Rabu, 21 Desember 2022
Lisan Ibu
Selasa, 13 Desember 2022
Perekaman Biometrik
Perekaman Data Biometrik di Embarkasi
Di Tahun 2018, jemaah haji selama di embarkasi ada kegiatan yang baru pertama kali dilakukan pada tahun 2018, yaitu pengambilan data biometrik (sidik jari, foto retina, dan foto wajah). Malam hari setelah Isya, jamaah dipanggil untuk pengambilan data biometrik. Biasanya tahun-tahun sebelumnya kalau kita keluar negeri, pengambilan data biometrik ini dilakukan di bandara kedatangan (dalam hal ini bandara di Saudi), tetapi tahun 2019 ada inovasi baru, yaitu pengambilan data biometrik dilakukan sebelum masuk Embarkasi haji.
Apa itu Biometrik, terdiri dari sidik jari elektronik, pengenalan wajah, telapak tangan dan iris(retina mata) serta foto digital yang disertakan dengan aplikasi visa milik jemaah.
Proses pengambilan data biometrik ini akan mempersingkat waktu tunggu jamaah di bandara Saudi nantinya. Jadi saat tiba di Saudi, jemaah tinggal pengecekan satu jari. Pengambilan data biometrik dilakukan oleh petugas Indonesia namun di bawah pengawasam Imigrasi Saudi.
Pemerintah Saudi memilih pihak VFS Tasheel untuk melakukan proses rekam biometrik. Tahun ini pengambilan data biometrik hanya dilakukan di beberapa embarkasi saja sebagai percontohan, tahun depan mungkin di semua embarkasi.
Di Jawa Barat di pusatkan di Click Square Mall jalan Naripan, Kebon Pisang Sumur Bandung, Kota Bandung. Undangan perekaman biometrik dilakukan sesuai kloter yang akan diberangkatkan. Saat perekaman, di lantai atas Mall Click, berubah menjadi pasar kaget ala kota Arab. Pernak-pernik persiapan haji banyak di jual disana.
Senin, 12 Desember 2022
Pulang Berhaji
Jam 09.30 bus bergerak meninggalkan hotel Barakah Ohoud di Madinah. Ada perasaan sedih meninggalkan kota Madinah pada saat lagi betah-betahnya disini. Jamaah haji tidak akan kembali lagi ke Madinah, jadi hari ini adalah hari terakhir di Madinah. Magnit utama di Madinah adalah Masjid Nabawi itu. Di masjid inilah terdapat maqam Rasulullah. Jutaan jamaah haji berziarah ke maqam Rasul sambil mengenang perjuangannya di masa lalu. Memang, sholat di Masjid Nabawi tidak termasuk ke dalam rukun haji. Sunnah saja. Tujuan jamaah haji ke Madinah adalah berziarah ke berbagai tempat peninggalan sejarah Nabi Muhammad, termasuk shalat arbain (40 kali) di Masjid Nabawi.
Selamat tinggal kota Nabi. Mudah-mudahan saya bisa kembali lagi ke sini kalau ada kesempatan melaksanakan umrah suatu hari nanti.
Perjalanan ke Bandara Madinah atau disebut Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz menempuh waktu kurang dari jam. Selepas kota Madinah pemandangan yang kita lihat hanyalah gedung dan bangunan tinggi menjulang tertata rapi.
Di Bandara Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, jamaah menunggu untuk masuk melalui pintu keberangkatan. Di sini kita mendapat catering makan siang. Inilah catering terakhir dari Kemenag RI.
Di pintu keberangkatan, petugas haji Arab Saudi membagikan Al-Quran gratis dan keping DVD. Banyak sekali pemberian yang diperoleh di bandara ini. Sudah tidak muat lagi tas tenteng untuk menyimpan barang-barang tersebut.
Sebelum masuk ke gate keberangkatan, semua barang bawaan jamaah diperiksa lagi. Sangat lama sekali pemeriksaannya. Bikin jantung berdebar. Pemeriksaan terhadap jamaah perempuan lebih lama dibandingkan jamaah pria. Saya antri kira-kira dua jam untuk sampai ke alat pemindai X-ray. Saya lihat banyak jamaah yang menggantungkan di lehernya tabung air dari tembaga yang berisi air zam-zam. Saya pikir tabung air zam-zam maupun botol-botol air zam-zam akan disita, eh, ternyata boleh lewat. Jadi, membawa air zam-zam ke atas pesawat tidak dilarang oleh petugas Arab Saudi, asalkan botol air zam-zam itu ditenteng, tidak dimasukkan ke dalam tas. Jadi, yang tidak boleh itu adalah memasukkan zamzam ke dalam tas, sebab jika tumpah maka dapat berbahaya jika di atas pesawat (korsleting misalnya). Saya yang hanya membawa tiga botol air-zam “sedikit menyesal” kenapa hanya membawa tiga botol saja, padahal kalau saya bawa lebih banyak lagi tidak apa-apa. Tapi ya sudahlah, mungkin rezeki saya segitu saja.
Jam 14.00 siang akhirnya kami bisa boarding ke atas pesawat Saudi Arabian. Pesawat berbadan lebar ini akan mengangkut sekitar 400-an jamaah haji Kloter 56/JKS ke Jakarta. Jamaah yang pulang telah berkurang satu karena sakit di Mekkah.
Alhamdulillah, sampailah kami kembali ke tanah air tercinta. Dari landasan Bandara, bus-bus menjemput kami untuk dibawa ke Embarkasi Haji di Bekasi. Di sana setiap jamaah mendapat jerigen berisi 5 liter air zam-zam. Koper-koper bagasi dikembalikan lagi kepada jamaah.Setelah seremoni singkat serah terima jamaah haji dari Embarkasi Bekasi ke PPIH Kota Bandung, berangkatlah bus-bus rombongan jamaah haji Kloter 56/JKS menuju kota Bandung.
Di Bekasi adik saya, Dani dan Erna turun tidak melanjutkan perjalanan ke Bandung, karena mereka bertempat tinggal domisili di Jakarta, sedih juga saya dan teman2, tidak terasa persaudaraan selama berhaji benar2 mengikat kami yang tadinya tidak saling mengenal.
Saat melewati Kota Purwakarta, kami sekali lagi di ajak makan sate maranggi oleh Bupati Kabupaten Bandung Barat. Duh nikmatnya tiada tara. Setelah 42 hari makan tanpa rasa, mengunyah daging sate dan sop iga dengan cabe rawit yang pedas benar2 membuat perut saya terasa penuh.Renungan dan Kilas Balik
Selama di dalam perjalanan ke Bandung, saya melakukan kilas balik dan merenung. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan sejak keberangkatan ke Tanah Suci hingga pulang kembali ke tanah air. Menjadi jamaah haji Indonesia, khususnya yang berangkat melalui Embarkasi Jakarta/Bekasi, mendapat banyak sekali kebajikan dan keistimewaan dari berbagai pihak sebagai berikut:
1. Kami mendapat berbagai souvenir dari Pemkab Kabupaten Bandung Barat antara lain tempat air minum, payung, tas sandal, dll. Itu belum termasuk souvernir dari bank penerima setoran ONH berupa kain ihram, buku, tas sandal.
2. Makan gratis oleh Pemkab di perjalanan ke Embarkasi waktu pergi dan pulang.
3. Bus rombongan haji dikawal oleh mobil Patwal polisi dari Mapolda Jabar hingga Embarkasi sehingga mendapat prioritas jalan. Bahkan ketika tol Cikampek ditutup karena ada pembangunan jalan LRT, khusus untuk rombongan jamaah haji dibuka khusus. Serasa menjadi tamu VIP. Hal yang sama ketika pulang ke Bandung.negara tetangga, mereka tidak pernah dapat bekal uang.
4. Dari Embarkasi Bekasi hingga bandara Cengkareng dikawal lagi oleh patwal.
5. Di Embarkasi mendapat souvernir lagi dari Kemenkes berupa obat2an, payung, masker, tabung semprot, dll. Sudah tidak muat lagi tas dengan berbagai pemberian.
6. Naik ke pesawat tidak melalui gate atau terminal keberangkatan, bus rombongan langsung mengantar jamaah haji dari Embarkasi hingga ke tangga pesawat. Hal yang sama ketika pulang.
7. Pengambilan data biometrik tidak lagi di bandara Saudi, tetapi di Click Square Mal, Jalan Naripan Kota Bandung, sehingga mempercepat proses keluar bandara.
8. Pemeriksaan imigrasi di bandara Saudi dipindahkan ke bandara Cengkareng, sehingga tiba di Saudi tidak perlu ke imigrasi lagi, langsung keluar bandara.
9. Mendapat uang living cost sejumlah 1500 riyal atau setara 6 juta rupiah. Sejak dulu hingga sekarang, hanya jamaah haji Indonesia yang mendapat uang living cost selama di Saudi. Pernah tanya ke jamaah negara tetangga, mereka tidak pernah dapat bekal uang.
10. Tidak terhitung doa dari para sejawat, teman, tetangga, handai tolan, hingga dilepas oleh ribuan orang.
Di Saudi:
1. Ada perbaikan menu catering yang tadinya 25 kali menjadi 40 kali.
2. Masuk di perbatasan kota Mekah disambut oleh petugas Saudi dengan mengantarkan berbagai makanan kotak dan air zamzam ke dalam bus.
3. Banyak orang Saudi memberi makanan dan minuman gratis kepada jamaah haji di Madinah dan Mekah. Itu mulai dari kurma, air mineral, hingga makanan berat.
4. Tanggal 1 hingga 8 Zulhijjah adalah puncak murah hatinya para dermawan Saudi kepada para jamaah haji. Hampir tiap hari mobil2 dermawan datang ke pemondokan mengantarkan nasi kotak berupa nasi briyani, nasi bukhori, nasi mandhi. Sampai-sampai kita tidak tahu bagaimana menghabiskannya karena baru dapat nasi kotak, tiba lagi nasi kotak baru.
5. Macam-macam souvernir datang lagi ke pemondokan berupa payung, Al-Qur’an, dll.
6. Tim kesehatan (dokter dan perawat) dari Kemenkes siap siaga di maktab jika ada jamaah haji yang sakit. Semua obat dan pelayanan gratis.
7. Pulang lewat bandara Madinahdisambut khusus oleh petugas Saudi dan mendapat lagi paket Qur’an, buku, dan DVD. Tas sudah tidak muat lagi.
Semua keistimewaan tadi sebabnya satu: jamaah haji itu adalah tamu-tamu Allah, sehingga banyak orang/instansi berlomba memuliakan tamu-tamu itu, meskipun kita sebagai jamaah haji tentu tidak pernah meminta perlakuan khusus tadi.
Least but not least: untuk semua kebajikan di atas maka saya teringat ayat ini : “Maka, nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”
Jalan-jalan Seputaran Kota Madinah
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.).
Duduk-duduk di dalam masjid membuat kita betah dan tidak ingin untuk pulang. Udara yang sejuk di dalam masjid yang berasal dari pendingin udara membuat mata terkantuk-kantuk. Memang banyak jamaah haji menunggu waktu sholat berikutnya di dalam masjid. Setelah sholat maghrib, sebagian jamaah haji tetap berada di dalam Masjid Nabawi menunggu sholat Isya. Begitu juga setelah sholat Dhuhur, tetap berada di dalam masjid sambil menunggu waktu sholat AsharSambil menunggu waktu sholat berikutnya, sebagian jamaah menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Quran. Kitab Al-Quran tersebar di berbagai rak yang bertebaran di dalam masjid. Sebagian lagi saya lihat banyak jamaah haji tidur-tiduran di dalam masjid. Ternyata tidak di Indonesia saja jamaah tidur di dalam masjiid, di Saudi juga sama ya. Nah, kalau anda tidur di dalam masjid Nabawi, sebaiknya perhatikan etika ini. Jangan tidur dengan menjulurkan kaki anda ke arah kiblat atau ke arah maqam Nabi (maqam nabi berada di bagian depan Masjid Nabawi). Jadi, kepala anda berada di sebelah barat dan kaki anda ke arah timur. Saya pernah ditegur oleh jamaah haji dari Bangladesh karena kaki saya menghadap ke arah maqam Nabi. Tidak menghormati Nabi, katanya.Setiap hari Senin dan Kamis sore menjelang sholat Maghrib saya melihat pemandangan yang unik. Di atas karpet tempat sholat terbentang kain putih. Di atasnya ditata hidangan seperti roti Arab, kurma, dan air zam-zam (kadang-kadang yoghurt). Di ujung kain putih seorang pemuda Madinah memohon-mohon kepada jamaah yang lewat di dalam di masjid Nabawi untuk singgah mencicipi hidangan yang mereka sediakan secara gratis. Halal, halal, katanya. Kalau kita tidak singgah mereka sedikit kecewa. Hidangan ini sebenarnya ditujukan bagi jamaah yang akan berbuka puasa sunat, tetapi jamaah yang tidak puasa juga boleh makan.Sampai kenyang perut saya karena makan hidangan tersebut di dekat pintu masuk, tapi ketika berjalan ke arah depan semakin banyak saja yang menawarkan dan sudah tidak sanggup lagi saya. Syukran, syukran, kata saya. Kebiasaan menjamu jamaah biasanya saya dengar pada saat bulan Ramadhan. Saat itu banyak penduduk Makkah dan Madinah berlomba-lomba menyediakan hidangan gratis bagi orang yang berpuasa, mereka memohon agar orang yang lewat mencicipi takjil untuk berbuka puasa. Setelah Ramadhan, kebiasaan itu berlanjut setiap hari Senin dan Kamis.
Pemandangan lain yang saya lihat di dalam Masjid Nabawi adalah pemuda dan anak-anak kota Madinah sedang setor hafalan ayat Al-Quran kepada gurunya usai sholat Ashar. Mereka menghadap ke guru, lalu membacakan hafalan. Jika bacaannya salah maka dikoreksi oleh guru. Metode ini mirip dengan metode tahfidz di tanah air kita, atau mungkin yang metode di tanah air mengadopsi sistem di Madinah. Untuk yang mau ikut kajian dalam Bahasa Indonesia waktunya adalah ba'da Maghrib, ada di Pintu 19 Masjid Nabawi, khusus untuk laki-laki saja.
Perjuangan Memasuki Raudhah
Di dalam Masjid Nabawi ada sebuah tempat yang selalu menjadi incaran jamaah, apalagi kalau bukan Raudhah. Raudhah adalah sebuah area yan luasnya 100 meter persegi yang terletak di antara maqam Nabi dan mimbar Nabi. Dahulunya Raudhah adalah tempat yang terletak antara rumah Nabi dan mimbar Nabi. Masjid Nabawi dulu kecil adanya, sedangkan rumah Rasululllah o di luarnya. Rasulullah berkata: “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga.” (HR. Bukhari, no. 1196 dan Muslim, no. 1391)
Ummat Islam meyakini bahwa Raudhah adalah tempat yang mustajab untuk berdoa. Tempat itu menyebabkan masuk surga dan bahwa doa serta shalat di dalamnya layak mendapatkan balasan seperi itu, demikan tafsir para ulama.Untuk bisa memasuki Raudhah perjuangannya sangat luar biasa. Ribuan orang berdesak-desakan antri untuk memasuki Raudhah. Untuk jamaah wanita disediakan jalur khusus dan hanya dibuka setelah sholat Subuh dan Ashar, sedangkan untuk jamaah laki-laki dapat ke Raudhah waktu kapan saja.
Setiap usai sholat lima waktu jamaah haji berlomba mendekati Raudhah. Para askar dan petugas cleaning service sudah membuat barikade dengan memblok jalur ke Raudhah. Mereka mengatur jamaah yang berdesak-desakan untuk memasuki Raudhah. Setiap kali masuk Raudhah dibatasi sekitar seratus orang. Jamaah yang tidak tahan terjepit biasanya keluar dari antrian. Untuk bisa memasuki Raudhah diperlukan waktu sekitar satu jam, yang penting sabar saja. Sebaiknya jamah membekali dirinya dengan air minum karena antri di dalam keumunan yang sangat padat dan berdesak-desakan memerlukan stamina kuat. Waktu terbaik ke Raudhah adalah siang hari jam 10 pagi dan malam hari setelah jam 22.00. Saat itu antrian tidak terlalu padat karena jamaah sudah banyak yang pulang ke pemondokan.
Di Raudhah perasaan saya pun mellow-mellow. Saya hampir tidak percaya bisa duduk sebegitu dekat dengan Rasulullah, di sebelah maqamnya. Yang memisahkan saya dengan Rasulullah hanyalah waktu sejarak 1500 tahun. Lima belas abad yang lalu lelaki mulia itu tinggal dan dimakamkan di sini. Sekarang saya ada di sampingnya, jarak kami berdua hanya beberapa meter saja. Meski hanya berada disamping jasadnya yang sudah di dalam tanah, itu sudah membuat saya merasa terharu. Saya bayangkan dulu beliau bolak-balik dari rumahnya (yang sekarang menjadi maqamnya) ke mimbarnya melewati tempat yang saya duduki ini.
Ya Nabi salam alayka, ya Rasul salam alayka. ya habib salam alayka, shalawatullah alayka. Shalawat dan salam tercurah untukmu. Begitu besar kecintaan kaum muslimin dan muslimat di seluruh dunia kepadamu. Namamu selalu disebut setiap sholat, shalawat dan salam selalu dikirim kepadamu. Hanya engkau yang bisa memberi syafaat kepada umat di Hari Akhir nanti. Sekarang saya datang berziarah ke maqammu.
Selama di Madinah saya sudah beberapa kali bisa berhasil memasuki Raudhah. Beberapa kali gagal karena saking padatnya antrian yang berdesak-desakan. Pada hari terakhir saya meninggalkan Madinah sebelum berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan umrah, saya sempatkan datang ke Raudhah lagi sekitar jam 10 pagi. Saya akan “berpamitan” dengan Rasulullah. Disitulah saya sholat sunnah dua kali, dan pada shalat sunnat yang terakhir saya menangis sejadi-jadinya. Teringat perjuangan Rasulullah Muhammad SAW, teringat anak saya yang saya tinggalkan,teringat dosa-dosa saya. Saya berdoa dalam keadaan sujud, dan saya menangis lagi tidak terbendung.
Selesai sholat di Raudhah, jamaah keluar masjid dan melewati melalui maqam Rasulullah dan para sahabatnya (Abubakar Siddiq dan Umar bin Khatab). Di sini kita melakukan ziarah ke maqam Rasulullah. Jamaah biasanya berjalan pelan sambil mengintip ke dalam melalui celah-celah yang agak terbuka. Saya melihat ke dalam seperti ada cungkup yang ditutupi dengan kain hijau. Mungkin itulah maqam Rasulullah atau sahabatnya. Saya melihat berbagai kelakuan jamaah di depan maqam Nabi. Ada jamaah yang mengusap-ngusapkan tangannya ke pintu maqam, mengibas-ngibaskan kain atau pecinya ke pintu maqam, mungkin mereka ngalap berkah. Askar yang berjaga di sana selalu memperingatkan jamaah agar tidak melakukan perbuatan yang dianggap syirik atau bidáh. Hajj..haj..la..la, kata akar memperingatkan jamaah.Selama di Madinah jamah haji memaksimalkan sholat lima waktu di Masjid Nabawi. Pemerintah Indonesia memberikan waktu sembilan hari (termasuk hari kedatangan dan hari meninggalkan Madinah) kepada jamaah haji berada di Madinah untuk melakukan arbain, yaitu sholat wajib sebanyak 40 kali di Masjid Nabawi. Alhamdulillah, saya bisa melaksanakan arbain di Masjid Nabawi. Kalau saya hitung sejak waktu kedatangan di Madinah dan pergi meninggalkan Madinah, memang pas melaksanakan sholat wajib sebanyak 40 kali (kira-kira 8 hari, yaitu 8 x 5) di Masjid Nabawi. Kami sampai di Madinah pada waktu sore hari menjelang Ashar, dan pergi dari Madinah setelah sholat Ashar.
Sholat di Masjid Nabawi maupun mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Madinah tidaklah termasuk Rukun dan Wajib Haji. Jadi, sebenarnya tidak ada keharusan bagi jamaah haji untuk ke Madinah. Haji itu adalah wukuf d Arafah. Namun, jamaah haji berada di Madinah tujuannya adalah untuk berziarah dan tentu saja menikmati sholat di Masjid Nabawi.
Mengunjungi Masjid Quba, Jabal Uhud, dan Pasar Kurma
Panitia Haji RI menyediakan 10 bis untuk setiap kloter melakukan ziarah ke sana. Pagi hari setelah sholat Subuh jamaah haji sudah bersiap menunggu di depan hotel untuk berangkat tur. Kunjungan pertama adalah ke Masjid Quba. Di sini jamaah haji melakukan sholat sunnah. Hanya sebentar di sini, karena masih ada kunjungan ke tempat lainnya. Tur harus selesai sebelum waktu Dhuhur agar jamaah bisa sholat wajib di Masjid Nawabi.
Di kompleks Bukit Uhud ini terdapat makam para syuhada yang gugur dalam peperangan, termasuk Hamzah, Paman Nabi Muhammad, yang juga gugur. Kita dapat melihat kompleks pemakaman itu, tetapi karena ditutup dengan plastik putih sehingga kurang terlihat dengan jelas. Tidak terlihat seperti kuburan, tidak ada batu-batu nisan seperti makam di Tanah Air, karena begitulah kebiasaan di Arab Saudi dalam menguburkan jenazah.
Dari Bukit Uhud, tur dilanjutkan ke kebun kurma. Di kebun kurma ini terdapat toko yang menjual bermacam-macam jenis kurma dari yang berwarna kuning, merah, hingga hitam, salah satunya kurma ajwa, yang disebut juga kurma Rasul, karena Rasulullah menyunnahkan makan kurma ini. Kurma ajwa adalah kurma favorit dan selalu menjadi buruan jamaah haji. Menurut saya harga kurma di kebun kurma mahal-mahal, saya tidak menganjurkan jamaah membeli kurma buat oleh-oleh di sini. Lebih baik membeli kurma di Pasar Kurma di Madinah (Pasar Kurma terletak dekat Gate 6 dari Masjid Nabawi, atau belakang masjid Ghamamah). Sebagai perbandingan, satu kg kurma ajwa di kebun kurma dijual 60 riyal, sedangkan di Pasar Kurma dengan kualitas yang sama harganya 40 hingga 50 riyal, bahkan bisa 30 riyal asal pandai menawar. Jamaah haji umumnya membeli kurma dalam jumlah yang banyak, mereka mengirimkannya melalui cargo ke tanah air, sebab ada batasan membawa barang ke dalam pesawat ketika pulang (hanya boleh membawa satu koper besar, satu tas tenteng, dan satu tas paspor).
Selesai tur, jamaah haji kembali ke hotel untuk mengejar sholat Dhuhur berjamaah di Masjid Nabawi.
Tur ke Jabal Magnit Yang Tidak Kami Datangi
Jabal magnet di Madinah dan Thaif di Mekkah tidak termasuk ke dalam paket tur yang saya ceritakan di atas. Jika berminat ke sana, jamaah haji dapat urunan menyewa bus. Rombongan KBIH lain menyewa satu bus ke sana, setiap jamaah urunan 100 riyal.
Tiga Masjid Bersejarah di Sekitar Masjid Nabawi
Ada beberapa masjid yang bisa diziarahi di sekitar Masjid Nabawi, yaitu tiga buah masjid bersejarah. Masjid pertama adalah Masjid Ali bin Abi Thalib, masjid kedua adalah Masjid Abu Bakar, dan masjid ketiga adalah Masjid Ghamammah. Sesuai namanya, Masjid Ali dan Masjid Abu Bakar memang dibangun oleh kedua khalifah tersebut. Masjid Ghamammah adalah masjid di mana Nabi melakukan sholat istisqa‘untuk meminta turun hujan.