Selasa, 30 Maret 2021

Kisah Nabi Dawud - Pengetahuan


Inilah hadits yang bercerita tentang kematian nabi yang sangat cemburu terhadap istrinya, Dawud ‘alaihissalam. Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَانَ دَاوُدُ النَّبِيُّ فِيهِ غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، وَكَانَ إِذَا خَرَجَ أُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ فَلَمْ يَدْخُلْ عَلَى أَهْلِهِ أَحَدٌ حَتَّى يَرْجِعَ ، فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ، وَأغُلِّقَتِ الدَّارُ، فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ تَطَّلِعُ إِلَى الدَّارِ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَتْ لِمَنْ فِي الْبَيْتِ: مِنْ أَيْنَ دَخَلَ هَذَا الرَّجُلُ الدَّارَ، وَالدَّارُ مُغْلَقَةٌ، وَاللَّهِ لَتُفْتَضَحُنَّ بِدَاوُدَ

Artinya: Dawud adalah seorang nabi yang memiliki rasa cemburu yang tinggi. Saat bepergian, ia selalu mengunci pintu-pintu rumahnya, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa masuk sampai dirinya kembali pulang. Pada suatu hari, sang nabi pergi. Semua pintu rumah dikuncinya. Kemudian, istrinya melihat-lihat keadaan rumahnya. Tiba-tiba ada seorang pria yang sedang berdiri di tengah rumah. Istri nabi pun bertanya kepada orang-orang yang ada di rumanya, “Dari mana pria itu masuk rumah ini? Sebab rumah ini dalam keadaan terkunci. Demi Allah, terungkaplah kejelekan kalian di hadapan Dawud!”

فَجَاءَ دَاوُدُ فَإِذَا الرَّجُلُ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَ لَهُ دَاوُدُ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا الَّذِي لَا أَهَابُ الْمُلُوكَ، وَلَا يَمْتَنِعُ مِنِّي الْحُجَّابُ، فَقَالَ دَاوُدُ: أَنْتَ وَاللَّهِ إِذَنْ مَلَكُ الْمَوْتِ، مَرْحَبًا بِأَمْرِ اللَّهِ، فَرَمَلَ دَاوُدُ مَكَانَهُ حَيْثُ قُبِضَتْ رُوحُهُ حَتَّى فَرَغَ مِنْ شَأْنِهِ، وَطَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ

Artinya: Nabi Dawud pun datang, dan melihat ada seorang pria berdiri di tengah rumahnya. Ia langsung bertanya, “Siapakah engkau?” Pria itu menjawab, “Aku adalah seseorang yang tidak diberikan kerajaan. Namun, tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangiku.” Dawud bertanya lagi, “Demi Allah, berarti engkau malaikat maut. Selamat datang pembawa perintah Allah!” Kemudian, Nabi menaburkan pasir di tempat ruhnya dicabut, hingga malaikat menyelesaikan tugasnya dan matahari terbit untuknya.

فَقَالَ سُلَيْمَانُ لِلطَّيْرِ: أَظِلِّي عَلَى دَاوُدَ، فَأَظَلَّتْ عَلَيْهِ الطَّيْرُ حَتَّى أَظْلَمَتْ عَلَيْهِ الْأَرْضُ، فَقَالَ لَهَا سُلَيْمَانُ: اقْبِضِي جَنَاحًا جَنَاحًا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يُرِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ فَعَلَتِ الطَّيْرُ، وَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَدَهُ، وَغَلَبَتْ عَلَيْهِ يَوْمَئِذٍ الْمَصْرحِيَّةُ

Artinya: Saat itu, Nabi Sulaiman berkata kepada burung, “Naungilah Dawud!” Maka burung pun menaunginya, hingga bumi pun gelap. Kemudian, Nabi Sulaiman kembali berkata, “Tahanlah sayap demi sayap.” Terakhir, Abu Hurairah berkomentar, “Seraya menahan tangan, Rasulullah saw. memperlihatkan kepada kami bagaimana burung itu menaungi Dawud dan bagaimana pada hari itu, burung al-Madhrahiyyah yang bersayap panjang mampu menaungi jenazah Dawud.” (HR. Ahmad). 

Sebagaimana diketahui, di samping seorang nabi dan hamba yang saleh, Dawud juga seorang raja yang agung dan pemimpin yang disegani. Beliau wafat dalam keadaan sehat walafiat. Tak kurang sesuatu apa pun. Bahkan, dikabarkan beliau belum terlalu sepuh.

Namun, di balik kepemimpinan dan keagungan Nabi Dawud ‘alaihissalam, tersimpan sifat pencemburu yang sangat besar terhadap istrinya. Kapan pun bepergian, sang nabi selalu mengunci seluruh pintu rumahnya. Sehingga tak mungkin ada seseorang yang bisa masuk menemui istrinya.

Suatu ketika, begitu sang suami keluar, istri Nabi Dawud ‘alaihissalam mencoba mengamati kondisi di sekitar rumah. Tiba-tiba dia melihat seorang pria berdiri di tengah rumah. Dia pun amat terkejut. Bagaimana mungkin pria itu bisa masuk ke dalam rumah yang terkunci rapat. Dia lantas bertanya pada penghuni rumah dan pelayan-pelayannya, mengapa pria itu bisa masuk. Khawatir jika pulang, suaminya marah kepada dirinya karena dianggap telah memasukkan seorang pria ke dalam rumahnya.

Rupanya pria itu adalah malaikat maut yang datang tanpa sepengetahuannya. Saat malaikat datang, sang nabi tidak ada di rumah. Malaikat maut pun menunggu. Tak berselang lama, Nabi Dawud ‘alaihissalam pun pulang. Pria tersebut tampak tak ada rasa khawatir, apalagi takut. Umumnya orang yang berhadapan dengan raja akan merasa takut. Apalagi sampai berani masuk rumahnya.

Nabi Dawud ‘alaihissalam lalu bertanya tentang identitas sang pria. Si pria pun menceritakan identitasnya yang cukup mudah ditebak.

“Aku adalah seorang yang tidak takut pada raja. Tidak terhalang oleh hijab,” tutur sang pria. Dengan ciri-ciri tersebut, Nabi Dawud ‘alaihissalam langsung bisa mengenalinya bahwa pria itu sesungguhnya adalah malaikat maut.

“Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Selamat datang pembawa perintah Allah!” jawab Nabi Dawud ‘alaihissalam. Setelah itu, beliau pun terdiam hingga ruhnya dicabut dan berpisah dengan jasadnya.

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan, ketika jenazah sang nabi selesai dimandikan dan dikafani, matahari pun terbit. Kemudian, melalui Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, Allah memerintahkan burung menaungi jenazah Dawud ‘alaihissalam dengan sayap-sayapnya. Burung pun menaungi jenazah Dawud dan menaungi para pengiringnya. Sehingga mereka tak terkena sinar matahari sedikit pun, bahkan bumi pun hampir gelap.

Sambil menuturkan kisahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperagakan kepada para sahabat bagaimana burung itu menahan sayap-sayapnya. Beliau juga menyampaikan bahwa burung-burung bersayap panjang yang menaungi jenazah Dawud pada hari itu dinamai dengan burung Madhrahiyyah.

Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran berharga, di antaranya adalah:

  • Selama tidak berlebihan cemburu bukan sifat tercela. Buktinya sifat ini ada pada nabi. Terlebih, sifat ini sebagai bentuk perhatian dan perlindungan terhadap pasangan agar tidak diganggu oleh orang lain dan tidak rela diganggu.
  • Kematian datang tak terduga dan tiba-tiba, baik kepada orang sakit maupun orang sehat. Malaikat maut bisa datang kapan saja, seperti halnya yang terjadi pada Nabi Dawud ‘alaihissalam. Beliau meninggal dalam keadaan sehat walafiat.
  • Kematian juga tidak mengenal usia. Disebutkan, Nabi Dawud sendiri wafat dalam usia 100 tahun, di mana beliau terbilang muda dibanding dengan usia nabi-nabi yang lain.
  • Malaikat mampu menjelma dalam wujud manusia. Seperti halnya malaikat maut yang datang kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam dalam wujud seorang pria, sebagaimana yang terlihat oleh istrinya.
  • Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memiliki mukjizat berinteraksi dengan binatang, termasuk menundukkan dan memerintah burung Madhrahiyyah untuk menaungi jenazah Nabi Dawud alaihissalam dan para pengiringnya di tengah cuaca panas hingga selesai prosesi pemakaman. 

Senin, 29 Maret 2021

Kisah Rasulullah Bagian 117

KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian 117

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

 

*Keputusan Saad Bin Muadz*

Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim utusan. Mereka ingin kepungan dihentikan agar mereka bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun Rasulullah ﷺ menolaknya sebab pengkhianatan bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua suku Yahudi itu. Akhirnya bani Quraizhah pun menyerah tanpa syarat.

Rasulullah ﷺ setuju untuk mengangkat Saad bin Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan hukuman kepada bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ﷺ ini sangat adil dan murah hati karena Saad bin Muadz dan suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani Quraizhah seperti halnya persahabatan Khazraj dengan bani Qainuqa.

Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan itu, Baik kaum muslimin maupun bani Quraizhah menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad bin Muadz.

Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib wanita yang dengan sukarela mengobati para prajurit muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta dengan tangan terbalut dan menuju ke perkampungan bani Quraizhah.

Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan diputuskannya. Saad teringat betapa baiknya perlakuan Rasulullah ﷺ kepada orang Yahudi, beliau senantiasa mengingatkan para sahabatnya agar berbuat baik kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi dengan tipu daya, kelicikan, kerusakan ekonomi dan penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan Rasulullah ﷺ.

Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka akan berlaku seperti halnya bani Nadhir dan bani Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah kedatangan pasukan Ahzab akibat hasutan Huyay bin Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang pertolongan Allah kemungkinan besar kaum muslimin dari wanita hingga anak-anak akan musnah dibantai oleh musuh.

Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin Muadz berkata,

“Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani Quraizhah, membagi harta benda mereka serta menawan anak-anak dan kaum wanitanya.”

Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum Muslimin kembali ke Madinah dalam keadaan yang amat disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab sampai ke pelosok Jazirah.

*Perintah Berjilbab*

Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum wanita. Sebelum Rasulullah ﷺ diutus, kebanyakan hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina dengan hewan jantan.

Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa mempertontonkan diri untuk memamerkan kecantikan dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain selain suaminya. Wanita-wanita seperti itu biasa bertukar pandang dan saling melontarkan kata-kata pujian yang manis kepada kaum lelaki.

Wahyu yang dibawa Rasulullah ﷺ mengatur hubungan antara wanita dan pria menjadi hubungan yang saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh kasih sayang. Hak dan kewajiban wanita serta laki-laki sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki diberi kelebihan dalam beberapa hal.

Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang Yahudi dan munafik membuat Rasulullah ﷺ berpikir sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya para Muslimah menutup auratnya, tentu mereka akan lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ﷺ sendiri telah lebih dahulu memberi contoh dengan memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir) jika ada tamu yang datang ke rumah beliau.

Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
Surah Al-Ahzab (33:58)

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surah Al-Ahzab (33:59)

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar,
Surah Al-Ahzab (33:60)

مَلْعُونِينَ ۖ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا

dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.
Surah Al-Ahzab (33:61)

سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
Surah Al-Ahzab (33:62)

_Shallu ‘alan Nabi…_

Bersambung

Kamis, 25 Maret 2021

Hal Yang Disampaikan Nabi Muhammad Saat Berhaji

Pada saat perjalanan ibadah haji Nabi Muhammad SAW selalu memotivasi para sahabatnya agar menyempurnakan amalan ibadah hajinya. Motivasi itu beliau sampaikan dengan menyampaikan kabar gembira atas ganjaran yang diterima oleh seorang hamba yang menyempurnakan amalan ibadah hajinya.

Abu Thalah Muhammad Yunus Abdussatar dalam kitabnya 'Kaifa Tastafidu min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim' mengatakan bahwa Bilal meriwayatkan, nabi bersabda:

"Di pagi hari dari Muzdalifah menjelang berangkat ke Mina, sesungguhnya Allah memberi Anugerah kepada kalian di Muzdalifah ini. Dia menjadikan orang jelek dari kalian menjadi baik dan memberikan orang yang baik apa yang dia minta. Karena itu berangkatlah dengan menyebut nama Allah. (HR Ibnu Majah).

Hal-hal penting yang disampaikan nabi kepada jamaah haji adalah hukum-hukum agama dalam rangkaian ibadah haji. Nabi menggabungkan aspek penjelasan teori dan amalan praktis tentang khotbahnya di depan jamaah haji pada sehari sebelum hari Tarwiyah dan pelajaran hukum-hukum manasik.

"Setiap kali melaksanakan amalan Haji tertentu beliau selalu menjelaskan hukum ibadah tersebut," kata Abu Thalhah.

Abu Thalhah menyampaikan apa yang diajarkan Nabi SAW ketika haji.

Pertama, Nabi SAW menjelaskan kedudukan rukun Islam serta kaidah-kaidah pokoknya. Dalam salah satu khotbahnya pada musim haji dia bersabda.

"Bertakwalah kalian kepada Tuhanku melaksanakan salat lima waktu, puasalah di bulan Ramadan, tunaikanlah zakat hartamu dan taatilah pemimpinmu, maka kamu akan masuk surga Tuhanmu. (HR Tirmidzi).

Kedua, Nabi melarang berbuat syirik dan perkara haram besar lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran darah, harta dan kehormatan diri. Nabi bersabda.

"Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian adalah mulia sebagaimana mulianya hari ini pada bulan ini, dan begeri kalian ini. (HR Bukhari).

Seandainya yang lain sesungguhnya dosa besar itu ada empat: Jangan kalian sekutukan tuhan dengan sesuatu apapun, janganlah kalian bunuh jiwa yang dimuliakan Allah kecuali dengan hak, janganlah kalian mencuri, dan janganlah kalian berzina. (HR Ahmad).

Ketiga nabi menjelaskan hukum agama seperti cara memandikan dan mengkafani orang yang meninggal dalam keadaan ihram. Hal ini sebagaimana hadis riwayat Ibnu Abbas bahwa suatu ketika ada seorang yang sedang wukuf di Arafah, tiba-tiba dia terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal. Maka nabi bersabda.

"Mandikan lah dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dengan dua lembar kain, jangan beri wangi-wangian, jangan tutup kepalanya karena dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dewasa ini kata Abu Thalhah banyak melihat kebodohan tersebar sehingga permasalahan agama tidak di ketahui, ilmu dilupakan dan ajaran-ajaran agama tidak dikenal. Kedekatan sebagian umat Islam kepada agamanya tidak lebih sekedar kedekatan sejarah, peran dan warisan, bukan kedekatan pemahaman dan pengetahuan, apalagi dalam praktek dan penerapan.

"Keadaan seperti inilah yang memudahkan peluang bagi orang-orang sesat untuk menyebarkan kebatilan dan di kalangan kaum awam," katanya.

Menurutnya kalau kita perhatikan, jutaan jamaah haji datang dari berbagai negara setiap tahunnya. Sebenarnya itu adalah kesempatan bagi Ulama untuk mengajarkan hukum-hukum agama kepada mereka, untuk lebih memperdalam kebanggaan mereka memeluk agama Islam serta meningkatkan gairah beragama guna menghilangkan gelapnya kebodohan dan menyebarkannya cahaya ilmu di kalangan umat.

Madinah Saat Ini

Madinah Al Munawwarah memiliki tempat yang berharga di hati umat Islam. Karena warisan agama dan sejarahnya yang luar biasa dan ini adalah kota Nabi.

Dilansir di spa.gov.sa, Sabtu (5/9) karena status Islam, budaya, sejarah, dan sosial Madinah Al Munawwarah serta tempat-tempat dan bangunan Islam bersejarah yang terkait dengan biografi Nabi Muhammad, saw, Madinah mendapatkan perhatian, kepedulian, pengembangan dan pembangunan sepanjang sejarah.

Masjid Suci Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah SAW pada tahun pertama Hijrah, setelah datang ke Madinah hijrah dari Makkah, dengan panjang 30 meter dan lebar 35 meter, telah dilakukan pemugaran sekitar 10 kali berturut-turut yang terbesar terjadi selama era negara Saudi.

Perluasan Masjid Nabawi berlanjut dalam periode waktu yang berbeda dari negara-negara Islam berturut-turut. Masjid Suci Nabawi juga mendapat perhatian dan perhatian sejak penyatuan Kerajaan Arab Saudi oleh pendiri kerajaan Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al Saud dan putra-putranya.

Setelah dia mempersiapkan semua infrastruktur dan meluncurkan sejumlah proyek untuk memperluas area masjid dan menyediakan berbagai layanan yang diperlukan untuk Masjidil Haram beserta para jamaah dan pengunjungnya.

Selama pemerintahan almarhum Raja Abdulaziz, beberapa perbaikan dilakukan pada Masjid Suci Nabi. Pada 1365 H, pilar dan dinding sisi utara Masjid terlihat retak, oleh karena itu almarhum Raja Abdulaziz mengeluarkan perintah, setelah mempelajari proyek, untuk melakukan pekerjaan konstruksi dan memperluas Masjid.

Pada 1370 H, pembongkaran bangunan yang berdekatan dengan Masjid Suci Nabi dimulai. Pada tahun 1375 H, pekerjaan konstruksi dan perluasan pada masa pemerintahan Raja Saud bin Abdulaziz selesai, karena pembangunannya dilakukan dengan menggunakan beton bertulang, yang menghasilkan penambahan 6033 meter persegi persegi masjid.

Pada masa pemerintahan Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud dan dengan semakin banyaknya orang yang datang ke Masjid Nabawi, terutama pada musim haji, perluasan Masjid Nabawi menjadi perlu untuk menampung jumlah yang semakin meningkat tersebut. Raja Faisal mengeluarkan perintah untuk memperluas Masjid Nabawi, karena perluasan dilakukan di sisi barat Masjid hanya dengan menambahkan 35.000 meter persegi ke alun-alun Masjid.

Pada masa pemerintahan Raja Khalid bin Abdulaziz Al Saud, Souq Al-Qmashah terbakar pada tahun 1397 H, yang terletak di sisi barat daya Masjid Suci Nabi. Area Souq diratakan dan pemilik rumah dan properti diberi kompensasi. Areal seluas 43 ribu meter persegi ini, sebuah bujur sangkar yang luas dan teduh, ditambahkan ke dalam Masjid Nabawi dan sebagian diperuntukkan sebagai tempat parkir. Perluasan ini tidak termasuk Masjid itu sendiri.

Pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud, dia memerintahkan untuk menyediakan studi untuk perluasan besar Masjid Suci Nabi. Pada 1405 H, peletakan batu pondasi untuk proyek perluasan Masjid Nabawi. Proyek perluasan menampung lebih dari 257 ribu jamaah dalam total area 165.500 meter persegi setelah menyelesaikannya.

Perluasan tersebut termasuk membangun ruang bawah tanah untuk menampung AC, lemari es, dan layanan lainnya. Termasuk juga mengelilingi Masjid Nabawi dengan halaman seluas 23 ribu meter persegi, yang lantainya dilapisi marmer dan granit, sesuai bentuk geometris dalam berbagai model cantik Islami.

Seluas 135 ribumeter persegi halaman ini telah dialokasikan untuk sholat, untuk menampung 250 ribu hingga 400 ribu jamaah jika seluruh area alun-alun yang mengelilingi masjid digunakan. Ini membuat kapasitas seluruh Masjid dan halaman sekitarnya lebih dari 650 ribu jamaah, mencapai satu juta jamaah pada waktu puncak.

Pada masa pemerintahan Raja Abdullah bin Abdulaziz Al Saud, proyek perluasan Masjid Nabawi terbesar sepanjang sejarah diluncurkan, selain proyek payung di Masjid Suci Nabawi. Kapasitas Masjid Suci Nabawi akan mencapai dua juta jamaah pada akhir proyek. Kemudian raja memerintahkanuntuk membuat dan memasang payung yang sejajar dengan pilar-pilar alun-alun Masjid Nabawi yang berjumlah 250 buah payung.

Payung-payung ini mencakup area seluas 143 ribu meter persegi yang mengelilingi empat sudut masjid, di mana lebih dari 800 jamaah dapat beribadah di bawah salah satu payung ini. Sebagai bagian dari proyek payung, 436 kipas kabut telah dipasang pada 250 payung yang menutupi berbagai alun-alun Masjid Nabawi, yang memiliki luas sekitar 175.500 meter persegi dan menampung sekitar 251 ribu jamaah.

Perhatian terhadap Dua Masjid Suci dan para pengunjungnya terus berlanjut di era yang makmur ini di bawah kepemimpinan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Penjaga Dua Masjid Suci menegaskan di setiap forum pentingnya dan keteguhan untuk terus mengerjakan proyek ekspansi besar di Dua Masjid Suci untuk melayani Islam dan Muslim di samping menyediakan semua sarana untuk melayani jamaah, pelaku umrah dan pengunjung menggunakan sistem yang terintegrasi pekerjaan dan koordinasi langsung antara berbagai entitas terkait.

Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menyetujui untuk mulai melaksanakan proyek pengembangan dan modernisasi operasional dan teknis dari sistem suara, sistem arus cahaya dan sistem elektromekanis di Masjid Suci Nabawi dan halamannya sesuai dengan teknologi terbaru yang tersedia secara global.

Raja juga menyetujui pengembangan sistem suara, AC dan kontrol otomatis dalam proyek Masjid Nabawi, selain mengembangkan tempat parkir dan gedung layanan.

Masjid Suci Nabawi juga merupakan bagian penting dari Visi Kerajaan 2030 yang disajikan oleh Yang Mulia Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz, Putra Mahkota, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, yang bertujuan untuk membangun Dua Masjid Suci dan meningkatkan semua layanan dan mengatasi segala kesulitan, sehingga para peziarah, pelaku umrah dan pengunjung menemukan segala cara untuk membantu mereka melaksanakan ritualnya.

Madinah Al Munawwarah memiliki banyak tempat religius dan bersejarah, yang menjadi indikasi kebesaran kota ini dan hubungannya dengan biografi dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Masjid Quba yang berada di barat daya Madinah.

Perluasan Masjid Quba berlanjut, hingga era Saudi di mana ekspansi terbesar terjadi, untuk menampung lebih dari 20 ribu jamaah, di mana bagian utara masjid diperuntukkan bagi wanita dengan kapasitas lebih dari 7.000 jamaah. Salah satu landmark terpenting bagi peziarah dan pengunjung yang datang ke Madinah adalah Tujuh Masjid.

Madinah Al-Munawwarah dikenal karena banyak gunung dan lembahnya, yang terkait dengan biografi Nabi Muhammad SAW. Di antara yang paling penting dari gunung-gunung ini adalah Gunung Uhud dan di sebelahnya adalah Syuhada (Syuhada) Makam Uhud, yang meliputi kuburan 70 orang syahid para Sahabat (Para Sahabat Nabi Muhammad) yang menjadi korban selama Pertempuran Uhud. Gunung ini merupakan tengara penting dalam biografi Nabi dan sejarah Islam.

Di antara lereng pegunungan Madinah ada lembah-lembah yang dilalui Nabi. Lembah-lembah ini menjadi saksi peradaban kuno yang menetap di Madinah atau melewatinya, karena beberapa peradaban ini disebutkan dalam biografi Nabi Muhammad SAW, atau ditemukan pada zaman ini melalui prasasti dan gambar yang muncul di bebatuan sebagai tanda-tanda makhluk yang hidup di tanah Jazirah Arab pada era sebelum dan sesudah Islam.

Wadi Al-Aqeeq atau (Lembah Terberkati) dianggap sebagai salah satu lembah terpenting dari lembah ini, seperti yang disebutkan dalam banyak hadits yang menunjukkan keutamaan dan keindahan alamnya, di mana Nabi Muhammad SAW, menggunakan untuk pergi keluar menikmati udara dan cuacanya yang bagus.

Kelebihan Makkah dan Madinah

Madinah sangat identik dengan rumah kediaman Rasulullah, sedangkan Makkah dengan keberadaan Ka'bah di wilayahnya. Hal ini amatlah lumrah karena keberadaan dua simbol tersebut sangat mewakili identitas kedua kota suci tersebut.

Ibnu Qayyim dalam kitabnya yang berjudul "Badai al-Fawaid" mengatakan, bahwa jawaban Ibnu Uqail al-Hanbali ketika ditanya mengenai perbandingan keistimewaan antara Hujrah dan Ka'bah adalah, "Jika yang dimaksud hanya sekedar Hujrah saja maka Ka'bah tentu lebih istimewa."

Namun, jika yang dimaksud hujroh adalah tempat kediaman Rasulullah, maka demi Allah tidak demikian pula tidak sebanding jika dibandingkan dengan Arsy dan yang menopangnya, surga Adn dan bintang-bintang yang berotasi sekalipun. Karena di dalam Hijrah tersebut terdapat jasad, di mana jika ditimbang dengan langit dan bumi, maka niscaya jasad itu akan lebih berat."

An-Nawawi berkata, "Pendapat yang terpilih adalah, bahwa langit lebih istimewa daripada bumi, tanpa jasad Rasulullah yang mulia, para ulama sepakat bahwa kota Makkah dan Madinah lebih istimewa daripada negeri-negeri lainnya. Namun, mereka berbeda pendapat dalam membandingkan keistimewaan keduanya.”

Alqurthubi mengatakan, bahwa Umar bin Khattab sebagai sahabat, dan mayoritas penduduk Madinah berpendapat bahwa kota Madinah lebih istimewa. Ini merupakan pendapat mazhab Imam Malik dan salah satu riwayat Imam Ahmad jadi perbedaannya adalah, keistimewaan yaitu dengan kecuali kan Ka'bah. Karena Ka'bah lebih istimewa daripada tempat lain yang ada di kota Madinah. Pendapat ini dikatakan oleh Ash Shalihi dalam kitab Al Madinah Al Munawaroh.

Di dalam kitab Nawadir, Tirmidzi berkata, "Aku mendengar Zubair bin Bakkar berkata," sebagian penduduk Madinah menulis sebuah buku tentang Madinah. Begitupula dengan beberapa orang penduduk Makkah menulis buku tentang kota Makkah. Masing-masing mereka menyebut kan keistimewaan daerahnya. Hingga akhirnya ada seorang penduduk Madinah yang menuliskan keistimewaan kedua daerah tersebut dalam satu buku, yang tidak ada satupun maka dapat melakukan yang sama."

Orang Madinah itu berkata, "Sungguh, setiap jiwa diciptakan dari tanah, dimana setelah wafat dia dikuburkan didalamnya. Sedangkan jiwa Rasulullah diciptakan dari tanah Madinah. Dengan demikian tanah Madinah memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan seluruh tanah bumi.” (al-Mashudi Wafa Al Wafa).

Mush'ab berkata, "Ketika Al Mahdi datang ke kota Madinah dia disambut oleh Malik dan tokoh-tokoh kota Madinah dari jarak beberapa mil. Ketika melihat Al-Mahdi menemuinya dan memeluknya. Menoleh kepada Al Mahdi dan berkata, "Wahai pemimpin Muslim sekarang engkau telah memasuki kota Madinah. Dirimu melewati kaum di sebelah kanan dan kiri. Mereka adalah putra-putra kaum Muhajirin dan Anshor. ucapkan salam kepada mereka! Sungguh, di muka bumi ini tidak ada kaum dan kota yang lebih baik dari penduduk dan kota Madinah."

"Almahdi bertanya dari mana kamu mendengar perkataan ini wahai Abu Abdullah?"

Ia menjawab. "Karena tidak ada makam seorang nabi pun yang diketahui tempatnya di muka bumi ini selain maka Nabi Muhammad. Jadi, siapa saja yang di tempat oleh makam Nabi Muhammad, maka keistimewaan mereka harus diakui dari yang lainnya." Lalu, al-Mahdi pun melakukan apa yang diperintahkan kepadanya itu.

Ash-Shalihi asy-Syami berkata setelah menyebutkan kisah tersebut dalam kitabnya itu. "Pada kisah ini terdapat isyarat mengenai keistimewaan orang-orang yang berada di sekitar Rasulullah."

Rasulullah pernah bersabda, "Jibril terus mewasiatkan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga hingga aku mengira bahwa tetangga akan menerima warisan."(HR Bukhari dan Muslim). Hadits ini tidak mengkhususkan satu tetangga atas tangga lainnya.

Membayangkan Perjuangan Rasulullah Ketika Di Madinah



Di antara adab berziarah ke Madinah adalah dengan membayangkan bahwa Madinah sebagai kota perjuangan Nabi Muhammad SAW. Dan akhirnya di kota inilah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dimakamkan.

Imam Ghazali Rah.a mengatakan, selain membayangkan Rasulullah semasa hidupnya, para peziarah atau jamaah umrah dan haji membayangkan kehidupan para sahabatnya. Mereka para sahabat yang selalu menenami Rasulullah dalam suka dan duka perjuangan Rasulullah menegakan agama Islam.

"Hendaknya juga membayangkan masa-masa ketika para sahabat berkumpul untuk mendapatkan manfaat dengan melihat dan mendengarkan sabda Rasulullah SAW," kata Imam Ghazali seperti dikuti dalam kitab Fadhilan Haji karya Syekh Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a

Untuk menyanjungnya Imam Ghazali menuliskan sebuah syair berikut syairnya. "Kehidupan kerajaan bunga yang indah di atas singgasana taman bunga. Ribuan pasukan burung Bulbul juga ada. Suara hiruk pikuk juga ada. Ketika musim gugur tiba yang tersisa di kebun bunga itu hanyalah duri penjaga taman memberitahu bahwa di sinilah dulu ada kuntum bunga."

Setelah itu Imam Ghazali menyarankan hendaknya kita merasa bersedih karena tidak diperkenankan melihat Rasulullah dan sahabat-sahabatnya di dunia. Karena kata Imam Ghazali pada hari akhirat nanti, kita tidak tahu tentang keadaan kita.

"Apakah kita bisa bertemu dengan Rasulullah SAW dengan penuh kegembiraan atau kita akan menelan kesedihan lagi," katanya.

Besok di hari akhir kita akan dihalau dari pintu gerbang Rasulullah dan amalan buruk kita akan menjadi penghalang kita untuk menemui Rasulullah. Karena disebutkan di dalam hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda.

"Pada hari kiamat golongan umatku akan dihalau dari bertemu denganku. Aku akan mengatakan bahwa mereka adalah umatku dan aku akan mendapatkan jawaban engkau tidak tahu mengenai apa saja yang telah mereka kerjakan sepeninggalanmu."

Oleh karena itu, kata Imam Ghazali apabila kalian mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan sunnah syariat Rasulullah kalian jangan merasa aman bahwa kejahatan itu akan menjadi penghalang antara kalian dengan Rasulullah. Di samping itu hendaknya selalu mengharapkan Rahmat karena Allah SWT telah menghadirkan kalian dari tempat yang jauh di Madinah, maka tidak mustahil Allah akan mempertemukan kalian dengan Rasulullah di akhir kelak.

Membaca apa yang disampaikan Imam Ghazali di atas Maulana Muhammad Zakariyya langsung menutup tulisannya dengan doa. "Semoga Allah SWT juga mengaruniakan keberuntungan ini kepada hamba yang hina ini. Amin ya Robbal aalaminn bi wasilati Nabiyyika Sayyidil Mursalin shallallahu alaihi wasallam."

Kisah Rasulullah Bagian 116





KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian 116

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

 
 
*Topan*

Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-hentinya Rasulullah ﷺ berdoa siang dan malam merendahkan diri kepada Allah memohon agar pasukan Ahzab dikalahkan dan diguncangkan.

Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah dan sekitarnya. Kaum muslimin segera berlindung dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk tulang. Pada saat itu, Rasulullah ﷺ berseru mengalahkan deru angin,

“Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepada ku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!”

Semua sahabat terdiam. Rasulullah ﷺ mengulangi seruannya sampai tiga kali, Namun semua sahabat dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ﷺ pun berseru,

“Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkan kepadaku!”

Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah ﷺ,

“Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apa pun.”

Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan dengan susah payah melawan angin.

Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram kematian, hingga tiba di markas musuh.
Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Aku segera memasang anak panah pada busur ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ﷺ, “Janganlah engkau melakukan tindakan apapun!” Kalau aku panah pasti akan kena pahanya.

Pada saat itu, angin dan tentara Allah sudah mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali, memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit dan berkata,

“Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya.”

Aku segera memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu bertanya,

“Siapakah Anda?” Dia menjawab, “Fulan bin Fulan” Selanjutnya Abu Sufyan berkata,

“Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya kalian tidak tinggal di tempat yang layak. Kuda unta dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah mengkhianati janjinya kepada kita. Badai ini membuat peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat menyalakan api, dan tidak satu tenda pun yang berdiri tegak. Oleh karena itu, pulanglah kalian. Aku sendiri juga akan pulang.”

*Bergerak ke Bani Quraizhah*

Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan apa yang dilihatnya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa digunakan untuk sholat. Hudzaifah pun tertidur sampai pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ﷺ membangunkan Hudzaifah.

“Bangun, wahai tukang tidur!”

Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa jam lalu dipenuhi ribuan musuh bersenjata lengkap itu, kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain yang berserakan di sana-sini.
Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah.

Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong hambanya dan memberi kekuatan kepada tentaranya. Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya sendiri. Orang-orang Quraisy tidak akan pernah lagi menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan memerangi mereka. Kalian yang akan memasuki Mekah, lalu menghancurkan patung patung nya.”

Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan diliputi rasa syukur dan bangga dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan yang teramat berat. Sejak saat itu mereka yakin dakwah mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati dan di tunggu-tunggu kedatangannya.

Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani Quraizhah. Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan bani Quraizhah. Dengan ketaatan yang mengagumkan, kaum muslimin yang sudah sangat lelah dalam perang Ahzab itu mengikuti perintah tersebut.

Rasulullah ﷺ memberikan bendera kepada Ali bin Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di depan benteng bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi mencaci-maki Nabi Muhammad ﷺ dan hendak mencemarkan nama istri-istri beliau.

Rasulullah ﷺ segera menampakkan diri dan mendadak semua cacian itu berhenti.

“Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu, bukan? Allah sudah menurunkan murkanya kepada kamu sekalian bukan?” Demikian seru Rasulullah ﷺ.

Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari terus menerus.

Bersambung

Hukum Sewa Orang Untuk Kerjakan Ibadah Haji (Badal Haji)

Sewa menyewa tidak hanya di dalam muamalah pada jual beli. Sewa menyewa juga ada di dalam ibadah terutama dalam ibadah haji.

Dalam bukunya Ensiklopedia Fiqih Hajin dan Umrah Gus Arifin menuliskan, orang yang disewa dengan syarat sewa-menyewa seperti adanya biaya sewa menyewa, akad dan resiko dari muamalah tersebut. Maka ia boleh menggunakan semua yang diperbolehkan dari sewa-menyewa tersebut.

"Jika ada kelebihan biaya dari pelaksanaan ibadah haji maka itu menjadi haknya," katanya.

Namun, jika biaya sewa menyewa tersebut hilang dicuri dan lain-lain atau harus membayar dam karena pelanggaran ihram maka itu menjadi beban yang harus ditanggung sendiri di mana ibadah haji tetap harus dilaksanakan sesuai akad.

Mayoritas ulama Hanafi berpendapat, tidak boleh menyewa orang lain untuk melaksanakan ibadah haji, seperti juga tidak boleh mengambil upah dan dalam mengajarkan Alquran. Dalam hadis riwayat Ubay bin Ka'ab RA pernah mengajar di Al Quran dan ia diberi hadiah busur panah.

Lalu Rasulullah SAW bersabda. "Kalau kamu mau busur dari api menggantung di leher mu ya ambil saja."(HR Ibnu Majah).

Rasulullah SAW juga berpesan kepada Utsman Bin Abil Ash. "Angkatlah muadzin yang ia tidak mengambil upah atas pekerjaan adzan yaitu." (HR Abu Daud).

Mayoritas ulama Syafi'i dan Hambali serta sebagian ulama Hanafi berpendapat boleh menyewa orang untuk melaksanakan ibadah haji dan ibadah-ibadah lainnya yang boleh diwakilkan dengan landasan hadist yang mengatakan.

"Sesungguhnya upah yang paling layak kamu ambil adalah mengajarkan kitab Allah." (HR. Bukhari).

Mazhab Syafi'i dan Maliki berpendapat. "Boleh menyewa orang untuk melaksanakan ibadah haji berlaku baik untuk orang yang telah meninggal maupun orang yang belum meninggal."

Ulama Maliki berpendapat, maksud menyewa orang melaksanakan ibadah haji, karena menurut mereka hanya upah mengajarkan Alquran yang diperbolehkan dalam masalah ini. Menyewa orang melaksanakan ibadah haji juga hanya boleh untuk orang yang telah meninggal dunia dan itu pun harus ada wasiat itu kalau tidak mewasiatkan maka tidak sah.

Perintah Haji

Perintah berhaji diserukan kepada seluruh manusia di bumi. Perintah ini nyatanya telah digaungkan sejak manusia berada dalam kehidupan di rahim ibu.

Seruan berhaji sendiri diabadikan di dalam Alquran Surah Al-Hajj ayat 27, Allah SWT berfirman: “Wa adzzin finnaasi bil-hajj ya’tuuka rijaalan wa ala kulli dhaamiri ya’tiina min kulli fajjin amiqin,”. Yang artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”.

Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menaiki Bukit Qubais beliau kemudian bertanya kepada Allah tentang apa yang harus dia lakukan. Maka Allah pun berfirman yang terangkum dalam Surah Al-Hajj ayat 27 itu tadi.

Nabi Ibrahim kemudian berseru: “Wahai manusia, wahai hamba Allah! Berkunjunglah ke Rumah Allah (Baitullah),”. Kemudian, Allah memperdengarkan seruan Nabi Ibrahim itu kepada setetes nutfah yang ada dalam rahim ibu. Allah memperdengarkan seruan Nabi Ibrahim kepada kehidupan, pada alam, kepada tumbuh-tumbuhan.

Lalu semua ahli tauhid menjawab: “Labbaik allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal-hamda wa ni’mata laka walmulka laa syarika laka,”. Yang artinya: “Kami memenuhi panggilan-Mu ya Allah, kami memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya puji, nikmat, dan kekuasaan hanya ada pada-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu,”.

Maka dijelaskan bahwa seluruh kehidupan mengucapkan talbiah. Bumi mengucap talbiah, langit mengucap talbiah, dan seluruh alam semesta mengucap talbiah. Seluruh keadaan menjadi saksi bahwa kemenangan berada di tangan agama hanif ini, Islam. Dan kebahagiaan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa.

Rabu, 24 Maret 2021

Mengapa Madinah Disebut Kota Haram

Allah SWT menjadikan Madinah sebagai kota haram sebagaimana Allah menjadikan Makkah juga kota haram. Dan apa yang dimaksud dalam Tanah Haram itu?

Dikutip dari buku Bekal Haji karya Ustadz Firanda Andirja, Nabi Muhammad ﷺ bersabda sebagai berikut:

اِنَّ إِبْرَاهِيْمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِيْنَةُ "Sesungguhnya Ibrahim menjadikan Makkah tanah haram, dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah tanah haram", (HR Muslim).

Maksud haram di sini yakni diharamkan di Kota Makkah dan Madinah memotong pohon yang berdiri, membunuh binatang buruan, dan mengangkat senjata untuk tujuan menumpahkan darah atau berperang. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

إِنِّي أُحَرِّمُ مَا بَيْنَ لَابَتَيْ الْمَدِيْنَةِ أَنْ يُقْطَعَ عَضَاهُهَا أَوْ يُقْتَلَ صَيْدُهَا "Sesungguhnya aku mengharamkan memotong pohon yang berdiri dan membunuh hewan buruan di Madinah." (HR Muslim). Dalam riwayat lainnya, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya aku mengharamkan kota Madinah yang batas wilayahnya antara dua gunung yang ada di kota Madinah agar tidak menumpahkan darah, tidak membawa senjata untuk berperang, dan tidak mengugurkan daun-daun pohon yang ada di Kota Madinah, kecuali untuk makanan ternak." (HR Muslim).


Cara Wali Allah Menghindari Syahwat di Kota Suci

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi mengisahkan seorang Wali Allah bernama Abu Bakar Daqqaq Rah.a. Abu Bakar sudah 20 tahun tinggal di Makkah, namun terbesit dalam hatinya ingin minum susu.

"Akan tetapi dengan sengaja ia tidak meminumnya atau memang tidak ada," kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya seperti dikisahkan dalam kitabnya Fadhilah Haji.

Kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya, bila syahwatnya memuncak ingin minum susu, ia pergi ke Asqalan. Di sana ia menjadi tamu warga Asqalan. Di sana, pandangannya jatuh ke arah seorang wanita yang cantik.

"Karena cantiknya ia telah menarik hatinya (Abu Bakar)," katanya.

Gadis itu berkata kepada Abu Bakar. "Jika engkau benar-benar mencintaiku, tentu keinginan untuk minum susu akan keluar dari hatimu."

Mendengar ucapan itu ia kembali ke Makkah dan melakukan thawaf. Kemudian Ia tidur dan bermimpi berjumpa dengan Nabi Yusuf aku berkata kepadanya. "Wahai Nabi Allah engkau telah selamat dari Zulaika, Semoga Allah SWT selalu menyejukkan pandanganmu."

Nabi Yusuf AS berkata, "Juga selamat untukmu, semoga Allah SWT selalu menundukkan pandangan. Engkau telah selamat dari gadis Asqalan. Kemudian Nabi Yusuf membaca surah Ar-Rahman ayat 45-46.

Artinya, "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.."

Syekh Maulana Muhamamad Zakariyya mengatakan bahwa ada seorang Syekh berkata, "Manusia tidak akan bisa keluar dari ikatan syaitan dengan mengikuti nafsu." Dan katanya lagi, "Bersenang-senanglah dengan berpegang kepada Allah dan janganlah bersenang-senang dengan meninggalkan Allah SWT."

Barangsiapa yang bersenang-senang dengan berpegang kepada Allah SWT ia akan selamat. Dan barangsiapa bersenang-senang dengan lari dari Allah SWT ia akan binasa. Bersenang-senang dengan berpegang kepada Allah adalah hati yang dilumuri oleh dzikir kepada Allah SWT dan bersenang-senang dengan dari dari Allah SWT adalah hati yang lalai.

Rasulullah SAW bersabda "Apabila pandangan laki-laki tertuju pada seorang wanita yang cantik dan ia langsung mengalihkan pandangannya, maka Allah SWT akan memberinya taufik untuk melakukan amalan yang ia rasakan manisnya.

Kisah Rasulullah Bagian 115

KISAH RASULULLAH ﷺ

Bagian 115

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Rasulullah Mengutus Nu’aim bin Mas’ud*

Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah ﷺ memanggil Nu’aim bin Mas’ud yang baru saja masuk Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh. Pada masa jahiliyah Nu’aim sangat erat bersahabat dengan bani Quraizhah dan Ghathafan.

“Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak mengetahui keislaman saya. Karena itulah silahkan kalau mau berbuat apa saja yang engkau inginkan terhadap diri saya,” kata Nu’aim.

Rosululloh ﷺ menjelaskan rencananya kepada Nu’aim, setelah itu Rasulullah ﷺ bersabda,

“Laksanakanlah rencana ini, Nu’aim karena suatu pertempuran itu memang penuh tipu daya.”

Apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ adalah strategi yang luar biasa untuk memecah-belah musuh. Atas perintah Rasulullah ﷺ, Nu’aim pergi menemui bani Quraizhah. Nu’aim berkata,

“Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai kalian,”

“Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-mu,” jawab bani Quraizhah.

Nu’aim melanjutkan,
“Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak sama dengan kalian sebab ini adalah negeri kalian. Di sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri kalian. Sementara itu harta dan istri-istri orang Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing.
Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama. Orang Quraisy dan Ghathafan mulai kehabisan bekal. Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus karena rumput di sekitar Madinah telah menggundul. Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian akan ditinggalkan sendiri untuk menghadapi Muhammad dan pengikutnya.
Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad? Bukankah kalian mengetahui bahwa Muhammad itu sangat jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika kalian dalam kesulitan seperti yang tertera dalam perjanjian di antara kalian dan Muhammad.
Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian dan mereka saling berhadapan langsung.”

“Apa yang harus kami lakukan?” tanya orang Yahudi itu bingung.

“Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan. Dengan demikian keduanya tidak akan pulang melainkan bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh menyerang sebelum sandera-sandera dari pihak Ahzab ada di tangan kalian,” jawab Nu’aim bin Mashud.

Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka sangat baik ini.

*Musuh Terpecah Belah*

Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya, ia pergi ke perkemahan bani Ghathafan yang juga sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata,

“Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah memusuhi Muhammad. Mereka enggan meneruskan pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan berpura-pura meminta sandera kepada kalian, padahal sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad, agar Muhammad memaafkan perbuatan mereka.”

Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi ragu-ragu terhadap bani Quraizhah. Abu Sufyan pun menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah.

“Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengepung Muhammad. Menurut hemat kami, besok kalian harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami akan menyusul.”

“Besok hari Sabtu,” tulis Kaab. “Pada hari Sabtu kami tidak dapat berperang atau bekerja apa pun.”

“Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu besok,” geram Abu Sufyan dalam surat balasannya.
“Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami sudah mulai menyerang Muhammad sedang kamu tidak turut serta dengan kami, persekutuan kita dengan sendirinya bubar dan kamulah yang akan kami serbu lebih dahulu sebelum Muhammad!”

Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada hari Sabtu. Mereka mengulangi jawaban itu dengan tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat kemurkaan Tuhan karena telah melanggar hari Sabtu, sehingga berubah menjadi monyet dan babi.
Kemudian bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab untuk ditahan di benteng mereka agar yakin bahwa orang Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu saja.

Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang dikatakan Nu’aim benar. Keraguan besar segera melanda pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang dari belakang, mereka terpaksa harus menyerang dari depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan diseberangi dengan cara bagaimanapun.

Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera. Yakinlah bani Quraizhah bahwa mereka akan ditinggalkan.

_Shallu ‘alan Nabi…_

Bersambung

Selasa, 23 Maret 2021

Kisah Rasulullah Bagian 114

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 114*

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ 
مُحَمد

*Kaum Muslimin Sangat Terkejut*

Tentu saja Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya terkejut setelah mendengar Yahudi Bani Quraizhah telah membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu harus membagi pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini benar-benar memberatkan.

Rasulullah ﷺ mengutus Saad bin Muadz pemimpin suku Aus yang pernah menjadi sekutu sekaligus pelindung bani Quraizhah ditemani Sa’ad bin Ubadah pemimpin suku Khazraj dan beberapa orang sahabat Rasulullah ﷺ meminta mereka mengecek keadaan bani Quraizhah.

Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah yang telah mengurung diri dalam benteng mereka. 

Saad bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang berisi saling bantu antara kaum muslimin dan bani Quraizhah.

“Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan tidak ada perjanjian apa-apa,” jawab bani Quraizhah kepada Saad bin Muadz.

Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap risiko yang akan mereka hadapi karena membelot dari perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka agar tetap mau menjadi sekutu dengan segala kejujuran sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap menjaga hak kedua belah pihak agar tidak mengecewakan Rasulullah ﷺ pada saat-saat sulit seperti ini.

Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan menghina. Saad bin Muadz marah sekali sampai terjadi perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah. Akhirnya Saad dan para sahabat yang lain pulang dengan hati kesal.

“Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani hanya akan menambah ramai pertengkaran antara kita dan mereka,” hibur Sa’ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz.

Saad bin Muadz menemui Rasulullah ﷺ dan melapor,
“Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal dan Qarah.”

Mendengar itu Rasulullah ﷺ bersabda,

“Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!”

Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37 tahun Ia pergi menemui Syahidnya. 

Hari-hari keislaman sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya gemilang dalam berbakti kepada Allah ﷻ dan rasulnya ﷺ.

*Suara Kaum Munafik*

Kata-kata hiburan Rasulullah ﷺ yang penuh semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh orang-orang munafik dan mereka yang lemah Iman.

Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir seluruh sahabat dilanda kecemasan. 

Al-Qur’an melukiskan bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji dengan guncangan yang amat dahsyat sampai-sampai tidak tetap lagi penglihatan mereka. 

Terasa sesak naik sampai ke tenggorokan dan mereka menyangka bermacam-macam terhadap Allah. Akan tetapi bagaimanapun keadaannya orang yang imannya kuat tidak beranjak dari sisi Rasulullah ﷺ.

Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. 

Mereka berkata,
“Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat kita akan merebut kekayaan Kaisar Persia dan Romawi. Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita merasa aman, bahkan untuk sekedar pergi ke jamban.”

Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar,

“Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak berpenghuni. 

Ijinkanlah kami keluar dari barisan tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena rumah kami terletak di luar Madinah.”

Para sahabat setia menjadi marah,
“Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah, ijinkanlah kami memenggal leher-leher mereka!”

Rasulullah ﷺ tidak ingin memaksa seseorang untuk bertempur. Beliau mengijinkan orang-orang lemah iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang mampu menghadapi bahaya dan benar-benar menginginkan mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan pasukan. Orang-orang lemah iman justru akan menularkan rasa takutnya kepada banyak orang.

Dan penilaian Rasulullah ﷺ ini tepat sekali. 

Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan tempur yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk bertempur dan berjuang.
Rasulullah ﷺ menyampaikan wahyu Allah ﷻ bahwa, jika orang melarikan diri dari kematian, seandainya pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar saja. Tak layak seorang lari dari bencana, padahal bencana itu datang atas izin Allah ﷻ dan Allah ﷻ -lah yang satu-satunya sumber pertolongan dan perlindungan.

*Pasukan Quraisy Mulai Putus Asa*

Rasulullah ﷺ merancang suatu strategi baru. Beliau ingin menawarkan kepada pasukan Ghathafan sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau kembali pulang. Tidak ragu lagi. Orang Ghathafan pasti akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan musuh yang tersisa tinggal 4 ribu prajurit Quraisy.

Rasulullah ﷺ meminta pendapat terlebih dahulu kepada Saad bin Muadz dan Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin penduduk asli Madinah.

“Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami pasti tunduk dan patuh” demikian jawab keduanya,
“namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat. Dulu orang Ghathafan tak pernah merasakan kurma Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang jamuan padahal waktu itu kami semua masih musyrik. 

Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami dengan Islam kami harus menyerahkan harta kami seperti itu? Demi Allah kami tidak akan memberikan sesuatu kepada mereka kecuali tebasan Pedang.”

Rasulullah ﷺ mengangguk setuju,
“ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat orang-orang Arab menyerang kita dengan panah.”

Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar prajuritnya tidak menampakkan diri kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin Mu’adz terkena panah hingga menembus urat tangannya. Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang pendek.
Doa Saad pada waktu itu adalah,

“Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat mencintai Jihad melawan orang-orang yang mendustakan Rasulullah dan mengusirnya.

Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau semata.”

Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir kehilangan akal untuk menerobos parit mencoba kembali menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan muslim menebarkan hujan panah. Dalam gelap Rasulullah ﷺ berhasil memanah Ikrimah sehingga pasukan musuh terperosok dan kembali mundur.

Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ﷺ yang isinya menuduh Rasulullah ﷺ sebagai pengecut, Abu Sufyan menantang muslimin untuk bertempur di lapangan terbuka.

Rasulullah ﷺ tersenyum dan membalas surat itu. 

Isinya mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini beliau memang akan keluar menemui mereka untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di Mekah. Pada hari-hari ini kesabaran memang menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan.

*Bersambung*

Kisah Rasulullah Bagian 113

Bismillahirrahmanirrahim...

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 113*

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
*Serangan Gencar*

Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke rumah masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ﷺ jika mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada penggalian.

Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. 

Mereka langsung berprasangka buruk kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati,
“Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya.”

Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya untuk diseberangi.

Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang sempit untuk dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan orang Arab melakukan strategi seaneh ini.

Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit.

Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil sampai ke seberang.
Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis.

Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil mendesak para prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang.

Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim.

Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati.

*Pengkhianatan Yahudi*

Ketika Rasulullah ﷺ berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah:
Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.

Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah.

Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut.

Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah Huyay menggedor berkali-kali.
“Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka. 

Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para pengikutnya.”

Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab,

“Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan sosok orang yang jujur dan menepati janji!”

Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit.

Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, 

Shafiyyah segera memberi tahu Hasan bin Tsabit,
“Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi 
mengelilingi benteng ini. 

Demi Allah aku khawatir ia akan menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ﷺ dan para sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!”

“Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh,” jawab Hasan
Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang mereka kira dijaga dengan kuat.

Apa yang akan dilakukan Rasulullah ﷺ dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah berniat menikam dari belakang?

Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus dan Khazraj. 

Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad ﷺ dan mentertawakan ajaran beliau.

_Shallu ‘alan Nabi…_

*Bersambung*

Minggu, 07 Maret 2021

Kisah Rasulullah Bagian 112

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 112*

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain.

Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.

“Muhammad dan Madinah akan tumpah,” pikir Abu Sufyan.

“Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat yang jauh!”

Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka.

Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke luar kota seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung.

Rasulullah ﷺ segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah yang akan dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang bertahan.

Seorang sahabat Rasulullah ﷺ akhirnya menemukan jawabannya.

*Menggali Parit*

“Ya Rasulullah” demikian sahabat itu mengajukan usul.

“Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami.”

Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera diterima oleh Rasulullah ﷺ, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah. Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta. 

Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang Parit atau perang Ahzab atau Perang sekutu.

Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan persekutuan beberapa Kabilah Arab.

Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah. 

Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja keras.

Rasulullah ﷺ sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ﷺ ikut bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: ‘Pada waktu perang Ahzab Saya melihat Rasulullah ﷺ menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.’

Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. ‘Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.’

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ﷺ. ‘Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.’

Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor,

“Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit.”

“Biarkan aku yang turun,” sabda Rasulullah ﷺ.

Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan “Bismillah, ….” Batu yang keras itu pun hancur seperti pasir.

Pada saat itu Allah ﷻ memberi Rasulullah ﷺ penglihatan tentang masa depan kaum muslimin.

*Roti dan Kurma*

Setelah pukulan pertama Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini.”

Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ﷺ bersabda,

“Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat putih.”

“Bismillah, … sambil mengucapkan itu Rasulullah ﷺ menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur menjadi pasir. 

Beliau pun bersabda,

“Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu gerbang Shan’a.”

Di kemudian hari, setelah Rasulullah ﷺ wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan Islam.

Saat menggali Rasulullah ﷺ mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Rasulullah ﷺ untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya.

“Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ﷺ kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

“Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing.”

Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke dalam pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ﷺ dan berkata,

“Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang sahabatmu.”
Rasulullah ﷺ bertanya, ” berapa banyakkah makanan itu?”

Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. 

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana,”

Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. “Wahai para penggali parit mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar.

Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa.

Pada saat lain, Rasulullah ﷺ juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang.

*Bersambung*

Sabtu, 06 Maret 2021

Kisah Rasulullah Bagian 111

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

*Bagian 111*

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Ibu Aisyah berkata,

“Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ﷺ.

Aisyah menjawab, “Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ﷺ, Sebab aku tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku.”

Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan kemiskinannya. Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata,

“Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah.”

Allah ﷻ berfirman

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Surah An-Nur (24:22)

Mendengar firman ini Abu Bakar berkata,
“Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah.”

Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. 

Sementara itu Rasulullah ﷺ segera membacakan firman Allah ﷻ itu kepada kaum muslimin.

Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan.

*Yahudi Menghasut*

Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin adalah orang Yahudi.

Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para Yahudi ini adalah menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah.

Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy.

“Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah,” kata para pemuka Yahudi.

“Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah” tanya seorang Pembesar Quraisy.
Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang mereka akan bergabung dengan tuan-tuan.”

Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. 

Perselisihan mereka dengan Rasulullah ﷺ dimulai karena ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan melarang bersujud pada berhala.

Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah ﷻ? Orang Quraisy ingin mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam.

“Tuan-tuan Yahudi,”

“Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim. Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah berhala atau agama Muhammad?”

Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ﷺ lebih baik karena orang Yahudi juga menyembah Allah ﷻ. 

Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang Yahudi Bani Nadhir menjawab,

“Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia,”

Allah ﷻ menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan orang Yahudi itu.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.”

Surah An-Nisa’ (4:51)

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا

“Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.”

Surah An-Nisa’ (4:52)

*Pasukan Ahzab*

Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. 

Orang-orang Yahudi ini sangat aktif menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan menjanjikan bahwa kali ini pasukan muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-akarnya.

Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000 orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab yang memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah orang-orang Quraisy, selebihnya adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan lain-lain.

*Bersambung*