Jumat, 14 Juli 2017

Pohon Mangga di Maktal

Alkisah sekitaran 1969..kakek menanam 1 pohon mangga cengkir dan 1 pohon mangga arumanis dihalaman dalam depan rumah yang saat itu juga sebagai tempat Kursus Mengetik Tjakap I, saat itu aku masih dalam kandungan, dongeng Mamah selain sebagai pohon peneduh juga sebagai tanda aku akan lahir sebagai cucu pertama dari mamih dan papih.
Sekarang 2017...pohon mangga berada di luar pagar, terkena pelebaran trotoar jalan entah tahun kapan, 1 pohon mangga ditebang secara perlahan oleh tetangga baru untuk memasang kanopi rumahnya, 1 pohon mangga tepat depan rumah, mendadak meranggas kering....dedaunan hijau yang meneduhi ruang kerja tidak ada lagi, gantinya mesin penyejuk ruangan dalam posisi "on" ..alhasil dana bulanan pun merangkak naik.
Cepat sembuh pohon manggaku...apakah 250 gram air micin yang kusiramkan setiap pagi belum cukup untukmu...? Jangan sampai pemilik toko kelontong sebelah ketakutan, menggira aku kebanyakan makan micin, ...karena setiap pagi selalu memandangi dan merapalkan mantra2 ajaib untun kesembuhanmu...
Walaupun aku tumbuh besar di Jakarta dan perjalanan hidup membawa aku berdiam di Garut, sapaan tentang "Maktal na palih mana...?  Payuneun tangkal buah.." tidak akan pernah aku lupa...
Akankan kiasan itu dipahami pula anakku nanti.....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar