Kamis, 19 Desember 2024

Kisah Pohon Kurma Berpindah dari Halaman Orang Munafik

Di zaman Rasulullah SAW banyak kisah yang membuktikan kebesaran kuasa Allah SWT. Salah satunya melalui kisah pohon kurma yang berpindah.

Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam untuk memakan rezeki yang halal dan menjauhi segala hal yang haram. Hal ini sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 114,

فَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَٱشْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

Dalam sebuah kisah yang dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW karya Fuad Abdurahman, diceritakan seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Abu Dujanah, ia adalah orang yang menyaksikan pindahnya pohon kurma dari halaman rumah orang munafik, ke halaman rumahnya,

Abu Dujanah memiliki nama asli Samak ibn Kharsyah. Ia adalah sang pemilik ikat kepala merah dan pemegang pedang Rasulullah SAW pada Perang Uhud. Setiap kali usai berjamaah salat Subuh, Abu Dujanah buru-buru keluar dan tidak mengikuti doa Rasulullah SAW.

Suatu hari Rasulullah SAW menegurnya, "Apakah kau tidak butuh kepada Allah?"

"Tentu saja, ya Rasulullah," jawab Abu Dujanah. "Tetapi, mengapa kau tidak diam dulu sampai tuntas doaku?"

"Maafkan aku, wahai Rasulullah, aku ada keperluan." jawab Abu Dujanah. "Apa keperluanmu?" kata Rasulullah SAW.

Sejenak Abu Dujanah terdiam, lalu menuturkan, "Ya Rasulullah, rumahku berdekatan dengan rumah tetanggaku. Di rumahnya ada sebatang pohon kurma yang condong ke rumahku. Jika angin berhembus di malam hari, buah kurma yang matang berjatuhan di halaman rumahku.

Bila anak-anakku bangun pagi dan merasa lapar, mereka akan makan apa yang mereka lihat di halaman rumah. Karena itulah, aku bergegas pulang sebelum mereka bangun untuk mengumpulkan kurma-kurma itu dan memberikannya ke tetanggaku.

Suatu hari, aku melihat seorang anakku memasukkan kurma ke mulutnya. Aku mengeluarkannya dengan jariku dan kukatakan kepadanya, "Hai Anakku, jangan membuka aib ayahmu kelak di akhirat!' Ia menangis karena merasa sangat lapar. Aku berkata kepadanya, 'Aku tidak akan membiarkan barang haram memasuki perutmu!' Lalu, aku segera memberikan kurma-kurma itu kepada pemiliknya."

Mendengar penjelasannya, mata Rasulullah tampak berlinang dan beliau bertanya tentang siapa pemiliknya. Abu Dujanah mengatakan bahwa kurma itu milik seorang munafik. Maka, Rasulullah SAW memanggilnya dan berkata, "Juallah pohon kurma di rumahmu itu dengan sepuluh kurma di surga yang akarnya berupa intan berlian putih beserta bidadari sebanyak bilangan kurma yang matang."

Orang munafik itu menjawab, "Aku bukan pedagang. Aku mau menjual pohon kurma itu jika kau membayarnya dengan harga yang tinggi dan kontan."

Abu Bakar menawarnya, "Maukah pohon kurmamu itu ditukar dengan sepuluh pohon kurma di tempat lain?"

Ternyata itu adalah pohon kurma terbaik di seluruh Madinah. Si pemilik mau menjualnya karena ditukar dengan sepuluh pohon kurma. Ia berkata, "Kalau begitu, baiklah, aku mau menukarnya."

Abu Bakar berkata lagi, "Ya, aku membelinya!" Lalu,pohon kurma itu diberikan kepada Abu Dujanah.

Rasulullah bersabda, "Aku akan menanggung penggantinya, hai Abu Bakar." Tentu saja Abu Bakar dan Abu Dujanah merasa senang mendengar ucapan beliau.

Orang munafik itu pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, "Sungguh kita telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar hari ini!"

Lalu ia menceritakan apa yang baru saja terjadi, "Aku mendapat sepuluh pohon kurma yang ditukar dengan satu pohon kurma di samping rumah ini untuk selama-lamanya. Kita masih bisa makan kurma yang jatuh dari pohon kurma itu dan aku tidak akan mengembalikan sedikitpun kepada pemiliknya."

Malam harinya, ketika Abu Dujanah tidur, dengan kuasa Allah, pohon kurma itu pindah ke samping rumah Abu Dujanah. Keesokan harinya, orang munafik itu terkejut heran melihat pohon kurma itu tidak lagi ada di samping rumahnya.

Wallahu a'lam


Selasa, 18 Juni 2024

Masjid Tan'im Mekkah

Masjid Tan'im yang berjarak 7,5 kilometer dari Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi menyimpan sejarah bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah umrah. Masjid ini juga menjadi lokasi miqat penduduk Makkah.

Sejarah Masjid Tan'im bermula ketika istri Rasulullah SAW, Sayyidah Aisyah RA tidak bisa ikut melaksanakan umrah bersama rombongan setelah haji wada. Menurut suatu riwayat yang dinukil Abdurrahman bin Abdul Karim dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW, kala itu Sayyidah Aisyah RA sedang haid.

Sayyidah Aisyah RA kemudian melaporkan kepada Rasulullah SAW begitu telah suci dari hadas. Lalu, Rasulullah SAW memerintahkan saudara laki-laki Aisyah RA yang bernama Abdurrahman bin Abu Bakar mengantarkan Aisyah RA ke Tan'im guna melaksanakan umrah.

Aisyah RA kemudian melakukan miqat di Masjid Tan'im. Sehingga, masjid itu juga disebut Masjid Miqat atau Masjid Umrah. Peristiwa ini terjadi setelah mengerjakan haji wada pada bulan Dzulhijjah 632 M.

Masjid Tan'im menjadi tempat favorit jemaah umrah. Jumlah kunjungan meningkat signifikan pada musim haji dan umrah.

Masjid Tan'im memiliki pintu dan jendela yang tinggi, mencerminkan gaya arsitektur Islam modern. Desain masjid ini juga terkesan unik karena berhasil memadukan keaslian sejarah dengan dekorasi arkeologi kuno.

Area salat Masjid Tan'imArea salat Masjid Tan'im 

Masjid Tan'im terbentang seluas 6.000 m² dengan total luas kompleks mencapai 84.000 m². Masjid ini diperkirakan mampu menampung 15.000 jemaah.

Segala operasional situs bersejarah ini berada di bawah tanggung jawab Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Islam Saudi. Mulai dari pemeliharaan, pembersihan, penyediaan karpet mewah, hingga pengawasan proyek renovasi yang menjamin kualitas terbaik.

Melalui upaya perbaikan dan perawatan yang dilakukan, Masjid Tan'im tidak hanya menjadi titik tolak perjalanan spiritual umrah, tetapi juga menjadi simbol komitmen untuk membina hubungan yang mendalam antar manusia.