Selasa, 01 Desember 2020

Kisah Rasulullah Bagian 25

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 25*

*Rumah Tangga Baginda Muhammad ﷺ*

Sayyiduna Muhammad ﷺ selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.

Sejak muda, Rasulullah ﷺ amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah ﷺ tidak menyukai baju berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah ﷺ juga gemar memakai surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.

Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah ﷺ sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya sebagai anak.

*Zaid bin Haritsah*

Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Sayyiduna Muhammad ﷺ amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara diculik.

Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang para perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan Rasulullah ﷺ, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Sayyiduna Muhammad ﷺ amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah tiada. Baginda Muhammad ﷺ segera memerdekakan Zaid. 

Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.

“Silakan membawa Zaid pulang,” kata Habibuna Muhammad ﷺ kepada Haritsah. “Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya.”
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Baginda Muhammad ﷺ. Sayyiduna Muhammad ﷺ amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin Muhammad.

Di kemudian hari, Allah ﷻ melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha adil Allah ﷻ Yang Agung.

*Gua Hira*

“Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?” demikian pikir Baginda Muhammad ﷺ.
“Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?”

Demikianlah Habibuna Muhammad ﷺ tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi ke Gua Hira.
“Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'”
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ketika, saat usia Sayyiduna Muhammad ﷺ menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di Gua Hira. 
Baginda Muhammad ﷺ yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya.

*Bersambung*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar