Jumat, 14 Juli 2017

Money doesn't grow on trees

Aku mengenal uang sejak masuk sekolah dasar. Aku selalu diberikan uang saku sekitar 3000 rupiah itu sekitar tahun 2008. Tiap kali ke sekolah, aku masih membawa bekal makan dan minum. Uang saku itu boleh untuk jajan, tetapi aku selalu memasukan uang jajan untuk dimasukan ke celengan ayam ketika pulang sekolah. Celengan ayam aku dapat dari Opa dan Oma waktu mereka jalan2 ke Padalarang. Ommy bilang, nanti kalau liburan sekolah kamu bisa membeli apa saja yang kamu dari celengan itu.
Liburan sekolah tiba, aku tidak mau memecahkan celengan ayamku...kasihan..
Tahun berganti, dan aku mempunyai celengan yang lebih besar lagi. Celengan singa kecil hanya kakinya patah keberatan  uang logam tapi sudah aku balut dengan lakban. Kemudian ada lagi celengan dari kaleng yang berbentuk kepala micky mouse, praktis tidak perlu lagi untuk memecahkan celengan. Cukup membuka hidung micky dengan kunci yang disimpan oleh Ommy, tapi Ommy bilang lupa dimana kunci itu disimpan...
Sekarang celenganku dari galon air mineral kosong, yang menurut Ommy bocor tidak tahu dibagian mana, daripada dibuang Ommy jadikan celengan untukku.
Di celengan galon aku mulai menabung sisa uang jajanku sejak masuk SMP...sekitaran 2014 hingga sekarang...seharusnya celenganku lebih cepat penuh...karena uang jajanku lebih banyak dari waktu kemarin...berkali-kali lipat jumlahnya...tapi sekarang 2017 uang jajan lebih banyak aku pakai untuk beli jaket, bensin dan makan ramen bersama teman-teman sekolah...akhirnya celengan galon pun belum juga penuh terisi..
Padahal bila aku angkat rasanya berat sekali...aku berdoa semoga nilainya amat amat amat banyak...
Hanya mengapa mata Ommy sekarang selalu mendelik saat aku katakan...Bukankah aku boleh membeli apa saja yang aku mau dari celenganku...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar