Kamis, 16 Juni 2016

Percayalah

Percayalah... 
Aku bukan manekin di toko pakaian 
Yang tersenyum karena bikinan 
Aku manusia yang suka kamu 
Meski kadang diam 
Bukan berarti aku tidak sedang rindu

Belajar Membaca

Melalui dinding kamar mandi sekolah dasar 
Juga meja kayu yang penuh lubang 
Aku belajar membaca... 
Dipertemuan sore serentak jam pengajian 
Setelah mandi menonton televisi 
Melalui kulit ibu Kumis ayah 
Juga pada pisang rebus coklat keju 
Disekolah lanjutan 
Juga pada halaman koran 
Aku masih melakukan hal yang sama 
Aku belajar membaca.... 
Dimatamu, keningmu, belakang telingamu, leher dan dadamu 
Aku belajar membaca.... 
Pada semesta yang terbentang luas, matahari, bulan dan bintang 
Aku terus belajar membaca... 
Sebab selalu ingin tahu 
Jawaban apa dari teka-teki 
Yang bisa membuatmu jatuh suka kepadaku......

Menatap Matamu

Menatap matamu 
Sudah membuat duniaku 
Penuh dengan rindu 
Apalagi jikalau memilikimu 
Seusia hidupku 
Tentu akan lebih indah dari itu.....

Aku Sedang Selfie

Sesekali aku ingin selfie 
Agar tahu siapa aku sebenarnya 
Agar mengerti 
Juga agar paham....
Terkadang lupa menatap diri 
Seringkali menimbulkan dendam 
Sesekali aku ingin seperti orang-orang 
Berbagi wajah kepada dunia 
Meski terkadang lupa 
Bahwa tidak semua harus dibagi 
Sesekali aku ingin selfie untukmu 
Bukan dengan kamera 
Namun dengan matamu 
Beberapa sentimeter di depan wajahmu 
Agar aku tahu sedalam apa aku ....
Telah tenggelam dalam dirimu...

Rumput Di Halaman Rumah

Sewaktu kecil rambutku lebih cepat panjang Daripada rumput di depan rumah kami 
Ibulah yang memangkas menjadi pendek dan rapi 
Bagi ibu, kepalaku sama seperti rumput halaman rumah 
Harus selalu rapi 
Ayahku tidak akan senang melihat rambutku panjang 
Baginya rambut panjang sama seperti anak terbuang 
Setelah jauh dari rumah... 
Rambutku tak lagi dipangkas ibu 
Setiap kali rindu rumah 
Aku datang ke tukang potong..  

Memangkas rumput di halaman rumah kami

Kamu Adalah Puisi-Puisi

Kamu tetaplah puisi yang ingin kutulis 
Tak habis ditebas waktu..
Selalu saja menjadi rindu 
Tak peduli secerewet apa pun hujan pada atap rumah....
Yang jatuh di petang hari secara tiba-tiba 
Bagiku kau tetaplah senja 
Yang membukakan aku malam yang panjang 
Yang mengajarkan berbicara kepada diri sendiri 
Dalam diam kelam 
Sementara aku hanyalah penulis puisi 
Yang tak pernah mampu menyelesaikan satu puisi terakhir 
Sebab setiap hari datang 
Selalu ada saja
Yang ingin kutuliskan perihal kamu....

Barangkali Beginilah Rindu

Barangkali beginilah rasanya rindu 
Setengah tubuhku menggigil mengingatmu.
Sementara di saat yang sama aku menahan diri ... 
Untuk tidak mengatakan kepadamu 
Barangkali beginilah rasanya rindu 
Saat mataku susah tidur dan sering terbangun di larut malam
Kemudian kau saja yang mendadak diingatan.... 
Dan lagi-lagi kutahan agar kau tetap nyaman dalam lelap 
Barangkali beginilah rasanya rindu 
Saat aku tahu kau juga rindukanku 
Meski tak sepatah kata kau sampaikan 
Namun hatiku selalu percaya perasaanmu 
Dan perasaanku akan selalu sama 
Meski jarak dan malam membuat kita 
Menikmati semua sesaknya dengan doa 
Diam-diam....

Menjadi Matamu

Aku sangat suka membayangkan menjadi matamu 
Mengetahui apa saja ....
Yang ingin dan tak ingin kau lihat 
Belajar bagaimana caramu memandang sesuatu 
Mengetahui warna apa saja yang kau suka 
Sesekali merasakan bagaimana caramu bersedih 
Bagaimana caramu terlihat kuat 
Aku ingin memahami bagaimana rasanya menjadi matamu 
Lalu mengerti apa yang kau rasakan saat Menatapku....