Minggu, 13 Mei 2018

Menjadi Notaris

Menjadi notaris merupakan idaman sebagian wanita ketika lulus kuliah di fakultas hukum. Bagi sebagian orang, notaris tidak jauh dari gambaran ini : bekerja mandiri dan banyak relasi. Ada satu lagi yang menarik bagi wanita yaitu tentang gambaran pekerjaan notaris, bekerja bisa di rumah dekat dengan anak-anak dan waktu yang fleksible. Soal makin banyaknya notaris bertebaran di mana-mana, ngga perlu jadi beban pikiran. Karena soal kaya atau tidak itu sudah diatur rezekinya masing2, lagipula, enggak semua notaris tuh koaya roaya. Enggak semua notaris gampang mendapatkan doku, enggak semua notaris tanda tangannya mahal. Alih-alih pingin nyaingin tanda tangannya gubernur Bank Indonesia, mau dapat order aja susah. Karena enggak semua notaris bisa bersikap koboy alias hajar terus yang penting duit masuk. Nah notaris semacam ini biasanya enggak termasuk kategori rich. Mungkin masuk dalam golongan enough alias cukup makan, minum dan pakaian seragam. Profesi notaris bukan cuma sekedar untuk mencari nafkah, namun lebih kepada tanggung jawab yang sangat besar kepada klien dan menjunjung tinggi sikap tidak berpihak pada siapapun. Selain dituntut ketelitian lebih untuk "meracik" akta-akta, notaris juga harus bisa mengajarkan ke asistennya tentang bagaimana menghadapi klien, menjahit akta (akan ngerti maksudnya kalau kuliah), merapihkan berkas dan arsip serta yang paling penting berurusan sama pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN), Pengadilan, Kantor Pajak, Dinas2 Pemerintah Daerah, dll dan jangan lupa untuk mengajarkan waktunya ngasih senyum dan ngasih sikap jutek...kalau engga repot sendiri nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar