Sabtu, 18 November 2023

Hari-hari Terakhir di Mekkah (10)



Usai sudah puncak pelaksanaan ibadah haji. Tinggal menghitung hari lagi saya berada di kota Mekkah. Hampir tiga puluh puluh hari saya telah meninggalkan tanah air, berada di tanah suci. Tiba saatnya untuk berpisah. Sedih? Ya sudah tentu. Ingin lebih lama lagi di sini, tetapi program pemerintah untuk haji di Mekkah hanya 30 hari. 

Ka’bah yang selalu dirindukan

Bak kata sebuah lagu, ada pertemuan tentu ada pula perpisahan.

“Pertemuan atau berada di Baitullah memiliki makna tersendiri bagi setiap orang yang pernah mengerjakan haji atau umrah.

Baitullah bukan hanya sekedar “rumah” yang ditatap hanya sepintas dan kemudian ditinggalkan. Baitullah ternyata menjadi sumber kerinduan bagi seluruh jamaah haji.


Setiap jamaah yang meninggalkan Ka’bah rindu untuk kembali ke sana, bahkan tidak sedikit orang yang meneteskan air mata karenanya. Berbeda dengan ketika melihat dan menyaksikan suatu tempat yang lain yang tanpa kesan dan tidak tertarik lagi untuk
 kedua kaki dan seterusnya. Memandang Ka’bah menumbuhkan keimanan di dalam hati” (Dikutip dari buku panduan haji Kemenag).



Bagi seorang muslim, tiada satupun tempat di muka bumi ini yang selalu dirindukan untuk ingin dikunjugi lagi, dikunjungi lagi, dan seterusnya, selain Baitullah. Haji memang wajib satu kali saja, tetapi umrah bisa kapan saja selagi masih punya umur, biaya, dan kesempatan. Kalau sudah berada di tanah air lalu mendengar teman atau tetangga naik haji atau umrah, mungkin tiba-tiba saja perasaan di dalam dada berkecamuk rindu dengan penuh keharuan. Kapan pula saya akan ke sana lagi?, begitu kira-kira. Mungkin perasaan yang sama akan saya rasakan pula tahun depan ketika melihat postingan teman2 di media sosial yang pamitan naik haji.


Satu per satu jamaah haji gelombang pertama mulai pulang ke tanah air. Kami yang termasuk ke dalam Kloter 56/JKS akan pulang nanti tanggal 4 September 2019 melalui bandara Kota Madinah. Jamaah haji gelombang kedua masih ada yang tetap berada di Mekkah selama 30 hari, lalu kemudian pindah ke kota Madinah dan pulang ke tanah air melalui bandara Madinah.


Sebelum berangkat ke Kota Madinah, kami semua kembali ke Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf Wada’ atau tawaf perpisahan. Kami sengaja mengambil waktu tawaf setelah sholat Subuh agar dapat melaksanakan tawaf di plaza di depan Ka’bah. (Tapi ternyata Masjidil Haram penuh sesak, pada akhirnya rombongan kami melakukan tawaf Wa'da di roof top Masjidil Haram). Bus Sholawat sudah mulai berperasi sesudah hari-hari tasyrik,jadi kami bisa ke Haram naik bus lagi. Masjidil Haram sesak dengan jamaah karena ternyata jamaah haji dari berbagai negara juga melakukan tawaf Wa'da dan untuk pulang ke tanah airnya.

Melaksanakan tawaf perpisahan sungguh mengharukan. Inilah tawaf perpisahan dengan Baitullah. Hampir semua jamaah berlinang air mata ketika melakukan tawaf wada’, karena sebentar lagi akan berpisah dengan Baitullah. Selesai tawaf wada’, kami berdoa dipimpin oleh Pak Ustad. Kami berdoa agar dapat bertemu kembali dengan Baitullah. Dalam doa ada air mata.

Usai berdoa, rombongan jamaah KBIH  meninggalkan Masjidil Haram. Saya sengaja memisahkan diri dan belum ingin pulang. Saya ingin duduk lama di depan Ka’bah rasanya sebelum saya pulang ke hotel. Sebab, setelah tawaf wada’ ini kita tidak bisa lagi mengunjungi Ka’bah, tidak boleh lagi tawaf. Saya belum ingin berpisah dengan Baitullah. Saya menumpahkan isi hati saya kepada Allah, menceritakan apa yang yang saya rasakan. Terbayanglah anak dan orangtua serta adik bungsu saya, semoga kami semua segera bersama2 bisa umroh dan berhaji kembali. Membuncahlah tangis saya tak tertahankan. Saya menangis tersedu-sedu, saya berdoa, meminta kepada Allah agar dikabulkan semua doa yang saya panjatkan. Saya menangis, mohon ampunan, memohon lindungan, memohon segala apa yang ada di dalam hati saya. Saya belum pernah menangis tersedu-sedu dalam waktu yang lama seperti ini. Belum pernah.


Saya mengisi air botol air mineral dengan air zam-zam sebanyak-banyaknya. Saya ingin membawa pulang beberapa botol air zam-zam, meskipun Pemerintah Arab Saudi akan memberikan secara gratis 5 liter air zam-zama.

Kami berjalan ke arah pintu keluar Masjidil Haram melalui jalur sa’i. Mata saya terus menatap Ka’bah. Dan terakhir kali sebelum Ka’bah hilang dari pelupuk mata, saya potretlah ia dalam mode siluet.

Pandangan terakhir melihat Ka’bah

Sampai bertemu kembali dengan Baitullah. Mudah-mudahan Allah SWT mengundangku kembali ke sini suatu hari nanti. Amin.

Persiapan Ke Madinah

Sehari sebelum keberangkatan ke Madinah, semua koper jamaah haji dikumpulkan di lobby hotel untuk dibawa ke bandara. Koper akan lebih dulu dimasukan ke dalam bus. Setiap koper ditimbang dan beratnya tidak boleh lebih dari 30 kg. Jangan sekali-sekali mencoba “menyelundupkan” air zamzam ke dalam bagasi, pasti ketahuan, dan koper Anda akan dibuka paksa petugas di Bandara  untuk mengeluarkannya.


Pemeriksaan dan penimbangan bagasi di lobby hotel

Setelah sholat Subuh, kami sudah bersiap masuk ke dalam bus-bus untuk menuju kota Madinah. Setelah ada acara pelepasan oleh petugas haji Indonesia, bus-bus bergerak meninggalkan hotel. Selamat tinggal kota Mekkah.

Jam 9 pagi waktu Saudi bus bergerak meninggalkan Mekkah. Ada perasaan sedih meninggalkan kota ini pada saat lagi betah-betahnya disini. Jamaah haji tidak akan kembali lagi ke Mekkah, jadi hari ini adalah hari terakhir kami di Mekkah. Magnit utama di Mekkah adalah Masjidil Haram dan Ka'bah berada disana. Di Mekkah inilah seluruh umat Rasulullah ingin kembali untuk berumroh dan berhaji, mengenang perjuangannya di masa lalu. 

Selamat tinggal kota Mekkah. Izinkan saya bisa kembali lagi ke sini bersama anak, orangtua,adik2 dan seluruh keluarga besar melaksanakan umrah dan kembali berhaji suatu hari nanti.


Pemandangan Baitullah difoto dari Zamzam tower.

Istana Raja Salman, tempat menjamu tamu-tamu kenegaraan yang akan umroh dan berhaji. Sebelah kanan dari arah Zamzan Tower .

Mushola Hotel Al Zair Al Khalil di lantai 6 

Lantai di hotel Zamzam Tower tempat area ke Fast Food

bis yang akan membawa kami ke Madinah. Berat rasanya meninggalkan Kota Mekkah.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar