Minggu, 31 Desember 2017

Nyablak

Besar di Jakarta, dilingkungan betawi daerah Manggarai-Tebet, membuat gaya bicara saya terdengar nyablak. Dan itu terbawa sampai sekarang. Saat sedang ngobrol dari volume suara pelan tiba-tiba
bisa menjadi maksimal. Kalau lagi bisik-bisik, tetep saja suara kedengeran keras. Tidak hanya saya di keluarga yang mempunyai volume kenceng, salah satu adik ipar pun punya volume suara yang sama, apalagi adik keturunan betawi banten, lha saya keturunan garut-tasik, harusnya punya nada suara pelan, tapi ini mah bisa disebut cowong.
Nyablak kalau diterjemahin artinya bicaranya kenceng. Karena nyablak tadi banyak yang mengira kalau orang itu kasar, kurang sopan atau dianggap sebagai orang yang suka marah-marah.  Nggak bener banget tuh. Mungkin ceritanya begini : Zaman dulu pas masih jarang orang yang tinggal di Jakarta, orang betawi rumahnya jauh-jauhan. Jadi kalau mau ada keperluan, mereka kencengin tuh volume suaranya karena jarak rumah yang pada jauh tadi. Intinya sih biar suaranya itu nyampe ke kuping tetangganya.  Walhasil terdengarlah kaya nyablak padahal mah . . .
Ada penelitian yang menyebutkan kalau bicara keras dan kenceng dipengaruhi oleh salah satunya  budaya dan kepribadian orang  itu, jika seseorang sudah percaya diri atau
pemberani biasanya ia memiliki volume suara yang keras. Ehem. Yaaa mau gimana lagi, udah bawaan punya pita suara leeebaarr, seleebaaar badannya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar