman saya bercerita, dia melihat dari lantai dua  ada beberapa orang yang digotong dari lautan manusia yang sedang melaksanakan tawaf, mungkin pingsan atau wafat terkena serangan heat strokeInna lillaahi wa inna ilaihi raajiun.

Setiap hari banyak jamaah haji yang wafat di Mekkah, setelah usai sholat lima waktu selalu ada pelaksanaan sholat jenazah. Begitu juga di Masjidil Haram di Mekah. Jenazah-jenazah ditaruh di sisi lantai mataf, selanjutnya dibawa ke sisi Ka’bah untuk disholatkan, disholatkan oleh ratusan ribu jamaah haji. Jamaah haji yang wafat di Mekkah dimakamkan di pemakaman Ma’la (jika di Madinah di pemakaman Baqi). Di Ma’la juga terbaring jasad Siti Khodijah, istri Rasulullah.

Semua jamaah haji yang wafat di tanah suci biasanya dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi untuk diketahui penyebab wafatnya. Selanjutnya jenazah dimandikan, dikafani, dan dibawa ke Masjidil Haram dan disholatkan oleh ratusan ribu orang. Sebagian jamah haji mungkin ada menginginkan wafat di Tanah Suci. Walahu alam. Kita memang tidak pernah tahu di bumi mana kita dilahirkan dan di bumi mana kita diwafatkan.

Jenazah jamaah haji yang wafat siap untuk disholatkan di depan Ka’bah

Bin Dawood mungkin merupakan jaringan supermarket terkenal dan terbesar di Saudi. Di Madinah dan di Mekah hanya menemukan supermarket ini saja.

40232947_2027411663993515_1675821777051189248_o

Loker tempat penyimpanan tas dan koper di Masjidil Haram. Letaknya di depan Menara Zamzam

Untuk mencari makanan di sekitar Masjidil Haram tidaklah sulit. Selain di Menara Zamzam, puluhan restoran di sekitar Haram bertebaran menawarkan menu nasi kebuli, nasi mandhi, nasi bukhori, kebab, shawarma, martabak, ayam bakar (broast chicken), dan lain-lain. Saya sempat membeli nasi kebuli Arab, yang kemudian saya ketahui bernama nasi bukhori, di mal dekat masjidil Haram. Ini pertama kali saya makan nasi kebuli. Ya ampun, dikasih nasi porsinya segede gaban, ayamnya juga besar. Bagaimana menghabiskannya ya? Biasanya saya makan separo dan sisanya buat sarapan pagi besok. Nasinya enak, banyak mengandung rempah. Ada cengkeh, pala, jinten, dll di dalam nasi. Nasi bukhori dengan ayam panggang harganya 20 riyal. Kalau nasinya saja harganya 10 riyal. Martabak dan shawarma juga 5 riyal.

Restoran di Mal Safa 

Ayam panggang yang menggoda.


Nasi bukhori. Lalapannya adalah cabe hijau besar.

Mumpung berada di Mekkah, jangan lupa mencoba Mie Baso Grapari di lantai P3 Tower Zamzam. Mie basonya paling populer di Saudi, karena rumah makannya di dalam Tower Zamzam, yang datangnke tempat ini kebanyakan jemaah dari Malaysia atau Haji Plus dari Indonesia. Di dekat Menara Zamzam ada restoran AlBaik, tetapi ayamnya berbentuk nugget, bukan ayam goreng seperti foto di bawah ini. Jadi saya lebih membeli KFC. Selama di Saudi saya terkesan dengan semua wadah makanan yang semuanya  terbuat dari alumunium foil, tidak pakai strereoform seperti di kita. Ah, saya jadi gafok deh, gagal fokus :-).

38810961_1996320297102652_8658825669859344384_n

Paket ayam goreng Al Baik

Alat ini akan bergetar, kalau pesanan makanan sudah siap diambil

Rumah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Tidak jauh dari Haram, yaitu di dekat bukit batu, tidak jauh dari terminal Syib Amir, ada sebuah perpustakaan yang dulunya tempat ini adalah tempat bersejarah. Ya, di lokasi tempat perpustakaan inilah dulunya terdapat rumah tempat kelahiran Nabi Muhammad. Banyak jamaah haji yang mengunjungi tempat ini, ada juga jamaah yang saya lihat sholat di sini meskipun sudah ada larangan untuk tidak sholat di sana. Pemerintah Saudi memang banyak menghancurkan situs-situs bersejarah, misalnya rumah Siti Khadijah sekarang menjadi halaman lokasi toilet, rumah kelahiran Nabi menjadi gedung perpustakaan. Mungkin maksudnya supaya jamaah tidak melakukan bid’ah, yaitu melakukan perbuatan yang mengarah syirik dengan melakukan ritual-ritual yang tidak diajarkan oleh agama. Hal ini mungkin debatable.

Perpustakaan Mekkah Al-Mukaramah. Di lokasi inilah dulu terdapat rumah tempat kelahiran Nabi Muhammad.

Seperti halnya di Masjid Nabawi, di setiap sudut Masjidil Haram terdapat banyak gentong yang berisi air zam-zam. Jamaah haji dapat minum air zamzam sepuasnya atau membawanya pulang. Biasanya jamaah haji sudah membawa botol-botol air mineral  dari pemondokan. Ketika pulang dari Haram, mereka mengisi botol-botol itu dengan air zamzam untuk diminum di hotel. Air zam-zam di dalam gentong ada dua macam, dingin (cold) dan tidak dingin (not cold). Minum air zam-zam yang dingin sama seperti minum air es yang disimpan di dalam kulkas, tidak dianjurkan jika anda tidak ingin sakit batuk. Selama di Tanah Suci saya tidak mau meminum air zam-zam yang dingin itu. Kerongkongan yang kering jika dialiri air es bisa menebabkan batuk. Sebaiknya minum air zam-zam yang not cold saja, suhunya sama seperti air minum biasa.

Gentong-gentong yang berisi air zam-zam di dalam Masjid Nabawi. Tumpukan gelas plastik di kanan adalah gelas bersih, jika sudah selesai memakainya anda dapat menaruhnya pada selongsong di sebelah kiri atau gelas kita bawa.

Di luar Masjidil Haram juga terdapat keran-keran air zamzam. Letaknya dekat dengan Perpustakaan/Rumah Kelahiran Nabi Muhammad SAW, hampir bersebelahan, namanya Zamzam Sabeel. Jamaah dari India, Afghanistan, Mesir, dan lain-lain, termasuk jamaah Indonesia biasanya mengisi air zamzam ke dalam jerigen-jerigen. Saya sendiri sempat mandi dengan memakai pakaian lengkap. Pakaian sepulang dari Zamzam Sabeel langsung kering tidak berapa lama. Saya tidak tahu apakah di sana letak sumur air zam-zam?

zamzam sabeel di belakang Masjidil Haram.

Satu keinginan saya yang belum pernah berhasil diwujudkan di Haram adalah mencium hajarul aswad di sudut ka’bah. Waktu saya umrah tahun 2007 dulu, alhamdulillah saya bisa menciumnya.  Perjuangan untuk mencium hajarul aswad sungguh luar biasa, bisa-bisa nyawa taruhannya karena tergencet, terinjak, atau sesak napas karena terjepit. Orang-orang berdesak-desakan saling mendorong untuk mendekati hajarul aswad. Jamaah haji yang bertubuh besar seperti dari Mesir, Turki, India, Afghanistan, dan Afrika sangat mendominasi di depan hajarul aswad. Orang Indonesia yang bertubuh kecil terjepit di tengahnya. Mencium hajarul aswad adalah sunnah saja, bukan keharusan. Hanya karena Nabi pernah menciumnya, maka jamaah haji pun berusaha untuk menciumnya. Saat umroh dulu, tas selempang saya sempat terlempar ke arah yang saya tidak tahu, kaget pastinya, tapi subhanallah ada jamaah lain yang berteriak2 memberitahukan ini tas siapa. Tas saya pun kembali saya temukan. Alhamdulillah.

Meskipun saya tidak berhasil mencium hajarul aswad, namun saya sudah puas bisa berdoa di dekat Multazam. Multazam adalah area di depan Ka’bah yang terletak antara hajarul aswad dan pintu Ka’bah. Saya berdoa di sana, mencurahkan segala isi hati, memohon kepada Allah segala permohonan, hingga saya pun menangis. Berdoa di seputaran Ka'bah menurut saya adalah tempat yang mustajab. Semoga seluruh doa yang saya panjatkan di sana di-ijabah oleh Allah SWT, entah sekarang, entah nanti.  Amiin ya rabbal alamin

Selain kepuasan berdoa di Multazam, saya juga bersyukur, alhamdulillah bisa sholat di Hijir Ismail saat Umroh tahun 2007. Saat musim haji seperti ini rasanya sulit dan tidak mungkin. Hijir Ismail adalah area kecil di depan Ka’bah yang dibatasi oleh tembok melengkung. Untuk masuk ke dalam Hijir Ismail ini perjuangannya juga tak kalah hebatnya dengan perjuangan mencium hajarul aswad. Para askar membatasi jamaah masuk ke dalam Hijir Ismail supaya tidak ada yang celaka. Di Hijir Ismail kita tidak bisa leluasa sholat karena di depan kita punggung jamaah haji lainnya. Untuk sujud pun sangat sulit. 

Triknya saat itu adalah setelah selesai tawaf, maka pada putaran terakhir saya merangsek maju ke dekat Ka’bah. Setelah berdoa di Multazam, mencium Ka’bah, mencium kiswah, saya berjalan mendekati Hijir Ismail. Ketika ada tempat lowong dan askar membolehkan, saya pun masuk ke dalamnya dan sholat sunnat dua rakaat, diakhir dengan minum air zam-zam yang tersedia di sana.

Masjidil Haram di Mekkah memang selalu membuat rindu dan selalu dirindukan.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar