Senin, 12 Desember 2022

Pulang Berhaji



Jam 09.30 bus bergerak meninggalkan hotel  Barakah Ohoud di Madinah. Ada perasaan sedih meninggalkan kota Madinah pada saat lagi betah-betahnya disini. Jamaah haji tidak akan kembali lagi ke Madinah, jadi hari ini adalah hari terakhir di Madinah. Magnit utama di Madinah adalah Masjid Nabawi itu. Di masjid inilah terdapat maqam Rasulullah. Jutaan jamaah haji berziarah ke maqam Rasul sambil mengenang perjuangannya di masa lalu. Memang, sholat di Masjid Nabawi tidak termasuk ke dalam rukun haji. Sunnah saja. Tujuan jamaah haji ke Madinah adalah  berziarah ke berbagai tempat peninggalan sejarah Nabi Muhammad, termasuk shalat arbain (40 kali) di Masjid Nabawi.

Selamat tinggal kota Nabi. Mudah-mudahan saya bisa kembali lagi ke sini kalau ada kesempatan melaksanakan umrah suatu hari nanti.

37835726_1971859286215420_332718386138054656_o

Perjalanan ke Bandara Madinah atau disebut Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz menempuh waktu kurang dari jam. Selepas kota Madinah pemandangan yang kita lihat hanyalah gedung dan bangunan tinggi menjulang tertata rapi.

Di Bandara Pangeran Mohammad bin  Abdul Aziz, jamaah menunggu untuk masuk melalui pintu keberangkatan. Di sini kita mendapat catering makan siang. Inilah catering terakhir dari Kemenag RI.

Di pintu keberangkatan, petugas haji Arab Saudi membagikan Al-Quran gratis dan keping DVD. Banyak sekali pemberian yang diperoleh di bandara ini. Sudah tidak muat lagi tas tenteng untuk menyimpan barang-barang tersebut.



Sebelum masuk ke gate keberangkatan, semua barang bawaan jamaah diperiksa lagi. Sangat lama sekali pemeriksaannya. Bikin jantung berdebar.  Pemeriksaan terhadap jamaah perempuan lebih lama dibandingkan jamaah pria. Saya antri kira-kira dua jam untuk sampai ke alat pemindai X-ray. Saya lihat banyak jamaah yang menggantungkan di lehernya tabung air dari tembaga yang berisi air zam-zam. Saya pikir tabung air zam-zam maupun botol-botol air zam-zam akan disita, eh, ternyata boleh lewat. Jadi, membawa air zam-zam ke atas pesawat tidak dilarang oleh petugas Arab Saudi, asalkan botol air zam-zam itu ditenteng, tidak dimasukkan ke dalam tas. Jadi, yang tidak boleh itu adalah memasukkan zamzam ke dalam tas, sebab jika tumpah maka dapat berbahaya jika di atas pesawat (korsleting misalnya). Saya yang hanya membawa tiga botol air-zam “sedikit menyesal” kenapa hanya membawa tiga botol saja, padahal kalau saya bawa lebih banyak lagi tidak apa-apa. Tapi ya sudahlah, mungkin rezeki saya segitu saja.

Jam 14.00 siang akhirnya kami bisa boarding ke atas pesawat Saudi Arabian. Pesawat berbadan lebar ini akan mengangkut sekitar 400-an jamaah haji Kloter 56/JKS ke Jakarta. Jamaah yang pulang telah berkurang satu karena sakit di Mekkah.

Pulang

Setelah menempuh perjalanan sekitar 9 jam, pada hari Kamis sekitar pukul 03.00 pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.

Alhamdulillah, sampailah kami kembali ke tanah air tercinta. Dari landasan Bandara, bus-bus menjemput kami untuk dibawa ke Embarkasi Haji di Bekasi. Di sana setiap jamaah mendapat jerigen berisi 5 liter air zam-zam. Koper-koper bagasi dikembalikan lagi kepada jamaah.

Setelah seremoni singkat serah terima jamaah haji dari Embarkasi Bekasi ke PPIH Kota Bandung, berangkatlah bus-bus rombongan jamaah haji Kloter 56/JKS menuju kota Bandung.

Di Bekasi adik saya, Dani dan Erna turun tidak melanjutkan perjalanan ke Bandung, karena mereka bertempat tinggal domisili di Jakarta, sedih juga saya dan teman2, tidak terasa persaudaraan selama berhaji benar2 mengikat kami yang tadinya tidak saling mengenal.

Saat melewati Kota Purwakarta, kami sekali lagi di ajak makan sate maranggi oleh Bupati Kabupaten Bandung Barat. Duh nikmatnya tiada tara. Setelah 42 hari makan tanpa rasa, mengunyah daging sate dan sop iga dengan cabe rawit yang pedas benar2 membuat perut saya terasa penuh.


Renungan dan Kilas Balik

Selama di dalam perjalanan ke Bandung, saya melakukan kilas balik dan merenung. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan sejak keberangkatan ke Tanah Suci hingga pulang kembali ke tanah air. Menjadi jamaah haji Indonesia, khususnya yang berangkat melalui Embarkasi Jakarta/Bekasi, mendapat banyak sekali kebajikan dan keistimewaan dari berbagai pihak sebagai berikut:

1. Kami mendapat berbagai souvenir dari Pemkab Kabupaten Bandung Barat antara lain tempat air minum, payung, tas sandal, dll. Itu belum termasuk souvernir dari bank penerima setoran ONH berupa kain ihram, buku, tas sandal. 

2. Makan gratis oleh Pemkab di perjalanan ke Embarkasi waktu pergi dan pulang.

3. Bus rombongan haji dikawal oleh mobil Patwal polisi dari Mapolda Jabar hingga Embarkasi sehingga mendapat prioritas jalan. Bahkan ketika tol Cikampek ditutup karena ada pembangunan jalan LRT, khusus untuk rombongan jamaah haji dibuka khusus. Serasa menjadi tamu VIP. Hal yang sama ketika pulang ke Bandung.negara tetangga, mereka tidak pernah dapat bekal uang.

4. Dari Embarkasi Bekasi hingga bandara Cengkareng dikawal lagi oleh patwal.

5. Di Embarkasi mendapat souvernir lagi dari Kemenkes berupa obat2an, payung, masker, tabung semprot, dll. Sudah tidak muat lagi tas dengan berbagai pemberian.

6. Naik ke pesawat tidak melalui gate atau terminal keberangkatan, bus rombongan langsung mengantar jamaah haji dari Embarkasi hingga ke tangga pesawat. Hal yang sama ketika pulang.

7. Pengambilan data biometrik tidak lagi di bandara Saudi, tetapi di Click Square Mal, Jalan Naripan Kota Bandung, sehingga mempercepat proses keluar bandara.

8. Pemeriksaan imigrasi di bandara Saudi dipindahkan ke bandara Cengkareng, sehingga tiba di Saudi tidak perlu ke imigrasi lagi, langsung keluar bandara.

9. Mendapat uang living cost sejumlah 1500 riyal atau setara 6 juta rupiah. Sejak dulu hingga sekarang, hanya jamaah haji Indonesia yang mendapat uang living cost selama di Saudi. Pernah tanya ke jamaah negara tetangga, mereka tidak pernah dapat bekal uang.

10. Tidak terhitung doa dari para sejawat, teman, tetangga, handai tolan, hingga dilepas oleh ribuan orang.

Di Saudi:
1. Ada perbaikan menu catering yang tadinya 25 kali menjadi 40 kali.

2. Masuk di perbatasan kota Mekah disambut oleh petugas Saudi dengan mengantarkan berbagai makanan kotak dan air zamzam ke dalam bus.

3. Banyak orang Saudi memberi makanan dan minuman gratis kepada jamaah haji di Madinah dan Mekah. Itu mulai dari kurma, air mineral, hingga makanan berat.

4. Tanggal 1 hingga 8 Zulhijjah adalah puncak murah hatinya para dermawan Saudi kepada para jamaah haji. Hampir tiap hari mobil2 dermawan datang ke pemondokan mengantarkan nasi kotak berupa nasi briyani, nasi bukhori, nasi mandhi. Sampai-sampai kita tidak tahu bagaimana menghabiskannya karena baru dapat nasi kotak, tiba lagi nasi kotak baru.

5. Macam-macam souvernir datang lagi ke pemondokan berupa payung, Al-Qur’an, dll.

6. Tim kesehatan (dokter dan perawat) dari Kemenkes siap siaga di maktab jika ada jamaah haji yang sakit. Semua obat dan pelayanan gratis.

7. Pulang lewat bandara Madinahdisambut khusus oleh petugas Saudi dan mendapat lagi paket Qur’an, buku, dan DVD. Tas sudah tidak muat lagi.

Semua keistimewaan tadi sebabnya satu: jamaah haji itu adalah tamu-tamu Allah, sehingga banyak orang/instansi berlomba memuliakan tamu-tamu itu, meskipun kita sebagai jamaah haji tentu tidak pernah meminta perlakuan khusus tadi.

Least but not least: untuk semua kebajikan di atas maka saya teringat ayat ini : “Maka, nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”


Sehari sebelum kepulangan kami ke tanah air, kami sempatkan pergi makan bersama di resto Indonesia dengan menikmati mie baso. Sebenarnya sedih, tapi saat itu kami tertawa-tawa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar