Minggu, 11 Desember 2022

Dari Asrama Haji Menuju Mekkah 2019


Setelah menempuh perjalanan 3 jam dari Bandung (termasuk istirahat dan makan di RM Cibening Sari, Purwakarta),  akhirnya  rombongan 10 bus Kloter 56/JKS sampai di Embarkasi Haji  Bekasi. Ini adalah embarkasi untuk jamaah haji dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Dulu embarkasi ini bernama Asrama Haji Pondok Gede. Kabarnya tahun depan embarkasi haji untuk jamaah haji Jawa Barat dipindahkan ke Bandara Kertajati, Majalengka. Tahun ini belum bisa di Kertajati karena asrama haji belum dibangun.

Di Embarkasi Haji Bekasi kami cukup lama menunggu untuk masuk aula dan belum bisa beristirahat di asrama. Kami harus menunggu selesainya pemrosesan kedatangan jamaah haji Kloter lain dari Tasikmalaya. Sambil menunggu masuk aula, jamaah haji duduk-duduk saja di lorong asrama. Udara kota Bekasi saat itu terasa gerah, jamaah yang kelelahan selama perjalanan banyak yang duduk tertidur sambil terangguk-angguk. Semua jamaah haji memakai seragam batik nasional yang berwarna hijau. Seragam batik ini dipakai saat keberangkatan dan saat kepulangan. Tetapi, di Tanah Suci banyak juga jamaah haji Indonesia tetap memakai batik ini sehari-hari ketika ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Batik menjadi identitas jamaah haji Indonesia. Dengan melihat jamaah yang memakai seragam batik tersebut, maka tahulah kita jika mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air di Tanah Suci.

Duduk-duduk menunggu panggilan masuk aula

Kompleks embarkasi Haji Bekasi cukup luas. Di dalamnya terdapat asrama, masjid, aula, dan lapangan untuk manasik haji. Ada minatur ka’bah di tengahnya. Keberadaan kami di embarkasi ini hanya selama 18 jam, jadi mana sempat untuk latihan manasik haji. Jadilah ka’bah mini itu hanya untuk dipandang-pandang. Insya Allah kami akan melihat ka’bah yang sebenarnya dalam waktu beberapa hari lagi.

Embarkasi Haji Bekasi

Setelah rombongan Kloter lain selesai diproses, rombongan jamaah haji Kloter 56 dipanggil untuk masuk ke dalam aula. Di dalam aula ini ada seremoni penyambutan jamaah haji, lalu serah terima jamaah haji hari PPIH Kabupaten Bandung Barat ke PPIH Pusat, dan beberapa pengarahan yang cukup lama. Tidak apa-apalah, jamaah haji banyak yang berusia lanjut, jadi kepada mereka memang perlu pengarahan secara detil. Selain itu, di sini jamaah haji juga diperiksa kembali kesehatannya. Khusus untuk jamaah haji perempuan yang masih berusia produktif, ada lagi tes urin untuk memastikan sedang tidak hamil. Jika teryata positif hamil, maka jamaah tersebut terpaksa dibatalkan keberangkatannya.

Di dalam aula , menerima berbagai pengarahan dan uang riyal.

Tibalah pembagian yang ditunggu-tunggu, he..he. Setiap jamaah mendapat living cost sejumlah 1500 riyal atau setara 6 juta rupiah. Living cost adalah tradisi Pemerintah RI sejak dulu. Living cost diberikan sebagai bekal jamaah selama di Tanah Suci. Di Tanah Suci jamaah haji mendapat makan 40 kali  (makan siang dan makan malam) berupa layanan catering haji. Tidak setiap hari jamaah haji mendapat catering makan, ada sejumlah hari tidak mendapat catering, yaitu beberapa hari sebelum dan sesudah pelaksanaan wukuf. Selain itu, jamaah haji tidak mendapat sarapan pagi. Sarapan pagi harus dibeli atau disiapkan sendiri. Jadi, uang living cost itu tujuanya digunakan sebagai bekal membeli makanan selama tidak mendapat layanan catering, juga untuk membeli sarapan pagi setiap hari, dan membeli barang kebutuhan lainnya. Namun dalam pengamatan saya di Tanah Suci, living cost yang dibagikan lebih banyak digunakan jamaah haji untuk membeli oleh-oleh di Madinah dan Mekah. .

Umumnya jamaah haji juga telah menyiapkan bekal uang sendiri dalam bentuk pecahan riyal. Ada jamaah yang membawa banyak riyal, tapi saya pribadi membawa secukupnya saja, hanya beberapa ratus riyal saja yang saya tukarkan di bank dan money charger di belakang rumah di Garut. Saya tidak punya uang banyak, apalagi anak saya saat itu mau masuk ke PTN, butuh biaya besar. Palingan saya bawa uang rupiah besarnya hanya 1 juta. Tidak perlu khawatir kekurangan uang riyal di Saudi. Selain ada jasa penukaran uang di sana, kalau kita punya kartu ATM dengan logo VISA (contohnya kartu ATM Bank Mandiri), maka kita bisa menarik uang riyal di ATM mana saja di Saudi.

Nah, selain dapat uang di atas, jamaah haji mendapat lagi souvenir dari Kemenkes RI, berupa obat-obatan (oralit, krim anti pegal-pegal, hansaplast, dll), setumpuk masker (padahal saya sudah membeli banyak masker sebelum berangkat, di sini dapat banyak masker lagi), dan tabung air semprot. Walah, tas koper dan tas tentengan saya sudah penuh, mau ditaruh dimana lagi barang-barang souvenir tadi. Jamaah haji mendapat satu buah koper, satu tas tenteng, dan satu tas paspor dari maskapai. Hanya tiga tas itu saja yang boleh dibawa ke dalam pesawat. Koper sudah dibawa duluan dari Bandung Barat oleh truk ke bandara, tas tenteng sudah penuh dan padat, akhirnya terpaksalah dicari-cari ruang di dalam tas tenteng untuk memasukkan souvenir dari Kemenkes.

Setelah dua jam di dalam aula, akhirnya jamaah haji mendapat pembagian kamar asrama untk beristirahat. Saya mendapat kamar di gedung baru, gedung D lantai 3 kamar 302, suami saya di gedung E lantai 6 kamar 604 , satu kamar berisi 3 tempat tidur dalam bentuk springbed ukuran 100x200. Gedungnya baru, maka kamar mandinya di dalam, dan AC nya jalan. Gedung lama kamar mandinya di luar. Kemuadian ACnya ada yang tidak jalan. Bayangkan malam hari terasa gerah sekali, pasti tidak bisa tidur. Di Asrama haji ini, mungkin karena jamaah hanya keluar masuk, kamar tidak terlalu dibersihkan, kulit saya yang sensitif langsung gatal2 karena alergi. Ah, memang saya tidak akan bisa tidur, sebab jam 6 pagi nanti harus siap-siap bangun lagi untuk berangkat ke bandara Soekarno-Hatta.

Hmmm…malam yang melelahkan. Saya tidak bisa memejamkan mata sepicing pun di dalam kamar asrama. Selain gatal, juga banyak nyamuk. Kebetulan juga teman sekamar baru, sulit beradaptasi. Sebenarnya saya dan adik ipar beruntung, menjadi jamaah haji yang mendapat kamar di gedung yang baru, karena kamarnya mirip dengan kamar di hotel bintang tiga. Tapi saya tetap mensyukuri apapun yang saya terima.


Jam 4 malam jamaah harus bangun dan siap-siap untuk berangkat ke bandara. Mandi bersih2 dan langsung memakai baju ihrom. Jamaah melewati proses pemindain X-ray di embarkasi, semua bawaan jamaah berupa tas tenteng dan tas paspor diperiksa dengan sinar X untuk memastikan tidak ada benda-benda terlarang dan ciaran yang melebihi 100 ml. Jadi, nanti di bandara kita tidak melewati pemeriksaan X-ray lagi, sebab jamaah haji langsung diantar ke tangga pesawat. Antrian saat proses ini lama sekali, yang tadinya bawa aqua, akhirnya saya habiskan juga saat itu kala proses mengantri. 

Jam enam pagi akhirnya jamaah haji masuk ke dalam bus-bus untuk berangkat ke bandara Soekarno-Hatta. Bus-bus dikawal kembali oleh mobil patwal dari embarkasi menuju bandara. Sesampai di bandara, mula-mula kita dibawa ke bagian imigrasi bandara. Saya kira kita akan diperiksa lagi oleh imigrasi Indonesia, ternyata bukan. Di bandara Soekarno-Hatta kita melewati imigrasi Saudi! Ya, untuk mempersingkat pemeriksaan imigrasi di Saudi, petugas imigrasi dari Saudi didatangkan langsung ke Jakarta. Di sini paspor dan data biometrik kita dicocokkan kembali oleh petugas Saudi. Proses ini menurut saya akan mempersingkat antrian jamaah di bandara kedatangan, sebab di bandara Saudi tidak perlu pemeriksaaan imigrasi lagi, jamaah haji bisa langsung keluar bandara setelah turun dari pesawat.


Berangkat!

Delay.....Jam 10 pagi jamaah baru mulai memasuki pesawat. Jam 10 lebih 15 menit pesawat pun take-off. Pesawat yang membawa jamaah haji Kloter 56/JKS adalah dari maskapai Saudia Airlines. . Garuda Indonesia hanya membawa jamaah haji dari beberapa bandara saja, antara lain Padang, Solo, Banda Aceh, Makassar, dan Banjarmasin, selebihnya diangkut oleh maskapai Saudi. Menurut saya maskapai Saudia ini bagus, pesawatnya lebar dan besar. Susunan kursinya dalam satu baris 3, 4, 3. Sajian makanannya juga enak. Selama dalam penerbangan penumpang mendapat dua kali makan (meal), dan berbagai snack serta minuman. Pramugarinya selain orang Arab juga ada orang Indonesia. Pengumuman disampaikan dalam bahasa Arab dan dalam Bahasa Indonesia.

Sepuluh jam di dalam pesawat cukup menjemukan. Saya dapat mengisi waktu dengan tidur atau menikmati hiburan (flight entertainmet) melalui layar  TV di depan kursi kita. Saya duduk sebaris dengan adik saya Dani dan istrinya Erna. Suami saya di kursi sebelah saya. Di luar sana hanya terlihat awan dan cahaya terang (kami berangkat pagi hari). Oh ya, jika anda nanti menjadi jamaah haji yang berangkat pada gelombang kedua, maka anda sudah harus memakai kain ihram ketika masuk pesawat karena nantinya anda langsung ke Mekkah untuk melaksanakan umrah wajib. 

Untuk jamaah haji pada gelombang satu tetap memakai pakaian biasa karena belum akan melaksanakan umrah.

Memasuki wilayah daratan Saudi terlihatlah pemandangan yang tandus. Bukit batu dan gurun pasir yang tandus terlihat di bawah sana. Masya Allah, di negeri yang tandus inilah Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT kepada kaum Quraish yang jahiliyah.

Bukit-bukit batu yang tandus terlihat dari atas pesawat.

Tepat pukul 19.00 waktu Arab Saudi, pesawat mendarat di Jeddah di Bandara King Abdul Aziz Mekkah. Alhamdulillah, perjalanan sangat lancar. Tiba di bandara King Abdulaziz kami disambut dengan suhu udara 41 derajat Celcius! Arab Saudi sedang musim panas pada bulan Juli hingga September. Suhu siang hari sangat panas, udara malam hari terasa gerah.

Alhamdulillah, pesawat yang membawa Kloter 56/JKS mendarat di Jeddah di bandara King Abdulaziz.

Tidak perlu berlama-lama di bandara ini.  Tidak ada pemeriksaan imigrasi lagi karena sudah dilakukan di bandara Soekarno-Hatta. Jamaah haji dapat langsung keluar bandara. Koper-koper dan tas tenteng sudah diurus oleh porter dan dimasukkan ke dalam bus untuk dibawa ke hotel. Jamaah haji segera menuju hotel tempat pemondokan selama berada di Mekkah. Rombongan saat keluar bandara rasanya seperti dikejar2 kebingungan,  karena banyak bis berjajar, paspor diserahkan kepada mereka yang jemaah sendiri tidak tahu siapa. Kami nai bus nomor 02  karena merasa saat di embarkasi haji Bekasi nama kami tercatat di Bis 02. Dari Jeddah kami melanjutkan ke Mekkah dengan naik bis selama kurang lebih 1.5 jam. Bisnya bagus, berAC dan sopir tidak ngebut. Karena lelah saya tertidur dalam bis. Bis banyak berhenti di perjalanan karena pemeriksaan polisi dari Mekkah. Pemandangan diluar gelap, walaupun lampu dibeberapa tempat menyala terang.

Kami adalah jamaah haji Gelombang 2, jadi akan berada di Mekkah dulu selama tigapuluh hari, baru kemudian pindah ke Madinah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar