Sabtu, 18 November 2023

Kisah Nabi Ibrahim AS



Nabi Ibrahim AS dahulu lahir di sebuah negeri bernama Babilonia.

Negeri tersebut dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat tamak. Ia bahkan memerintahkan para tukangnya untuk membuat patung-patung berhala sebagai sesembahan dan mengajak seluruh rakyatnya untuk menyembah berhala.

Pada suatu malam ia bermimpi bahwa ada anak kecil yang berjenis kelamin laki-laki mendekatinya. Anak laki-laki kecil tersebut ingin untuk melepaskan mahkota yang ada di kepala Raja Namrud. Raja Namrud sama sekali tak bisa berkutik meskipun ia mencoba sekuat tenaga namun nyatanya anak laki-laki kecil tersebut berhasil melepas mahkota miliknya dan membantingnya ke arah lantai hingga mahkota tersebut menjadi hancur berkeping-keping.

Dari situlah, sifat jahat dan tamak ini muncul. Raja Namrud menjadi takut apabila kekuasaannya tersebut berhasil diduduki oleh orang lain. Sehingga, ia memutuskan untuk membunuh setiap anak laki-laki yang lahir di negeri tersebut.

Kejadian tersebut tepat pada kelahiran Nabi Ibrahim AS sehingga ibunya memutuskan untuk membuang Nabi Ibrahim AS ke tengah hutan. Sungguh malang nasib Nabi Ibrahim AS sudah sejak kecil ia terpaksa harus jauh dari kedua orang tuanya.

Singkat cerita setelah Nabi Ibrahim AS berhasil mengalahkan Raja Namrud yang tamak serta telah mendapatkan wahyu dari Allah SWT, ia pun menikah dengan Sarah istri pertamanya. Dari sinilah Nabi Ibrahim AS beserta dengan Sarah mendapatkan cobaan dari Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS tak kunjung memiliki keturunan hingga ia menginjak usia senja. Ia telah menantikan keturunan selama puluhan tahun dari istrinya yang pertama, Sarah.

Nabi Ibrahim AS memiliki julukan sebagai "bapak para nabi" karena dari keturunannyalah terlahir nabi-nabi untuk umat manusia. Namun demikian, Nabi Ibrahim AS pernah dibuat khawatir dan cemas sebab setelah sekian lama menikah dengan istrinya, Sarah, ia tidak juga dikaruniai keturunan oleh Allah SWT.

Sarah adalah seorang wanita yang beriman kepada ajaran yang dibawanya dan turut mendukung perjuangan Nabi Ibrahim AS suaminya dalam menyebarkan kebenaran.

Ketika Nabi Ibrahim AS melarikan diri dari kejaran Raja Namrud, Sarah dengan setia mengikuti ke mana pun suaminya pergi. Keduanya hidup dengan berpindah-pindah tempat sambil terus mengajak manusia kembali kepada ajaran Allah SWT dan meninggalkan kemusyrikan.

Hingga akhirnya, Nabi Ibrahim AS dan Sarah menetap di Palestina atau daerah Baitul Maqdis. Keduanya tinggal di sana untuk waktu yang cukup lama sampai usia yang sudah lanjut.

Walaupun keadaan sudah lebih aman, namun ada sebuah pikiran yang terus mengganggu Nabi Ibrahim AS. Dirinya belum pernah dikaruniai satu keturunan pun dari istrinya, Sarah.

Nabi Ibrahim AS belum juga diberikan keturunan oleh Allah SWT meskipun ia terus berusaha dan berdoa. Tak ada satu tanda pun yang menunjukkan bahwa Sarah hamil.

penantian panjang Nabi Ibrahim AS dan Sarah di daerah Baitul Maqdis itu berlangsung selama 20 tahun lamanya.

Hingga pada akhirnya Sarah berkata kepada Nabi Ibrahim AS, "Sungguh, Rabb tidak memberiku anak. Silakan kau gauli budak milikku ini, mudah-mudahan Allah memberiku seorang anak darinya."

Atas seizin istrinya dan Allah SWT, Nabi Ibrahim AS pun menikahi budak milik Sarah yang bernama Hajar. Benar saja, Allah SWT mengaruniai Nabi Ibrahim AS dengan seorang anak melalui istrinya yang kedua tersebut.

Melihat mantan budaknya yang berhasil memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim AS, Sarah menjadi cemburu. Sarah kemudian meminta Hajar untuk pergi dari hadapannya sehingga ia tidak lagi melihat wajahnya.

Dengan hati yang amat berat, Nabi Ibrahim AS pun membawa Hajar bersama anaknya yang sudah lahir, Ismail, ke sebuah tempat sunyi dan terpencil. Ia meninggalkan anak dan istrinya di tempat itu sendirian.

Saat Nabi Ibrahim AS beranjak pergi, Hajar membuntutinya dan mencengkram bajunya. Hajar berkata, "Hai Ibrahim! Hendak ke mana kau pergi dan meninggalkan kami di lembah tanpa teman atau apa pun di sini?"

Hajar terus mengucapkan itu beberapa kali, namun Nabi Ibrahim AS tak juga menoleh maupun menjawab. Kemudian Hajar bertanya, "Allah kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini?"

"Ya", jawab Ibrahim. Hajar akhirnya mengatakan, "Kalau begitu, Ia tidak akan menelantarkan kami."

Akhirnya Hajar melepaskan suaminya pergi untuk ditinggal sendirian bersama anaknya di tempat sunyi tersebut. Di tempat itulah yang kelak menjadi sebuah tempat bernama Makkah.

Nabi Ibrahim AS pergi meninggalkan keduanya bukan dengan hati yang tenang. Sebaliknya, ia justru sedih dan khawatir. Anak yang telah lama dinantikannya dan istrinya itu malah harus ditinggalkan di tempat tanpa manusia dan tanpa tanaman. Namun jika Allah SWT sudah menghendaki sesuatu, maka Nabi Ibrahim AS akan selalu menaati-Nya.

Setibanya di bukit Tsaniyah, tempat di mana Hajar dan Ismail sudah tidak melihatnya, Ibrahim AS memanjatkan doa dengan mengangkat kedua tangannya,

"Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS Ibrahim: 38)

Cobaan Nabi Ibrahim AS ini ialah hingga memasuki usia tua belum juga dikaruniai seorang anak. Akhirnya Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim AS untuk menikah lagi dengan wanita yang bernama Siti Hajar.

Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS akhirnya memiliki seorang putra yang diberi nama Nabi Ismail AS. Meskipun demikian, Sarah tetap belum memiliki keturunan hingga pada akhirnya Allah SWT memberikan kuasa-Nya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT surah Al-Hijr ayat 51-53,

Artinya: "Kabarkanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka tentang tamu Ibrahim (malaikat) ketika mereka berkunjung ke (kediaman)-nya, lalu mengucapkan, "Salam." Dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu." (Mereka) berkata, "Janganlah merasa takut (karena) sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) anak laki-laki yang alim (Ishaq)."

Setelah mendapat berita kehamilan Sarah tersebut, ketika Nabi Ismail AS beranjak dewasa Nabi Ibrahim AS mendapatkan ujian kembali. Di mana Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail AS. Tentu membuatnya sangat terkejut dan bimbang.

Hal tersebut juga disampaikan oleh Allah melalui firman-Nya dalam surah Al-Shaffat ayat 102,

Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

bahwa Nabi Ibrahim AS adalah seorang yang patuh terhadap Tuhan-Nya.

Ia melaksanakan seluruh perintah Allah SWT untuk menunjukkan kepatuhan dan ketaatan kepada-Nya. Baik Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS semuanya berserah diri kepada Allah SWT. Meskipun berat dirasakan, mereka tetap percaya dan patuh akan perintah Allah SWT.

Melalui kuasa-Nya, Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya surah Ash-Shaffat ayat 107,

وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Artinya: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Itulah tadi cobaan Nabi Ibrahim AS usai dikaruniai putra di usianya yang sudah senja tetapi justru Allah SWT memintanya untuk menyembelih putranya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar