Jumat, 04 November 2022

Jalan Kolonel Masturi Cimahi


Jalan Kolonel Masturi, yang dikenal sebagai daerah Santiong di Cimahi, menyelipkan satu kisah mistis tersendiri. 

Saat melewati jalan yang menghubungkan Cimahi dan Cisarua itu, traveler akan melewati dua area pemakaman di sisi kiri dan kanan. Titik itulah yang dikenal angker oleh masyarakat setempat.

Dari arah Cimahi, satu kilometer dari persimpangan Citeureup, kita bakal melewati pemakaman Santiong di sisi kiri dan TPU Muslim Cipageran di bagian kanan.

Layaknya pemakaman, selalu ada cerita-cerita horor yang mengiringi keberadaannya. Apalagi, di ruas jalan yang konturnya menurun curam itu sempat terjadi beberapa kejadian kecelakaan lalu lintas yang menelan korban jiwa.

Kecelakaan paling parah terjadi pada tahun 2016 silam. Di mana sebuah bus pariwisata menabrak lima kendaraan hingga menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.

Lalu apa hubungannya? Banyak warga percaya jika saat kita melintas kawasan tersebut, tak boleh melakukan hal-hal sembrono maupun berkata seenaknya atau dalam bahasa sunda dikenal dengan 'sompral'.

Warga setempat menyebut bila sompral saat melalui Jalan Kolonel Masturi maka bukan tidak mungkin kita bakal melihat sosok penunggu yang menyerupai sesosok pria tanpa kepala. Belum lagi kabarnya ada kuntilanak yang bergelayut di atas pohon bambu yang memang seperti memayungi sisi kiri dan kanan di dekat dua kuburan.

Benar tidaknya itu kan cerita dari mulut ke mulut saja, kalau sebetulnya seperti apa masyarakat setempat juga tidak tahu. Mereka mungkin biasa saja lewat sini, tapi buat orang lain mungkin angker.

Suasana seram yang terpancar dari daerah tersebut, seakan diperkuat dengan minimnya penerangan jalan yang ada. Jika dilihat dari atas maupun bawah, Jalan Kolonel Masturi pada malah hari, mirip lorong panjang gelap yang tak memiliki ujung.

Warga menyebutkan sebetulnya di sini itu seram karena kiri kanannya kuburan, terus jalannya gelap. Kalau terang, mungkin biasa saja.

Namun jika berbicara dari sisi lain, kawasan Jalan Kolonel Masturi yang masuk ke wilayah Kecamatan Cipageran memiliki nilai sejarah Cimahi yang teramat kental. Sebab di makam yang dianggap angker oleh masyarakat, justru merupakan tempat bersemayamnya jasad dua leluhur Cimahi zaman dulu.

Di TPU Muslim Cipageran misalnya, ada makam Mbah Wirasuta dan istrinya Eyang Fatimah Sariwangi yang ditempatkan di bangunan khusus di tengah area pemakaman.

Bagi masyarakat Cimahi khususnya Cipageran, mereka dianggap sebagai leluhur karena membuka wilayah Cipageran menjadi permukiman dan berperan menyebarkan Islam di wilayah ini.

Cipageran juga bisa jadi merupakan cikal bakal lahirnya Cimahi sebagai bagian dari distrik Cilokotot pada masa penjajahan Belanda dulu. Sebab dipercaya jika kehadiran Mbah Wirasuta di daerah tersebut lebih dulu ketimbang pembangunan jalan Anyer Panarukan oleh Daendels pada 1811.

Bisa jadi Cimahi ini sebetulnya berawal dari Cipageran. Tapi yang masyarakat ingat dari Santiong ini justru cerita-cerita mistisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar