Rabu, 25 November 2020

Kisah Rasulullah Bagian 19

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 19*

*HILFUL FUDHUL*

Selain mengikuti peperangan, Sayyiduna Muhammad ﷺ yang masih remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang amat baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful Fudhul.

Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para pedagang asing yang sering kali terdzalimi. Pencetus perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing dari Yaman.

Saat itu, Ash bin Wa’il, seorang saudagar Mekah, tidak mau membayar utang kepada si pedagang. Pedagang itu lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.

Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy. Mereka khawatir apabila dibiarkan terus, para pedagang Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang Fijar mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di pihak Quraisy.

Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari keluarga yang lain sudah mulai berani mencoba menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. 

Maka dari itu, atas usulan Zubair bin Abdul Munthalib, seorang paman Baginda Muhammad ﷺ, orang-orang Quraisy dari keluarga Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu tertolong.

Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah bin Jud’an At Taimi yang megah. 

Perjanjian Hilful Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak orang lemah. Sayyiduna Muhammad ﷺ ikut menyaksikan perjanjian dan amat menyukainya.

Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang Rosullullah, Nabi Muhammad ﷺ bersabda: ” Aku tidak suka mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud’an itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak, pasti akan kutolak”

*Besarnya Diyat*

Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi buta diganti dg 50 ekor unta.
Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.
Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.
Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.
Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.
Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.
Satu gigi copot, 5 ekor unta.
Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.

*MENGGEMBALAKAN KAMBING*

Baginda Muhammad ﷺ melewati masa remajanya dengan menggembalakan kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya,
“Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus, dia menggembala kambing. Aku diutus juga menggembala kambing keluargaku di Ajyad.”

Sambil menggembala, pikiran Sayyiduna Muhammad ﷺ menerawang,
“Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu kemilau? Siapa yang membuat udara untuk kuhirup? Siapa yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat matahari mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?”

Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Habibuna Muhammad ﷺ selalu sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak beliau terjaga demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi di Mekah.

Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana, laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sering pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa busana, pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih banyak keburukan lain.

Meski demikian, pernah juga Baginda Muhammad ﷺ ingin pergi ke kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan.
“Tolong jaga kambing-kambingku,” pinta Sayyiduna Muhammad ﷺ kepada seorang teman gembalanya.
“Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-senang,” kata teman Baginda Muhammad ﷺ.
“Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti seorang pertapa.”

Baginda Muhammad ﷺ pun pergi memasuki Mekah.
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.

Namun, belum sempat Baginda Muhammad ﷺ tiba di rumah itu, tubuhnya tiba tiba disergap keletihan. Sayyiduna Muhammad ﷺ duduk bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi. Ia tidak sempat melihat tontonan di pesta sedikit pun.

Esok harinya, Sayyiduna Muhammad ﷺ datang lagi ke Mekah dengan maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba di tempat pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun dari langit, musik yang jauh lebih indah daripada semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Baginda Muhammad ﷺ dan ia pun kembali tertidur.

Sejak itu, Habibuna Muhammad ﷺ tidak lagi berminat untuk melihat pertunjukan musik di pesta. Agar terhindar dari kenakalan yang sering dibuat para pemuda seusianya.

Akhlak Habibuna Muhammad ﷺ yang demikian baik selagi muda membuatnya disayang dan dipercaya semua orang hingga ia pun dijuluki Al Amin, artinya “Yang Dipercaya”.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar