Kamis, 13 Oktober 2022

Disuatu Waktu

Di suatu siang di suatu tahun, di suatu bulan, dan di suatu minggu ... di suatu hari: Aku pergi menunaikan shalat Jumat di kota tercinta Mekkah Al Mukarohmah .....


Sabtu, 08 Oktober 2022

Sikap Nabi Muhammad SAW



Rasulullah SAW adalah sosok manusia paling fasih. Beliau diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan bagi umat manusia.

Allah SWT berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ٢٨

Artinya: "Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS Saba: 28).

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan dalam Jami'us Sirah, Rasulullah SAW memiliki tutur kata yang sangat manis, namun lugas dalam penyampaiannya. Setiap ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut Beliau sangat baik dan menarik perhatian siapa saja yang mendengarnya.

"Ucapan dan kata-katanya sangat baik. Hingga dapat dikatakan perkataannya menarik hati orang yang mendengarkannya. Para musuh-musuh Beliau pun mengakui akan hal itu," ucap Ibnu Qayyim Al-Jauziyah seperti diterjemahkan Abdul Rosyad Shiddiq dan Muhamad Muchson Anasy.

Putra Sayyidina Abdullah dan Siti Aminah ini berbicara dengan gaya bicara yang terperinci dan jelas pada setiap katanya. Imam Ibnu Qayyim menyebut, gaya bicara beliau tidak terlalu cepat dan tidak terlalu banyak jeda.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi dalam pembahasan Manaqib, Aisyah RA mengatakan, "Tidaklah Rasulullah SAW berbicara kepada kalian dengan cepat. Tetapi Beliau berbicara dengan jelas dan terperinci. Hingga mereka yang duduk bersama Beliau, dapat menghafalkan apa yang Beliau sampaikan."

Selain itu, Beliau sering mengulangi ucapannya hingga tiga kali. Hal ini dimaksudkan agar apa yang Beliau sampaikan bisa dipahami. Kebiasaan ini juga beliau lakukan tatkala memberikan salam, yakni sebanyak tiga kali.

Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW termasuk orang yang banyak diam. Beliau hanya berbicara seperlunya saja dan mengawali serta mengakhirinya dengan sangat jelas. Setiap kata yang beliau ucapkan adalah kata-kata yang bermanfaat.

"Beliau menyampaikan sesuatu dengan ringkas, namun sarat dengan makna. Ringkas, dengan tidak ada penambahan maupun pengurangan. Sehingga, Beliau tidak mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Atau, Beliau hanya membicarakan hal-hal yang bersifat ibadah, yang dijanjikan pahala oleh Allah SWT," lanjut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.

Kerut di wajah baginda Nabi SAW menjadi tanda ketika Beliau tidak menyukai sesuatu. Namun, Beliau tidak menjelek-jelekkannya, mencacinya, atau berteriak.

Jika tertawa, Beliau hanya menampakkan senyum. Sehingga dapat dikatakan, semua tawa Beliau dalam bentuk senyuman. Namun, Beliau pernah tertawa hingga terlihat gigi-gigi gerahamnya. Ini pun hanya ketika ada hal-hal yang memang layak ditertawakan.

Tawa Rasulullah SAW terdiri atas tiga jenis, tertawa karena ada hal yang layak ditertawakan, tertawa karena gembira seperti melihat sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan tertawa karena amarah.

Adapun, tangis Beliau ada yang dilakukan dalam tawanya, sehingga Beliau tidak menangis terisak-isak dan juga tidak mengeluarkan suara keras. Saat Beliau menangis, air matanya mengalir hingga bercucuran dan terdengar suara rintihan dari dadanya.

Terkadang Beliau menangis lantaran kasihan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Terkadang pula Beliau menangis karena mengkhawatirkan nasib umatnya dan rasa kasih terhadap mereka.

Selain itu, Beliau juga menangis karena ketakutannya yang mendalam kepada Allah SWT. Misalnya ketika Beliau mendengar bacaan Al-Qur'an.

Rasulullah SAW pernah menangis ketika putranya, Ibrahim, wafat. Begitu pula ketika salah seorang putrinya wafat.

Saat itu Beliau menangis seraya bersabda, "Air mata bercucuran, hati berduka, dan tidak ada yang kami ucapkan melainkan apa yang diridhai Tuhan kami. Dan sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, benar-benar bersedih karena (kepergianmu)." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).


Beliau juga pernah menangis karena sejumlah peristiwa. Di antaranya tatkala Utsman bin Mazh'un wafat, saat terjadi gerhana matahari, dan ketika duduk di makam salah satu putrinya.

Tangis Rasulullah SAW dapat dibedakan menjadi dua, yakni tangis kesedihan dan kebahagiaan. Ketika Beliau menangis karena bahagia, air mata bahagianya cenderung dingin, sedangkan ketika menangis karena kesedihan, air matanya 

Kisah Penciptaan Nabi Muhammad SAW



Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut suatu riwayat, Allah SWT menciptakannya dengan tanah dan mencampurkannya dengan air surga.

Kisah ini diceritakan oleh Ibnul Jauzi dalam Kitab Al-Wafa bi Ahwal Al-Mushthafa. Ia mengutip salah satu riwayat dari Ka'ab Al-Ahbar yang menceritakan, ketika Allah SWT hendak menciptakan Nabi Muhammad SAW, Dia memerintahkan Jibril agar membawakan segenggam tanah putih yang merupakan letak tempat kuburan Rasulullah SAW.

Lalu, tanah itu dicampur dengan air surga kemudian dicelupkan ke sungai-sungai yang berada di surga dan dibawa ke sekeliling langit dan bumi. Malaikat pun mengenal Muhammad serta keutamaan beliau sebelum mereka mengenal Nabi Adam.

Ketika cahaya Muhammad SAW terlihat pada kilauan cahaya di kening Adam, Allah berkata, "Wahai Adam, ini adalah penghulu keturunanmu dari pada Nabi dan Rasul."

Ketika Hawa mengandung Syits, Nur Muhammad berpindah dari Adam ke Hawa. Sehinga Hawa selalu melahirkan dua anak setiap kali melahirkan, kecuali ketika melahirkan Syits. Hawa melahirkannya seorang saja lantaran kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Cahaya itu pun selalu berpindah dari orang suci ke suci lainnya sampai Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal.

Kabar penciptaan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada Nabi Adam AS ini juga diceritakan dalam riwayat Wahb bin Munabbih. Ia berkata bahwa Allah mewahyukan kepada Adam sebagai berikut,

"Aku adalah Allah Pemilik Ka'bah ini. Penduduknya adalah orang-orang pilihan-Ku. Pengunjungnya adalah tamu-Ku dan berada dalam lindungan-Ku. Di sana terdapat rumah-Ku yang Aku penuhkan ia dengan penduduk langit dan bumi. Mereka mendatanginya berbondong-bondong dengan berambut kusut dan berlumuran debu. Mereka berteriak dengan mengucapkan tasbih. Mereka berlari dengan mengucapkan talbiyah. Mereka menangis dengan air mata mereka yang bercucuran. Siapa yang berangkat menujunya tanpa ada tujuan lain sungguh ia telah menjenguk-Ku dan bertamu dengan-Ku sehingga patutlah bila Kuberi ia hadiah dan kemuliaan-Ku. Aku menjadikan sebutan kemuliaan dan keagungan rumah itu pada seorang Nabi dari keturunanmu. Dialah Muhammad SAW penutup para Nabi. Aku menjadikan ia sebagai salah satu orang yang mendiami, menjaga, melindungi, dan merawat rumah itu. Siapa yang bertanya tentang diriKu pada hari itu, sungguh Aku berada bersama orang-orang yang berambut kusut dan berlumuran debu itu yang menunaikan janji mereka dan menghadap Tuhan mereka."

Sementara itu, Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Isa AS, "Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakan Adam. Aku telah menciptakan Arsy lalu ia pun bergetar sehingga kutuliskan di atasnya kalimat La ilala illallah Muhammad Rasulullah, ia pun diam."

Nama Nabi Muhammad SAW juga disebutkan dalam kitab-kitab yang Allah SWT wahyukan kepada nabi terdahulu, jauh sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya,

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ ١٥٧

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka." (QS Al A'raf: 157)

Jumat, 07 Oktober 2022

Salah Satu Mujizat Nabi Muhammad SAW


Salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah membelah bulan menjadi dua. Keterangan tersebut didasarkan dari salah satu riwayat hadits yang dikisahkan Anas bin Malik RA. Ia berkata,

أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا

Artinya: "Sesungguhnya, ahli Makkah pernah meminta kepada Rasulullah SAW supaya memperlihatkan satu tanda bukti kepada mereka. Kemudian, beliau memperlihatkan bulan yang terbelah dua hingga Gunung Hira dapat merela lihat di antara kedua belahannya," (HR Bukhari dan Muslim).

Kisah ini terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah Al Mukarramah ke Madinah Al Munawwarah. Melansir dari tulisan Abdul Syukkur dalam buku Uswah Rasulullah Perspektif Al-Qur'an dan Sunnah, penduduk Makkah tersebut pernah bertanya pada Rasulullah.

"Wahai Muhammad, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu," kata mereka dengan dengan nada mengejek dan mengolok-olok.

Nabi Muhammad SAW bertanya, "Apa yang kalian inginkan?"

Mereka menjawab, "Coba belah bulan,"

Maka Nabi Muhammad SAW pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Kemudian atas izin Allah SWT, Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dariNya agar mengarahkan telunjuknya ke bulan.

Nabi Muhammad SAW pun mengarahkan telunjuknya ke bulan. Hasilnya, bulan pun terbelah setelah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW tersebut.

Menyaksikan itu dengan mata kepala mereka sendiri, orang-orang musyrik itu seketika berujar, "Muhammad, kamu benar-benar telah menyihir kami!"

Mereka kemudian sepakat untuk menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan, Sebab, mereka tidak sedang berada di tempat yang sama dengan orang musyrik yang menyaksikan kejadian bulan terbelah tersebut.

Penduduk Makkah dari kaum Quraisy itu pun bergegas menuju keluar batas kota Makkah untuk menanti penduduk lain. Hingga tibalah rombongan pertama yang melewati mereka dari luar kota Makkah.

Orang musyrik itu pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan dalam perjalanan kalian?"

Mereka menjawab, "Ya, pada suatu malam lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh satu sama lain kemudian keduanya bersatu kembali,"

Mendengar jawaban tersebut, sebagian dari kaum Quraisy itu ada yang memilih beriman. Namun, ada juga yang tetap memilih ingkar. Sebab itu pula, Allah SWT menurunkan firmanNya surah Al Qamar ayat 1-3,

(1) اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

(2) وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ

(3) وَكَذَّبُوْا وَاتَّبَعُوْٓا اَهْوَاۤءَهُمْ وَكُلُّ اَمْرٍ مُّسْتَقِرٌّ

Artinya: Hari Kiamat makin dekat dan bulan terbelah. Jika mereka (kaum musyrik Makkah) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus." Mereka mendustakan (Nabi Muhammad) dan mengikuti keinginan mereka, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.

Fenomena ini juga ternyata sudah dibuktikan oleh sains sebagaimana dijelaskan Pakar Geologi muslim Prof Dr Zaghlul Al Najar. Ia bercerita, salah seorang warga muslim Inggris pernah menyaksikan tayangan televisi tentang diskusi dengan pakar ruang angkasa Amerika Serikat.

Diceritakan, para astronot Amerika Serikat pernah melakukan penelitian di bulan. Mereka mengatakan, ternyata bulan pernah mengalami pembelahan pada masa lampau.

"Kami mendapati secara pasti dari batu-batuan yang terpisah dan terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut bulan)," kata pakar ruang angkasa tersebut dikutip dari buku Panduan Asistensi Pendidikan Agama Islam.

Mereka pun meminta bantuan pakar geologi untuk meneliti dan mendapat informasi bahwa hal itu terjadi karena bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali. Wallahu'alam.

Jelang Kelahiran Nabi Muhammad


Menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, terdapat sejumlah peristiwa besar yang patut direnungkan. Sebagaimana yang diketahui, Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun Gajah, tepatnya 12 Rabiul Awal atau 23 April 571 Masehi.

Maka, setiap tanggal 12 Rabiul Awal diperingati sebagai Maulid Nabi. Kelahiran Nabi Muhammad SAW bahkan telah disebutkan sebelumnya dalam kitab Taurat dan Injil, sebagaimana dikutip dari buku Uswatun Hasanah yang disusun oleh Haddad Alwi.

Bahkan, jelang kelahirannya terdapat tanda-tanda dan keajaiban yang mengiringinya. Salah satu peristiwa besar menjelang lahirnya sang Nabi terakhir yaitu keadaan di Makkah yang berubah.

6 Peristiwa Besar Jelang Kelahiran Rasulullah SAW:

1. Tanah Makkah yang Semula Gersang Menjadi Subur

Tarikh Islam melukiskan bahwa pada 570 Masehi, sebagian besar dataran Makkah sangat kerontang dan tak ditumbuhi oleh tanaman selain pohon kurma.

Lalu, menjelang lahirnya Nabi, hujan mulai tercurah lebat bersamaan dengan tanah yang menjadi subur, pepohonan jadi rimbun serta berbuah lebat.

2. Singgasana Raja Persia Bergoyang

Peristiwa besar lainnya adalah bergoyangnya singgasana Raja Persia Kisra Anusyirwan, bahkan 14 balkon istananya ikut runtuh.

3. Api Majusi yang Menyala Seribu Tahun Lebih Tiba-tiba Padam

Peristiwa lainnya menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah padamnya Api Majusi, sebuah api suci yang terdapat di kuil pemujaan persia.

Api tersebut diyakini telah menyala selama seribu tahun lebih dan tak pernah padam sekalipun. Kala itu, masyarakat Majusi berusaha untuk menghidupkan kembali api tersebut, namun upaya mereka gagal.

4. Air Danau 'A' Secara Tiba-tiba Surut

Selain itu, di tempat lainnya ada sebuah danau yang disebut sebagai Danau 'A'. Danau yang dikultuskan oleh orang-orang Persia itu secara tiba-tiba surut dan menjadi kering.

5. Munculnya Burung Ababil yang Menghancurkan Pasukan Abrahah

Dalam buku Samudra Keteladanan Muhammad tulisan Nurul H. Maarif, Shafiyyurahman al-Mubarakfuri menceritakan, semakin banyak peziarah yang berbondong-bondong pergi ke Kakbah, padahal biasanya hal itu tidak pernah terjadi.

Lantas, Abrahah kesal dan marah. Lalu, ia membangun gereja yang megah di Shan'a untuk menyaingi Kakbah, sehingga orang-orang Arab berpaling dari Kakbah ke gereja.

Alih-alih terwujud, gereja megahnya justru tidak menarik minat para peziarah dan karenanya ditinggalkan begitu saja. Abrahah yang marah lantas bertekad menghancurkan Kakbah dengan membawa 60.000 pasukan.

Misinya tentu gagal, dengan kehendak Allah SWT muncullah burung-burung ababil yang membawa batuan panas untuk meluluh lantahkan pasukan Abrahah.

6. Para Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) Melihat Bintang Besar dan Bercahaya

Dalam sumber yang sama disebutkan bahwa para ahli kitab Yahudi dan Nasrani melihat bintang besar dan bercahaya terang tepat di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bahkan, bintang tersebut tak pernah terlihat sebelumnya.

Tak lama setelah pasukan gajah gagal menyerang Kakbah, Rasulullah SAW akhirnya lahir ke dunia. Ayahnya bernama Abdullah, seorang putra dari pemimpin suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Aminah yang merupakan putri dari pemimpin Bani Zuhrah.

Rabiul Awal


Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut suatu riwayat, Allah SWT menciptakannya dengan tanah dan mencampurkannya dengan air surga.

Kisah ini diceritakan oleh Ibnul Jauzi dalam Kitab Al-Wafa bi Ahwal Al-Mushthafa. Ia mengutip salah satu riwayat dari Ka'ab Al-Ahbar yang menceritakan, ketika Allah SWT hendak menciptakan Nabi Muhammad SAW, Dia memerintahkan Jibril agar membawakan segenggam tanah putih yang merupakan letak tempat kuburan Rasulullah SAW.

Lalu, tanah itu dicampur dengan air surga kemudian dicelupkan ke sungai-sungai yang berada di surga dan dibawa ke sekeliling langit dan bumi. Malaikat pun mengenal Muhammad serta keutamaan beliau sebelum mereka mengenal Nabi Adam.

Ketika cahaya Muhammad SAW terlihat pada kilauan cahaya di kening Adam, Allah berkata, "Wahai Adam, ini adalah penghulu keturunanmu dari pada Nabi dan Rasul."

Ketika Hawa mengandung Syits, Nur Muhammad berpindah dari Adam ke Hawa. Sehinga Hawa selalu melahirkan dua anak setiap kali melahirkan, kecuali ketika melahirkan Syits. Hawa melahirkannya seorang saja lantaran kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Cahaya itu pun selalu berpindah dari orang suci ke suci lainnya sampai Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal.

Kabar penciptaan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada Nabi Adam AS ini juga diceritakan dalam riwayat Wahb bin Munabbih. Ia berkata bahwa Allah mewahyukan kepada Adam sebagai berikut,

"Aku adalah Allah Pemilik Ka'bah ini. Penduduknya adalah orang-orang pilihan-Ku. Pengunjungnya adalah tamu-Ku dan berada dalam lindungan-Ku. Di sana terdapat rumah-Ku yang Aku penuhkan ia dengan penduduk langit dan bumi. Mereka mendatanginya berbondong-bondong dengan berambut kusut dan berlumuran debu. Mereka berteriak dengan mengucapkan tasbih. Mereka berlari dengan mengucapkan talbiyah. Mereka menangis dengan air mata mereka yang bercucuran. Siapa yang berangkat menujunya tanpa ada tujuan lain sungguh ia telah menjenguk-Ku dan bertamu dengan-Ku sehingga patutlah bila Kuberi ia hadiah dan kemuliaan-Ku. Aku menjadikan sebutan kemuliaan dan keagungan rumah itu pada seorang Nabi dari keturunanmu. Dialah Muhammad SAW penutup para Nabi. Aku menjadikan ia sebagai salah satu orang yang mendiami, menjaga, melindungi, dan merawat rumah itu. Siapa yang bertanya tentang diriKu pada hari itu, sungguh Aku berada bersama orang-orang yang berambut kusut dan berlumuran debu itu yang menunaikan janji mereka dan menghadap Tuhan mereka."

Sementara itu, Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Isa AS, "Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakan Adam. Aku telah menciptakan Arsy lalu ia pun bergetar sehingga kutuliskan di atasnya kalimat La ilala illallah Muhammad Rasulullah, ia pun diam."

Nama Nabi Muhammad SAW juga disebutkan dalam kitab-kitab yang Allah SWT wahyukan kepada nabi terdahulu, jauh sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya,

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ ١٥٧

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka." (QS Al A'raf: 157)

Maulid Nabi


Tepat hari ini, 12 Rabiul Awal, Aminah binti Wahb melahirkan seorang putra yang menjadi junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW. Sebelum melahirkan, ia mengalami peristiwa tak biasa.

Peristiwa tersebut diceritakan Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam Sirah Nabawiyah karyanya dengan mengacu pada riwayat Abdullah bin Ja'far.

Diceritakan, ketika Siti Aminah mengandung Nabi Muhammad SAW, ia diperlihatkan sebuah cahaya yang keluar dari jasadnya. Lalu, cahaya itu menyinari leher-leher unta di Bushra (atau gedung-gedung di Bushra). Beberapa lama kemudian, ia melahirkan Muhammad.

Ada riwayat lain yang menyebut Siti Aminah melihat dirinya mengeluarkan cahaya yang menerangi istana-istana di negeri Syam. Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mengapa hanya negeri Syam yang diterangi cahaya, karena hal tersebut merupakan isyarat bahwa kejayaan dan kekokohan agama Islam di negeri Syam.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dikatakan, "Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang menampakkan kebenaran. Tidaklah masalah bagi mereka adanya orang-orang yang tidak mau menolong mereka. Demikianlah keadaan mereka sehingga datanglah ketetapan Allah (hari kiamat)."

Mereka adalah sekelompok orang yang tinggal di negeri Syam. Demikian menurut penjelasan dalam Shahih Al-Bukhari.

Menurut Ibnu Rajab, keluarnya cahaya pada saat Nabi Muhammad SAW dilahirkan merupakan isyarat bahwa kelak terdapat cahaya yang membuat penduduk bumi mendapatkan petunjuk dan gelapnya kemusyrikan akan sirna.

Sebagaimana Allah SWT berfirman,

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ ١٥ يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ١٦

Artinya: "Wahai Ahli Kitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk menjelaskan banyak hal dari (isi) kitab suci yang kamu sembunyikan dan membiarkan (tidak menjelaskan) banyak hal (pula). Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab suci yang jelas. Dengannya (kitab suci) Allah menunjukkan kepada orang yang mengikuti rida-Nya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus." (QS Al Maidah: 15-16)

Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin. Mayoritas ulama berpendapat bahwa beliau SAW lahir pada waktu malam tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,

وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ

Artinya: "Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah."

Saat itu, Nabi Muhammad SAW lahir dalam kondisi yatim. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia saat ia masih dalam kandungan sang ibu.

Menurut berita detikHikmah, ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Siti Aminah pun segera mengutus seseorang untuk mengabarkan tentang kelahiran putranya kepada Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Mendengar hal itu, Abdul Muthalib lantas menyambutnya dengan gembira.

Dalam Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyam, Abdul Muthalib kemudian membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah. Hal ini dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selang beberapa waktu, pihak keluarga Nabi Muhammad SAW pun mencarikan ibu susuan untuknya. Kebiasaan menitipkan anak pada ibu susuan di desa ini menjadi hal lumrah bagi masyarakat Arab pada zaman dulu.

Hal tersebut bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan bahasa Arab yang fasih.

"Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih," tulis Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad SAW akhirnya disusui oleh seorang ibu susu bernama Halimah Sa'diyah. Ia adalah wanita dari Bani Sa'ad..

Tatkala Nabi Muhammad SAW lahir, ia disusui oleh seorang ibu susu bernama Halimah Sa'diyah. Halimah mengisahkan bahwa ia mendapatkan berkah tiada henti sejak pertama kali menggendong putra Abdullah dan Siti Aminah tersebut.

Kisah ini diceritakan dalam Sirah Nabawiyah karya Ali Muhammad Ash-Shallabi yang diriwayatkan dari Abdullah bin Ja'far. Diceritakan, ketika Rasulullah SAW dilahirkan, Halimah binti Al-Harits datang bersama rombongan kaum wanita Bani Sa'ad bin Bakar untuk mencari bayi-bayi yang hendak disusui di Mekkah.

Halimah menuturkan, ketika sampai di kota Mekkah, setiap wanita dari rombongannya pasti ditawari untuk menyusui Rasulullah, namun mereka selalu menolaknya karena dia adalah anak yatim. Meski demikian, ibunda Nabi tetap menghormati mereka dan menjamu mereka dengan baik.

Saat itu, rombongan ibu susu tersebut sudah mendapatkan bayi yang akan mereka susui, tapi Halimah belum mendapatkannya. Akhirnya ia kembali lagi menemui keluarga Siti Aminah dan menerima Muhammad untuk ia susui.

Ia berkata kepada suaminya, "Demi Allah, aku akan mengambil bayi yatim dari Bani Abdul Muthalib ini. Semoga melalui dia Allah akan melimpahkan kebaikan kepada kami. Aku tidak ingin kembali pulang bersama teman-temanku tanpa membawa bayi."

Suaminya pun bilang, "Engkau bertindak benar."

Halimah melanjutkan ceritanya, ketika pertama kali menggendong Muhammad kecil, tiba-tiba ia melihat air susunya mengalir dengan deras. Ia pun langsung memberikannya kepada Muhammad dan saudaranya (bayi Halimah).

Kemudian, suaminya beranjak menuju untanya dan tiba-tiba ia melihat susu unta betina tersebut memancar deras. Ia lalu meminumnya bersama sang istri.

Suami Halimah berkata, "Wahai Halimah, demi Allah kita benar-benar mendapatkan bayi yang diberkahi. Sungguh Allah telah memberikan anugerah kepada kita sebelum kita meminta."

Akhirnya, pada malam harinya, mereka dapat tidur dengan pulas dan perut kenyang.

Pada pagi harinya, mereka pergi bersama rombongan untuk melanjutkan perjalanan ke kampung. Halimah menaiki keledainya yang berwarna abu-abu dengan menggendong Muhammad.

Tiba-tiba, kendaraan yang ditumpanginya melaju dengan cepat dan mendahului rombongan lainnya. Padahal, sebelumnya keledai itu dalam kondisi terluka.

Halimah dan rombongan terus berjalan melewati kampung demi kampung dan di setiap harinya Allah SWT tak henti-hentinya melimpahkan keberkahan kepada Halimah. Begitu tiba di kampungnya, kehidupannya menjadi lebih makmur. Hewan-hewan ternak mereka juga lebih gemuk.

Setiap hari hewan ternaknya merumput dan pulang ke kandang dalam kondisi kenyang. Berbeda dengan hewan-hewan ternak milik Bani Sa'ad yang kurus dan tidak pernah merasa kenyang.

Keberkahan yang datang lantaran menyusui Nabi Muhammad SAW tak hanya itu saja, kandungan susu kambing-kambing Halimah juga menjadi melimpah. Ia pun memeras dan meminumnya. Kondisi ini menimbulkan perbincangan di antara tetangganya.