Minggu, 26 Juli 2020

Tentang Haji 2020 - 1441H

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, jemaah yang melakukan haji tahun ini hanya dapat melewati satu Miqat (batas dimulainya ibadah haji).

Dilansir dari publikasi Arab News, Ahad (27/7/2020), Miqat sendiri adalah istilah yang mengacu pada batas dari mana jemaah harus memakai pakaian Ihram, dua lembar kain putih tanpa jahitan, untuk melakukan haji atau umrah.

Empat batasan dipilih oleh Nabi Muhammad SAW untuk para peziarah yang datang dari berbagai daerah di dunia untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Sedangkan yang kelima dipilih oleh khalifah Umar bin Khattab.

Lima batas, atau Mawaqit, mewakili ritual pertama haji. Terletak di timur laut Makkah, Miqat Qarnul Manazil, yang dianggap oleh para sejarawan sebagai Miqat orang-orang Najd, juga biasanya merupakan Miqat bagi para peziarah yang bepergian dari negara-negara Teluk dan Asia Timur saat ini.

Istilah ini mengacu pada gunung kecil yang membentang ke utara dan selatan dengan air mengalir di kedua sisi, alasan mengapa itu juga dikenal sebagai Al-Sail Al-Kabir (banjir besar).

Selain itu, jumlah peziarah yang melakukan ziarah tahunan tahun ini pun juga rendah. Mengingat keadaan luar biasa yang disebabkan oleh pandemi coronavirus. Jemaah diharapkan menuju ke Miqat Qarnul Manazil karena itu yang terdekat ke Makkah.

Masjid Al-Sail Al-Kabir di dalam Miqat Qarnul Manazil dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Kerajaan. Masjid ini dilengkapi dengan layanan modern untuk jemaah haji.

"Tempat itu terkait dengan kehidupan Nabi, ketika Nabi melewatinya selama Pengepungan Taif. Menurut sejarah, Nabi melewati 'Qarn' yang berarti Qarnul Manazil,” ujar seorang Profesor sejarah dan peradaban di Universitas Ummul Qura Makkah, Adnan Al-Sharif.

Ia mengungkapkan, negara Saudi telah merawat Miqat Qarnul Manazil dengan baik. Kerajaan menyediakan fasilitas bagi para peziarah yang berkunjung untuk melakukan umrah dan haji.

Sedangkan menurut seorang jurnalis dan sejarawan, Hamad Al-Salimi, sepanjang sejarah, terdapat makna yang berbeda ada di balik penamaan Qarnul Manazil.

Seorang filolog dan satu dari tiga ahli tata bahasa Arab dari sekolah Basra di Irak, Al-Asmai pun menggambarkan Miqat sebagai gunung di Arafat. Sementara para sejarawan percaya bahwa itu juga melayani orang yang datang dari arah lain sepanjang sejarah.

Sultan ke-45 dari dinasti Mamluk, Al-Ghuri mengatakan itu adalah Miqat rakyat Yaman dan Taif, sedangkan Qadi Ayyad. Sedangkan menurut seorang sarjana hukum, Maliki yang terkenal di Zaman Keemasan Islam (800-1258) mengatakan itu adalah Qarn Al -Thaalib yang berfungsi sebagai Miqat rakyat Najd. Beberapa orang mengucapkannya "Qaran", yang salah, karena Qaran adalah suku di Yaman, menurut Al-Salimi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar