Selasa, 05 September 2017

Selamat Dinihari Rindu

Selamat dinihari, Rindu, sudah malam yang kesekian mataku masih saja terjaga dengan hebatnya, ia seperti tak kenal kantuk, tak kenal lelah dalam segala bentuk. Kau tahu kenapa, Rindu? aku jatuh cinta! aku jatuh cinta kepada dia yang wajahnya kulihat setiap hari, entah di tempat kerja, terkadang di akhir pekan, saat aku menghabiskan waktu hampir seharian. Aku jatuh cinta pada senyum dan tawanya, aku jatuh cinta pada cara dia berjalan, pada cara dia bicara, bahkan pada airmata yang pernah mengalir di pipinya. Aku jatuh cinta pada setiap hal baru yang kutemukan tentangnya. Ah, kurasa aku jatuh cinta pada segalanya tentang dia.

Bergelas-gelas kopi kuhabiskan belakangan ini, Rindu. Aku sedang senang-senangnya terjaga, mengingat segalanya tentang dia, mendengar suaranya di ujung sana, tentunya dengan debar hati yang tak biasa. Menuliskan segala yang tak tersampaikan suara lewat puisi, lewat kata-kata sunyi, sambil berharap di satu waktu ia akan sudi membacanya.

Kau tahu,  Rindu? Rinduku seperti dirawat waktu. Dibuatnya selalu mekar tak kenal musim, tak kenal panas dan dingin. Dibuatnya cintaku setangguh karang, tak terkikis meski seringkali diterjang gelombang. Aku yang terkadang kekanakan, berpikir bersamanya mampu mendewasakan. Aku yang pemalas, namun teramat ingin memilikinya dengan bergegas. Untuknya bisa kuciptakan puluhan bahkan ratusan puisi, tak kenal jengah, karena kepadanyalah hatiku ingin berhenti mencari, melemparkan sauh yang terakhir kali, untuk kemudian berlabuh dan menjadikannya rumah di sisa usia.

Bukankah itu luar biasa, Rindu? Segala yang kurasa tentangnya. Tak ada yang dikurang-tambahkan.

Pada akhirnya, bisa  tolong sampaikan suratku ini untuknya, Rindu?
Belakangan ini menatap punggungnya saja mampu membuatku gagu bicara, seperti kehabisan kata-kata
: aku terlalu jatuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar