Sabtu, 05 November 2022

Kisah Asiyah

Kisah Asiyah binti Muzahim dengan Firaun, dalam buku Ilmu Tauhid oleh Buya Yuhendri dan Ust Azwirman, berawal dari Firaun yang ditinggal mati oleh istrinya, ia merasa kesepian dan ingin mempunyai seorang istri lagi. Firaun kemudian memerintah menterinya yang bernama Haman untuk melamar Asiyah, namun ia menolaknya. Penolakan Asiyah membuat Firaun marah dan mengutus tentara untuk menangkap orang tua Asiyah, mereka bahkan dikurung dan disiksa.

Firaun adalah seorang raja yang zalim, ia berpikir bahwa ia adalah penguasa dunia. Sifatnya yang sombong itu tidak mampu mendapatkan hati Asiyah. Asiyah kemudian dipaksa menikah dengannya padahal ia sudah menolaknya dengan tegas. Ia bahkan berkata "Bagaimana aku sudi menikahi Firaun? Sedangkan ia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah."

Mengapa Asiyah Menjadi Istri Firaun

Mengutip buku Al-Quran dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam Penafsiran karya Zaitunah Subhan, berikut ini adalah beberapa hikmah dan juga sebab mengapa Aisyah kemudian ditakdirkan untuk menjadi istri Firaun:

Perjalanan Hidup dan Kemuliaan Sifatnya Menjadi Teladan

Asiyah binti Muzahim adalah salah satu contoh yang bisa diteladani oleh orang-orang yang beriman. Hubungan antara ia dan Firaun yang kafir, tidak menjadi mudarat bagi Asiyah sedikit pun, karena Asiyah memang memisahkan diri dengan suaminya dalam kekafiran dan amal perbuatannya. Allah bahkan berfirman dalam surat At Tahrim ayat 11:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ

Artinya: "Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Firaun, ketika dia berkata, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim."

Aisyah tidak mendapatkan mudarat karena hubungannya dengan Firaun, padahal sudah sangat jelas bahwa suaminya adalah orang paling kafir. Asiyah bahkan memilih dibunuh daripada mendapatkan kemakmuran kerajaan, mengingat suaminya adalah seorang raja.

Menjadi Contoh Perempuan Pejuang

Apa yang dikisahkan dalam Al-Quran adalah sebuah makna bahwa Asiyah merupakan perempuan pejuang. Ia hidup di bawah raja sekaligus suaminya yang zalim. Ia memberontak, melawannya, dan mempertahankan keyakinan apapun resiko yang ia dapatkan.

Saat Firaun mengetahui bahwa Asiyah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia membuat pasak-pasak untuk istrinya dan mengikat tangan dan kakinya, kemudian ia menyiksanya di bawah terik matahari. Namun, penyiksaan tersebut tidak membuat Asiyah lari dan mengharap belas kasih. Asiyah berdoa untuk keselamatannya dan memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari kekufuran seperti yang dilakukan suaminya.

Rasulullah bahkan bersabda: "Cukup bagimu dari segenap perempuan di alam ini empat perempuan, yaitu Maryam putri Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Firaun." (HR Ahmad, Thabrani, Al-Thahawi, dan Al-Dhiya')

Makna dari sabda Rasul tersebut adalah cukup bagimu untuk sampai pada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh perempuan tersebut, menyebut kebaikan mereka, meniru sifat zuhudnya terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka pada kehidupan yang kekal, yaitu di akhirat kelak.

Ditakdirkan untuk Menyelamatkan Nabi Musa

Bayi laki-laki yang lahir pada zaman Firaun harus dibunuh. Ibunda Nabi Musa sangat kebingungan saat itu karena Firaun sudah mengetahui bahwa ia melahirkan bayi laki-laki. Ibunda Nabi Musa kemudian mendapat petunjuk dari Allah dalam surat Thaha ayat 39:

اَنِ اقْذِفِيْهِ فِى التَّابُوْتِ فَاقْذِفِيْهِ فِى الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّيْ وَعَدُوٌّ لَّهٗ ۗوَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ ەۚ وَلِتُصْنَعَ عَلٰى عَيْنِيْ ۘ

Artinya: "(yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku."

Bayi nabi Musa yang dihanyutkan di sungai kemudian ditemukan oleh Asiyah. Dalam buku 10 Wanita Ahli Surga oleh Dr. Musthafa Murad, dijelaskan bahwa Asiyah mampu menentang Firaun dan bala tentaranya dengan cara yang menakjubkan. Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 9:

وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Artinya: "Dan istri Firaun berkata, "(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak," sedang mereka tidak menyadari."

Tangan takdir dan ucapan Asiyah meluluhkan hati Firaun. Ia kemudian diperbolehkan untuk merawat dan melindungi bayi kecil bernama Nabi Musa dengan cinta, yang kelak bayi dalam tangannya tersebutlah yang akan menghancurkan Firaun dan bala tentaranya. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 8:

فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ

Artinya: "Maka dia dipungut oleh keluarga Firaun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Firaun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."

Itulah beberapa sebab mengapa Asiyah binti Muzahim berjodoh dengan Firaun, semoga banyak di antara muslimah yang meneladani keteguhan iman dan sifatnya.

Khutbah Terakhir

Rasulullah SAW wafat pada 12 Rabi'ul Awal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni 632 Masehi, ketika berusia 63 tahun. Tiga bulan sebelum wafat, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah terakhirnya di Arafah ketika menjalani ibadah haji. Ibadah ini kemudian dikenal dengan sebutan Haji Wada.


Haji Wada artinya haji perpisahan. Disebut demikian karena ibadah ini menjadi haji terakhir dan satu-satunya dari Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan pada tahun 632 M. Oleh karenanya Haji Wada juga kerap disebut Hujjat al-wada.

Pada momen Haji Wada ini, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah yang menggetarkan jiwa umat muslim.

Usai mengerjakan wukuf di Padang Arafah dan memperlihatkan tata cara manasik haji, Rasulullah SAW memanggil segenap kaum muslim yang hadir untuk berkumpul mengelilinginya. Beliau melakukan seruan ini dari atas punggung untanya yang bernama al-Qushwa.

Seruan untuk berkumpul ini kemudian diulangi oleh Rabi'ah bin Umayyah bin Ghalaf dengan keras. Ada beberapa poin penting yang disampaikan Rasulullah SAW dalam khutbah terakhirnya di hadapan lebih dari 140.000 kaum muslim di Padang Arafah.

Poin Penting Khutbah Terakhir Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menyampaikan beberapa wasiat penting bagi umat muslim sebelum kepergiannya. Semua disampaikan dalam satu waktu.

Wasiat-wasiat itu ada yang terkait dengan urusan ketakwaan dan ibadah dengan Allah SWT, terkait dengan persaudaraan antar umat muslim, penghapusan riba, larangan saling menzalimi, penghapusan dosa-dosa masa lalu, hubungan suami istri, hubungan antar manusia, pegangan atau sumber utama ajaran Islam berupa Al-Quran dan Sunnah juga tentang warisan.

Sebagai peninggalan terakhir, isi khutbah Rasulullah SAW ini terbilang lengkap. Pesan yang disampaikan Rasulullah SAW ini berkaitan erat dengan pedoman untuk menghadapi tantangan umat di masa depan.

Isi Khutbah Terakhir Rasulullah SAW

Pesan khutbah terakhir Rasulullah SAW diriwayatkan Jarir ra:

"Sungguh Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda padanya, pada Haji Wada' (Haji perpisahan/haji Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang terakhir). Simaklah dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: "Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain," (Shahih Bukhari).

Setelah memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kemudian mengatakan:

"Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan. Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengar teliti kata-kata ku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini,"

"Wahai manusia sebagaimana kamu menganggap bulan ini, dan kota ini sebagai suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak, janganlah kamu sakiti siapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu pula. Ingatlah sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu, dan Dia pasti akan membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang,"

"Berwaspadalah terhadap Syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya tidak mengikuti dalam perkara-perkara kecil,"

"Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas para isteri kamu, mereka juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina,"

"Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kata ku ini, sembahlah Allah dirikanlah sembahyang lima kali sehari, berpuasalah di bulan Ramadhan dan tunaikan zakat dan harta kekayaan kamu. Kerjakanlah 'ibadah haji' sekiranya kamu mampu. Ketahuilah setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama, tidak seorang pun lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan beramal saleh,"

"Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, awaslah agar jangan sekali-kali kamu terluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku,"

"Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi dan Rasul yang akan datang selepas ku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kata ku yang telah aku sampaikan kepada kamu,

"Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Alquran dan sunnahku,"

Demikian isi khutbah terakhir Rasulullah SAW yang disampaikan sebelum wafat.

Jumat, 04 November 2022

Jalan Kolonel Masturi Cimahi


Jalan Kolonel Masturi, yang dikenal sebagai daerah Santiong di Cimahi, menyelipkan satu kisah mistis tersendiri. 

Saat melewati jalan yang menghubungkan Cimahi dan Cisarua itu, traveler akan melewati dua area pemakaman di sisi kiri dan kanan. Titik itulah yang dikenal angker oleh masyarakat setempat.

Dari arah Cimahi, satu kilometer dari persimpangan Citeureup, kita bakal melewati pemakaman Santiong di sisi kiri dan TPU Muslim Cipageran di bagian kanan.

Layaknya pemakaman, selalu ada cerita-cerita horor yang mengiringi keberadaannya. Apalagi, di ruas jalan yang konturnya menurun curam itu sempat terjadi beberapa kejadian kecelakaan lalu lintas yang menelan korban jiwa.

Kecelakaan paling parah terjadi pada tahun 2016 silam. Di mana sebuah bus pariwisata menabrak lima kendaraan hingga menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.

Lalu apa hubungannya? Banyak warga percaya jika saat kita melintas kawasan tersebut, tak boleh melakukan hal-hal sembrono maupun berkata seenaknya atau dalam bahasa sunda dikenal dengan 'sompral'.

Warga setempat menyebut bila sompral saat melalui Jalan Kolonel Masturi maka bukan tidak mungkin kita bakal melihat sosok penunggu yang menyerupai sesosok pria tanpa kepala. Belum lagi kabarnya ada kuntilanak yang bergelayut di atas pohon bambu yang memang seperti memayungi sisi kiri dan kanan di dekat dua kuburan.

Benar tidaknya itu kan cerita dari mulut ke mulut saja, kalau sebetulnya seperti apa masyarakat setempat juga tidak tahu. Mereka mungkin biasa saja lewat sini, tapi buat orang lain mungkin angker.

Suasana seram yang terpancar dari daerah tersebut, seakan diperkuat dengan minimnya penerangan jalan yang ada. Jika dilihat dari atas maupun bawah, Jalan Kolonel Masturi pada malah hari, mirip lorong panjang gelap yang tak memiliki ujung.

Warga menyebutkan sebetulnya di sini itu seram karena kiri kanannya kuburan, terus jalannya gelap. Kalau terang, mungkin biasa saja.

Namun jika berbicara dari sisi lain, kawasan Jalan Kolonel Masturi yang masuk ke wilayah Kecamatan Cipageran memiliki nilai sejarah Cimahi yang teramat kental. Sebab di makam yang dianggap angker oleh masyarakat, justru merupakan tempat bersemayamnya jasad dua leluhur Cimahi zaman dulu.

Di TPU Muslim Cipageran misalnya, ada makam Mbah Wirasuta dan istrinya Eyang Fatimah Sariwangi yang ditempatkan di bangunan khusus di tengah area pemakaman.

Bagi masyarakat Cimahi khususnya Cipageran, mereka dianggap sebagai leluhur karena membuka wilayah Cipageran menjadi permukiman dan berperan menyebarkan Islam di wilayah ini.

Cipageran juga bisa jadi merupakan cikal bakal lahirnya Cimahi sebagai bagian dari distrik Cilokotot pada masa penjajahan Belanda dulu. Sebab dipercaya jika kehadiran Mbah Wirasuta di daerah tersebut lebih dulu ketimbang pembangunan jalan Anyer Panarukan oleh Daendels pada 1811.

Bisa jadi Cimahi ini sebetulnya berawal dari Cipageran. Tapi yang masyarakat ingat dari Santiong ini justru cerita-cerita mistisnya.

Sejarah Terbentuknya Kota Bandung


Kota Bandung atau cekungan Bandung terbentuk akibat letusan dahsyat dari Gunung Sunda Purba. Gunung ini merupakan cikal bakal dari Gunung Tangkuban Parahu.

Berdasarkan tulisan dari T Bachtiar dalam Geo Magz, majalah geologi populer Kementerian ESDM tahun 2011, disebutkan bahwa di lokasi Gunung Tangkuban Parahu saat ini dulunya berdiri Gunung Sunda.

Sebelum kemunculan Gunung Sunda, terdapat Gunung Jayagiri yang merupakan sebuah gunung api raksasa. Gunung Jayagiri kemudian erupsi dengan dahsyat hingga menghancurkan puncaknya dan membentuk kaldera.


Dari kaldera hasil letusan inilah terbentuk Gunung Sunda yang dikategorikan sebagai gunung purba yang memiliki ketinggian 4.000 mdpl. Namun Gunung Sunda pun meletus sekitar 210.000 sampai 105.000 tahun yang lalu.

Gunung Sunda yang tingginya 4.000 mdpl, meletus antara 210.000-105.000 tahun yang lalu. Pada letusan dengan semburan gas yang sangat tinggi, telah menghamburkan bebatuan, pasir, abu dari dalam tubuh gunung.

Letusan Gunung Sunda merupakan letusan yang terbilang dahsyat. Kaldera yang terbentuk akibat letusan ini berukuran 6,5 x 7,5 kilometer.

Selain itu, menurut Bachtiar material dari letusan Gunung Sunda bahkan menyebabkan aliran Citarum terbendung di kawasan Padalarang. Aliran yang terbendung ini secara perlahan membentuk sebuah danau yang dikenal sebagai Danau Bandung Purba.

Air Citarum membentuk Danau Bandung Purba yang luas, dengan paras tertinggi mencapai 725 mdpl. Danaunya membentang barat-timur, dari Cicalengka hingga Rajamandala, yang dipisahkan oleh Pematang Tengah yang berupa gunung-gunung api purba.

Bahwa danau ini tidak hanya tinggi, tetapi juga membentang luas.

Lebar danau utara-selatan, satu di antaranya pantainya di perempatan Jalan RE Martadinata dengan Jalan Dago dan Jalan Merdeka, mengikuti ketinggian 725 mdpl, hingga selatan di Soreang, Ciparay, Baleendah dan Majalaya.

Selain membentuk Danau Bandung Purba, letusan Gunung Sunda juga menjadi cikal bakal terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu. Diperkirakan sekitar 15.000 tahun setelah Danau Bandung Purba terbentuk, Gunung Tangkuban Parahu mulai muncul di sisi timur kaldera Gunung Sunda.

Kemudian Gunung Tangkuban Parahu juga mengalami erupsi. Bachtiar menuturkan bahwa menurut Nugraha (2005) erupsi Gunung Tangkuban Parahu dibagi ke dalam tiga periode.

Periode pertama sekitar 90.000-40.000 tahun yang lalu. Letusan ini membentuk kawah Pangguyangan Badak.

Kemudian periode kedua 40.000-10.000 tahun yang lalu, membentuk kawah Upas. Sedangkan periode ketiga sekitar 10.000 tahun lalu membentuk kawah Ratu.

Material letusan Gunung Tangkuban Parahu mempertebal material letusan dari Gunung Sunda, mengendap membentuk kipas-kipas aluvial. Endapannya sampai di kawasan Najung, Kota Cimahi di sekitar Pematang Tengah.

Kemudian setelah terjadinya letusan-letusan ini, Danau Bandung Purba akhirnya jebol di antara kawasan Cikahuripan - Cukangrahong - Curug Halimun. Jebolnya danau ini disebabkan oleh gempa bumi dan tanah longsor.

Karena peristiwa ini, air danau perlahan menyusut hingga menyisakan rawa-rawa. Selain menyebabkan keringnya danau, jebolnya danau juga membuat aliran Citarum berubah.

Setelah danau Bandung purba bobol, menyusutlah air danau, menyisakan rawa-rawa yang luas. Setelah Danau Bandung Purba bobol, aliran Citarum pun berubah. Berbelok mengiris celah bebatuan intrusif di Curug Jompong, alirannya semakin deras di ruas sungai yang menyempit, membentuk jeram-jeram dan air terjun. Airnya menerus ke utara sampai bergabung dengan Cimeta.

Lalu karena area Danau Bandung Purba yang terus kering, akhirnya cekungan ini tak lagi dikenal dengan danau Bandung, melainkan Cekungan Bandung. Kini wilayah Cekungan Bandung dikenal juga sebagai Bandung Raya.

Terbentuknya Cekungan Bandung karena meletusnya atau terbangunnya gunung-gunung di sekeliling Bandung, hingga menjadi kawasan di antara gunung-gunung. Itulah yang menjadi dasar Cekungan Bandung.