Senin, 06 April 2020

Kisah Zainab - Pengetahuan

Suatu hari, Zainab binti Jahsyin, merasa bangga kepada istri-istri Nabi yang lain dengan omongan berikut: “Yang menikahkan kalian dengan Rasulullah adalah keluarga-keluarga kalian, sedangkan aku dinikahkan Allah dari atas tujuh langit”.

Sangatlah wajar kalau ibunda Zainab merasa bangga. Namun yang menjadi titik tekan tulisan ini bukanlah masalah dinikahkan oleh Tuhan atau masalah kebanggaan dinikahkan Tuhan.

Persoalannya, yang ditekankan dalam tulisan ini ialah apa yang menyebabkan Zainab binti Jahsyin mendapat kemuliaan sebesar itu? Faktor-faktor apa saja yang melatarinya?

Kalau kita mau membuka lembaran sejarah emas kehidupan istri-istri Nabi, maka akan kita dapati bahwa Zainab binti Jahsyin disamping memiliki paras cantik, dia juga memiliki karakter dan akhlak yang terpuji.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah, mantan anak angkat Rasulullah SAW. Zaid berkulit hitam dan memiliki paras yang tak begitu menarik dipandang, namun karena taat pada Rasulullah, Zainab pun mau menikah dengan Zaid bin Haritsah. Akhirnya, ketaatan membawa hikmah yang sangat besar di baliknya.

Pernikahan Zaid dan Zainab ternyata pernikahan yang terpilih untuk membatalkan tradisi tabanni (adopsi) anak dalam tradisi jahiliyah, di mana anak angkat akan dianggap seperti anak kandung dan mewarisi harta.

Dengan sabar, Zainab menjalaninya sampai akhirnya perceraian pun tak terelakkan. Melalui titah Allah langsung, Nabi mendapat perintah untuk menikahi Zainab.

Sebelumnya di zaman jahiliyah, menikahi istri anak angkat merupakan aib yang memalukan, karena seperti menikahi bekas istri anaknya sendiri.

Namun karena ini merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Rasulullah pun menerimanya dengan penuh taat. Meski secara manusiawi agak berat.

Pelajaran pertama yang dapat diambil dari bunda Zainab ialah ketaatan. Ketaatan kita pada Allah dan Rasul-Nya akan berbuah kebahagiaan.

Zainab binti Jahsyin termasuk dari wanita as-saabiqunal awaalun (orang-orang yang terlebih dahulu masuk Islam). Hanya beliau yang kisah pernikahannya diabadikan dalam al-Qur` ‘an.

Syariat jilbab juga berkaitan dengannya. Ia memiliki sifat, kebiasaan dan akhlak sebagai berikut: rajin ibadah, tunduk, khusyu’, rajin puasa, rajin shalat malam, sangat dermawan dan tak segan-segan dalam membantu orang yang membutuhkan.

Di antara gelarnya ialah: ummul masaakin (ibu orang-orang miskin), mafza’ul aitaam (tempat berlindung anak-anak yatim), malja’ul araamil (tempat berlindung wanita-wanita janda).

Tak hanya itu, beliau merupakan istri Nabi yang terampil bekerja menjahit dan mendermakan hasil jahitannya fi sabilillah. Dari gambaran singkat ini nampaklah keluhuran akhlak beliau.

Suatu gambaran yang patut diteladani oleh kaum hawa. Menjadi sosok mandiri, terampil, dermawan, rajin ibadah dan senantiasa berjuang untuk kepentingan perjuangan Islam. Karena itulah sangat pantas jika beliau merupakan wanita terpilih menjadi satu-satunya wanita yang pernikahannya diabadikan Al-Qur`an.

Bagi yang menginginkan kemuliaan dari Allah, hendaknya banyak-banyak belajar dari keteladanan beliau.

Sebelum meninggal, Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam pernah bersabda pada istri-istrinya: “Orang yang pertama kali menyusulku ialah yang paling panjang tangannya”. Setelah mendengar kata-kata Rasul tersebut, mereka mulai menjulurkan tangan masing-masing dan ternyata Zainab binti Jahsyin yang terpendek, karena secara postur memang lebih pendek dari A’isyah dan lainnya. Mereka menyangka bahwa yang dimaksud paling panjang tangannya ialah secara fisik.

Namun setelah mereka tahu bahwa yang meninggal lebih dahulu ialah Zainab, baru mereka mengerti bahwa yang dimaksud dengan panjang tangan ialah yang bekerja secara mandiri dengan tangannya serta gemar bersedekah dengan hasil jerih payahnya.

Lagi-lagi, Zainab binti Jahsyin, mendapatkan penghargaan yang begitu mulia dari Rasulullah. Lebih dari itu, ia juga meriwayatkan dari Rasulullah sebanyak 11 hadits. Dengan demikian beliau juga punya perhatian besar dalam hal keilmuan, khususnya periwayatan hadits.

Bagi wanita muslimah yang ingin menjadi wanita muslimah teladan, dan ingin mendapatkan kemuliaan begitu besar dari Allah, maka teladanilah sikap, sifat dan amalan ibunda Zainab binti Jahsyin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar